Sabtu, 29 November 2014

Rumah alami


Berangkat dari perjalanan hidup yang kelelehan karena mengejar sesuatu, saya berfikir apa tidak ada kehidupan tanpa harus dikejar dan mengejar. Padahal ujung dari pengejaran itu bermuara pada kebahagiaan. Apapun kebahagiaan dimaknai tiap orang, pasti tidak sama, namun mereka pasti mengangguk kalau kebahagiaan adalah yang dicari-cari.

Saya ingat kisah seorang petani yang sedang leyeh-leyeh (bersantai) di gubuk sawah ketika seorang saudagar lewat. Melihat ada petani sepagi itu sudah nyantai dia pun bertanya : kenapa sepagi ini kisanak sudah leyeh-leyeh, padahal ini waktunya buat bekerja dengan giat. Petani itu pun mengernyit yang dilanjutkan oleh saudagar itu : kalau kamu bekerja giat, maka hasil sawahmu juga akan banyak, kalau dijual kamu dapat uang banyak. Lantas dengan uang itu untuk apa, tanya si petani. Dengan uang banyak kamu bisa membeli apa yang kamu inginkan, bisa pergi kemanapun kamu mau,,,Terus untuk apa kalau saya bisa membeli dan bepergian kemanapun. Kamu bisa mengunjungi tempat yang indah, bisa berlibur dan bersantai dan hidupmu pun bahagia. Si petanipun menjawab dengan tersenyum: kenapa harus jauh-jauh, dengan beginipun saya sudah bisa bersantai dan berbahagia. Saudagar itu terdiam dan tanpa berkata-kata dia pun melanjutkan perjalannya, tanpa tahu siapa petani itu, dia adalah seorang wali besar bernama sunan kalijaga.

Bukan bernaksud kita bermalas-malasan, namun makna dari cerita diatas adalah untuk memperoleh kebahagiaan sebenarnya telah ada di dalam diri ini, apapun jalan yang tengah kita lalui saat ini. Terkadang kita akan bertemu dengan kerilil tajam yang membuat kita tersentak dan perih, namun sebagaimana gede prama bilang : kesedihan ibarat batu yang dilempar ke telaga yang tenang, ada riak namun sesaat kemudian akan kembali tenang. Memang bagus saat kita muda, energi masih bergolakj, ibarat api adalah api yang merah berkobar. Makin bertambah usia kita, mestinya apinya makin membiru. Kalau tidak, kita hanya menyambangi kelelahan ke kelelahan berikutnya. Kalau kebahagiaan ada didalam sini, mengapa harus jauh berjalan mencarinya., harus me-labeli kebahagiaan pada benda dan status.

Saya pernah membaca buku ke 20 Gede prama (kebahagioaan yang membebaskan), dia bertutur apik, katanya : setelah menghabiskan tenaga, waktu yang panjang, ternyata tidak sedikit kebahagiaan yangtidak membebaskan bahkan menjadi penjara baru. Sarannya untuk kebahagiaan yang pure dan membebaskan kata gede prama adalah kembali ke rumah alami yang diibaratkan ikan berenang, burung terbang. Jadi apa rumah alami mkita? hanya diri sendiri yang tahu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar