Jumat, 18 September 2020

Peradaban kita

Kita sedang bergerak dari peradaban "open mind" menjadi "open wear"
Medsos telah menelanjangi privacy dari kepribadian kita,  anak2 yang mestinya harus kita jauhkan malah kita telanjangi secara tidak langsung

Kita bergerak dari peradaban pertanian yang guyub menuju peradaban industrial yang kaku dan soliter. Jika di peradaban pertanian kesetaraan berdasar atas kontribusi,  di peradaban industrial persaingan adalah hal utama. 

Akibatnya anak2 kita bahkan mungkin kita sendiri,  melihat sukses  adalah pencapaian tertentu bukan pada sebuah proses dan upaya.  Sukses adalah nilai,  bukan tools yang ujungnya bermuara pada materi. 

Siklus jaman mang tidak di pungkiri, ketika di barat kekayaan tidak selalu identik dengan kemakmuran, sekarang tengah alami kekeringan batin luar biasa, dan hal2 yang bersifat asketisme dari timur dipuja hanis2an.  Sebaliknya di timur lagi memuja habis2an apapun produk barat.

Gak percaya? coba saja segelas kopi item di warkop kang Jun di hargai 5-6K, dengan gelas dan rasa yang sama kopi item bernama amerikano bisa 10 x lipat.  Sepotong ayam goreng pretciken bisa seharga 1/2 kg ayam di mbak Sri penjual ayam langganan pasar sore. Bahkan kita selalu menawar di pasar kalau perlu hingga mirip ampas kelapa yang sudah habis santan nya. Itu tidak akan kita lakukan kalau belanja di mall. 

Jadi siapakah kita?  Orang timur wagu yang kebarat2an sampai rambut di cat blonde,  ataukah orang timur yang sedang menuju takdir hitam mirip kopi amerikano  hitam pekat yang penyajiannya selalu dengan memanggil nama: kakkus (misal nama kita kus)--> kalau di kang jun bukan dipanggil nama tapi : …nyoh…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar