Senin, 21 September 2020

Hujan september


Hujan bulan september
Di rinai yang baru saja tiba
Seperti warta pembawa kabar gembira
Bagi daun, rerumputan,  tanah  dan relung hati
Aroma tanah mengingatkan  sesuatu 
Seketika ingatan kembali pada kenangan dan rindu


Minggu, 20 September 2020

Ala Broedin

Broedin series
Bagaimana cara berketuhanan anda? Katakanlah apakah ada anasir "takut"saat menghadap Nya? Jika iya,  maka akan segan berbuat aneh2 di rumah Nya,  entah itu di rumah2 ibadah atau di pusatnya sana (masjidil haram tempat kabah bersemayam).  

Beda dengan sohib saya Broedin van Klompen,  baginya ketakutan2 tersebut hanya menyisakan  lara/pedih bahkan naif.  Pernah dulu saat jadi nelayan  di kampung nya seharian gak dapat ikan dia mbatin : Tuhan,,,katanya Sampeyan rahman dan rahim, kalau hari ini gak dapat ikan besok saya main judi lagi loh,,, ajaib tak lama kemudian seperahu penuh ikan. 

Atau saat dia umroh, hatinya ndredeg saat pertama naik pesawat yang mesinnya bergemuruh,  takut pesawat jatuh sehingga janji jika selamat sampai jedah dia akan motong kambing satu. Ketika pesawat di angkasa kena turbulance, janjinya ditambah : 'Tuhan kalau saya selamat saya naikkan deh nyembelih unta satu'.  Ketika pesawat mendarat broedin sujud syukur di landasan,  lantas inget janjinya,  dia mendongak ke atas : kalau saya gak lakukan Sampeyan mau appa,,, 

Selama ritual umroh dia yang paling rajin tawaf bahkan berkali2 berusaha mendekat dan mencium hajar aswad.  Tentu ini jadi catatan Wan Abud kepala rombongan umroh dengan mencontohkan broedin ke sesama jemaah lainnya.  Saat ditanya motif nya kenapa selalu berebut untuk selalu mendekati kabah.  Dengan enteng broedin menjawab : anu Wan,,, saya pengen tahu apa kabah ada besinya,  siapa tahu kalau sudah berkarat ane bisa beli bekasnya,,,, sambil cengengesan
. "Kualat ente,,, didepan kabah masih transaksi,,, " teriak wan abud sambil lempar klompen yang dipakainya. 
Broedin lari menghindar sambil ketawa cekaka-an. 

Entahlah cara pendekatan broedin terhadap Nya agak beda dan akrab,  saya aja gak berani seperti dia.  Saya sampe penasaran, pernah saya tanya :"dien ente yoo tahu misuhi nek doamu gak terkabulkan? ". "Keseringan mas bro, tapi ojok mbok tiru, garai malaikat izrail ngamuk ngko".
"Lah opo ente gak takut?"
"Lapo wedi mas bro,  luwih wedi nek anak bojoku gak iso mangan,,, dosa, kalo ane gak mikir, ane mau diapakan bahkan dipithes mati koyo tumo yo gapopo malah seneng, kewajiban ane malah rampung"

Saya pun mengangguk2 sambil termangu2, sohib saya ini memang naif cara mendekati sang Maha beda,  mirip seperti sahabat,  bukan bawahan kepada atasan.  Jujur saya tidak seberani dia.  Disentil cobaan dikit saja saya sudah kaing-kaing, mirip anjing bulukan.

Jumat, 18 September 2020

Peradaban kita

Kita sedang bergerak dari peradaban "open mind" menjadi "open wear"
Medsos telah menelanjangi privacy dari kepribadian kita,  anak2 yang mestinya harus kita jauhkan malah kita telanjangi secara tidak langsung

Kita bergerak dari peradaban pertanian yang guyub menuju peradaban industrial yang kaku dan soliter. Jika di peradaban pertanian kesetaraan berdasar atas kontribusi,  di peradaban industrial persaingan adalah hal utama. 

Akibatnya anak2 kita bahkan mungkin kita sendiri,  melihat sukses  adalah pencapaian tertentu bukan pada sebuah proses dan upaya.  Sukses adalah nilai,  bukan tools yang ujungnya bermuara pada materi. 

Siklus jaman mang tidak di pungkiri, ketika di barat kekayaan tidak selalu identik dengan kemakmuran, sekarang tengah alami kekeringan batin luar biasa, dan hal2 yang bersifat asketisme dari timur dipuja hanis2an.  Sebaliknya di timur lagi memuja habis2an apapun produk barat.

Gak percaya? coba saja segelas kopi item di warkop kang Jun di hargai 5-6K, dengan gelas dan rasa yang sama kopi item bernama amerikano bisa 10 x lipat.  Sepotong ayam goreng pretciken bisa seharga 1/2 kg ayam di mbak Sri penjual ayam langganan pasar sore. Bahkan kita selalu menawar di pasar kalau perlu hingga mirip ampas kelapa yang sudah habis santan nya. Itu tidak akan kita lakukan kalau belanja di mall. 

Jadi siapakah kita?  Orang timur wagu yang kebarat2an sampai rambut di cat blonde,  ataukah orang timur yang sedang menuju takdir hitam mirip kopi amerikano  hitam pekat yang penyajiannya selalu dengan memanggil nama: kakkus (misal nama kita kus)--> kalau di kang jun bukan dipanggil nama tapi : …nyoh…


Jumat, 11 September 2020

Doa yang teraniaya

Doa yang teraniaya
Setiap saat, mulai siang hingga petang, berlanjut sampai malam, dini hari terbangun untuk berdoa dan pinta, agar kita diberi kuasa dan kaya

Setiap saat,  pikiran kita,  mulai dari kesibukan di kantor kantor hingga nyelempit di gang2 sempit,  pikiran kita bagaimana bisa kuasa dan kaya

Setiap saat,  di meja makan restoran,  di meja kerja,  hingga di balik meja2 negoisasi  yang terang2an, bahkan yang gelap tersembunyi yang diminta kuasa dan kaya

Tuhan kita suruh memenuhi kebutuhan syahwat  di tiap rintihan doa seolah kita yang terakhir paling miskin di dunia

Saat semua berjaya,  doa terkabulkan,  kita tertawa dan menjadi lupa,  mirip pengemis-pengemis cinta,  habis manis sepah dibuang,  kata2 dari mulutmu manis di depan Tuhan

Tuhan masih saja berpuasa, bersabar dengan pengkhianatan dan kemunafikan seolah berkata : tunggu ketika ajalmu tiba

Dan benar,  ketika usia merenta,  tubuh tak mau dicekoki dengan kesenangan sementara,  menghilang dari diskotik dan sering ke apotik, kita diingatkan tenggat waktu segera tiba

Tiba2 perilaku kita menjadi beda,  kemana2 berbaju koko dsn bsju gamud,  bersurban dan berkerudung sebagai tanda kita sudah hijrah,,, katanya. Doa kita mohon ampun  atas setiap alpa,  ditunjukkan dengan haji sudah lebih lima kali,  umrah tak terhitung lagi

Setiap ucap selalu menasehati seolah kita merasa telah suci. Dan berteriak paling kencang saat agama dan kitab nya dibuat caci maki. Ohhh,, Tuhan,,,, saat Engkau kelak memanggilku,  hanya surga yang ku harap dari Mu(doa itu selalu diucap dimalam sunyi tanpa henti) 

Doa adalah mahluk,  doa hanya cara dan perantara,  menghubungkan mahluk dengan khaliq Nya. 
Apa daya doa hanya obyek yang teraniaya,  saat tubuh segar bugar,  meminta dunia.  Ketika renta tiba, meminta surga

Maka doa pun melesat sendiri ke atas langit,  protes kepada Tuhan atas kemunafikan manusia,  semua doa dipenjuru bumi melesat ke langit mirip dengung lebah mengguncang malaikat dan tetiba sunyi.

Doa kebingungan atas apa yang terjadi,  hingga jibril mendekati berbisik : manusia adalah ciptaan kesiangan Nya,  biarlah yaumil hisab yang menentukannya.

Doa pun menangis,  memohon ampunan atas kenaifan manusia dan segera melesat kembali kebumi tanpa sepatah kata. Jibril tersenyum memandanginya dari jauh, tanpa tahu sang doa bergumam: biarlah aku sendiri yang meminta ampunan di setiap kata dan pinta dari manusia

Minggu, 06 September 2020

Kesadaran membumi

Ada dua kesadaran dalam diri manusia, kesadaran me-langit dan kesadaran mem-bumi. Kesadaran me-langit berhubungan dengan  sesuatu yang Maha besar dan Maha tinggi.  Sejarah peradaban manusia selalu 'menatap' ke langit dengan pertanyaan2 misteri apa dibalik penciptaan semesta/universe sehingga manusia pernah berlomba2 pergi ke bulan. 

Kesadaran mem-bumi membuat manusia 'menunduk' bertanya ke diri sendiri : who am i?.  Siapa saya, dari mana berasal dan akan kemana pergi. 

Sebagian besar manusia selalu menonjolkan kesadaran me-langit.  Pingin kaya sebesar2nya,  berkuasa selama2nya, suka nyalah2kan orang seolah dia paling benar sendiri, adalah contoh2 kesadaran melangit.  dsb.

Tak banyak orang memiliki kesadaran mem- bumi,  merendah serendah2nya, memahami bahwa manusia apapun level identitasnya, mau orang berada apa tidak,  ia hanya teman seperjuangan dalam iman dan kemanusiaan,  equal.
Kebanyakan kesadaran ini muncul tatkala umur beranjak tua, tubuh sudah sakit2an, dan tiba2 tutur katanya bijak dan senang cerita kejayaan masa lalu dan demen banget menasehati ini itu. 

Di kesadaran manakah kalian semua saat ini? Sebab sebaik2 pijakan adalah kesadaran dimana anda ada di posisi nol (membumi) dan yang Maha ada di posisi satu.  Bukankah teknologi digital yang diciptakan manusia sekarang berbasis bilangan biner 0&1.


Kamis, 03 September 2020

Angka 4

Misteri Angka 4
Dalam budaya china angka 4 ini dihindari karena dibaca berarti mandek, mati, seperti halnya angka 13=1+3=4 .
Di alam angka 4 ini akrab karena melambangkan kedewasaan,  misal udang dipanen setelah 4 bulan,  pohon berbuah biasanya setelah 4 tahun, masa tanam padi hingga panen juga 4 bulan. Bahkan usia kehamilan pada manusia sekitar 40 minggu.  Nabi Muhammad menerima Wahyu pertama saat beliau berusia 40 tahun. 

Jadi, kehidupan manusia tidak lepas dari angka 4. Golden age saat 4 tahun,  baligh 12 tahun (4x3) saat remaja 16 tahun (4x4). Usia matang 40 tahun,  dan mulai "berbuah" saat usia 48 tahun(3x4x4).  Madeg pandita alias mulai berjarak dengan kehidupan materi 56 tahun (14x4). Syukur 2 di anugerahi bisa mencapai  usia emas 64 tahun ibarat pohon, selain mengayomi juga buahnya banyak memberi manfaat. 

Jadi kalau ada sahabat2 kita usia 48 tahun masih berbunga atau malah bertunas, bahkan diusia 56 tahun masih belum berbuah karena akar pohon nya masih mencari nutrisi kehidupan, saat usia 64 tahun mulai kelelahan ibarat pohon mulai layu.  Kita harus mengasihani mereka, sebab seumur hidupnya hanya dikejar pencarian tiada habisnya. 

Saat buah menjatuhkan benih,  benih akan terpendam di dalam tanah yang gelap,  saat pohon mulai gugur daunnya,  ia akan menjadi pupuk bagi benihnya.  Pohon akan menghilang diganti tunas baru dan begitu kehidupan dilanjutkan . 
Ketika jiwa2 kembali dia akan melihat benih akan tumbuh jadi pohon yang rindang dan berbuah lebat.  Ada beberapa pohon yang menangis dan menyesali tak sempat merindang dan berbuah.
Mirip bonsai indah dalam kekerdilan,  mahal dalam kecacatan. Semoga kita tidak seperti itu tretan…