Sabtu, 31 Desember 2011

Pesan masa lalu


selamat tinggal masa lalu
detik yang terlewat hanya akan menjadi kemarin
biarkan lelap dalam remang
karena ia akan tersimpan dalam kedamaian

selamat tinggal masa lalu
biar perlahan menjadi coretan kenang
biar lepas namun tak bisa lupa
karena bukankah ia menjadi jiwa diri ini
menjadi dewasa bersama sedih dan tawa
menjadi ikhlas dalam kecewa dan bahagia

selamat datang masa kini
biar ia arif dengan sendirinya
apapun torehan perjalanan masa lalu
ia telah lewat dan bersahabat
dan ia menepi dalam kotak pandora
kelak kalau tiba saatnya akan terbuka
menjadi bahasa sunyi yang mengajari bijaksana

catatan tanpa nama


waktu,,,seperti lembaran kertas

didalamnya tertulis catatan semu

tentang kisah tawa, airmata,kepedihan dan bahagia

sebentar akan terlipat menjadi perahu kertas

pelan akan hanyut menuju sungai masa lalu

menjelma menjadi kenang

menjadi pupuk jiwa

biar kelak menjadi cahaya




Kamis, 29 Desember 2011

Udin naik angkot


Nazarudin Hoja bertanya pada Gurunya :" kenapa saya diberi Tuhan istri cantik? "karena kamu pintar memilih dia, jawab sang Guru."sudah cantik,,baik pula",,karena kamu memang pintar memilih dia. "tapi kenapa dia bego?". Kalau dia pintar tidak akan memilih kamu, jawab Gurunya kalem.

Moral dari cerita diatas adalah, terlampau sering kita ingin yang baik tanpa mau yang buruk, mau indah tapi menghindar yang buruk. Mengharap bahagia enggan menerima kesedihan. Hidup ini memang aneh, saat bahagia datang dari pintu depan, pada saat yang bersamaan wajah pedih telah menunggu dari pintu belakang . Bahagia dan sedih seperti bandul jam, semakin bergerak ke kanan akan semakin kuat bandul itu menarik ke kiri.

Jadi yang dilakukan adalah menerima dikotomi, dualitas, baik-buruk, senang-susah dalam kemesraan yang sama. Gampang diucapkan namun sulit dilakukan,,,tapi bukankah kehidupan apapun ronanya adalah untuk dialami bukan sekedar dipelajari?. Jadi kalau sekarang lagi patah hati, atau sedang nge-fall in love,,,bukankah sudah saatnya untuk dialami. Patah hati dan jatuh cinta tidak sekedar berhubungan dengan kekasih, namun juga dengan Sang Maha Kasih. Pasang surut hubungan demikian bukankah mengasyikkan.

Jadi kalau hanya mau enak tapi enggan menerima yang tidak enak, sama saja menerima kebahagiaan dengan tangisan, tawar apapun keberuntungan yang menghinggap. Sehat terasa nikmat saat kita sakit. Persis seperti saat Nazarudin Hoja naik angkot, dihadapannya ada seorang wanita cantik dengan rok mini sehingga bagian yang paling dalam terlihat tanpa disadarinya, karena takut malu kalau diingatkan, tak kalah akal Nazar pun bernyanyi "indonesia tanah air beta" :,,,,,disanaaaa,,tempat lahir betaaa,,,dengan cepat wanita itu menutup kakinya :-).

Lantas apa hubungannya dengan kehidupan?hmmm kalau boleh di-ibaratkan kehidupan dengan wanita cantik,,kadang kita terlampau percaya diri sehingga lengah kalau hal yang amat vital dan dalam diabaikan, sehingga kita tersadar saat nyanyian bernama sakit, tangisan, kepedihan datang. Apa bagian vital dan dalam dari kehidupan? tanya saja pada nurani :-)










Jumat, 23 Desember 2011

Tuhan dan sepak bola


Saya tidak habis pikir kenapa sepakbola di Brazil dikiaskan menjadi agama. Tapi memang negeri itu banyak melahirkan legenda sepak bola seolah talenta disana tak ada habisnya. Namun untuk kiblat sepakbola saya malah pengagum Belanda dengan total football-nya, keindahannya memang tidak bisa mengalahkan negara Amerika Latin, namun daya serang yang melibatkan seluruh pemain buat saya mengagumkan. Sedangkan untuk klub mengaku menjadi Romanisti, bagaimana keterikatan fans dan pemain saat laga di lapangan begitu kental.

Lantas apa hubungan sepakbola dengan Tuhan? ada beberapa hal, pertama, secara filosofi sepak bola berke-bolaan yang esa, hanya ada satu bola di lapangan yang dimainkan 22 orang ( bukankah ini mirip dengan berketuhanan yang maha esa?). Bayangkan kalau bola sepaknya di lapangan lebih dari satu, bukan saja permainan menjadi tidak menarik namun jadi sumber kesemrawutan, sama dengan Tuhan Yang Esa, kalau lebih dari satu pasti bencana. Kedua, sepak bola membuat orang menjadi dekat dengan Tuhan, seperti sahabat saya yang melakukan shalat istiqara, agar timnas Indonesia menang dalam Seagames kemarin. Walau hasilnya timnas gagal merebut emas, sahabat saya berkilah kalau saat final dia kurang khusuk, dibanding supporter dari jiran. Ketiga, hanya sepak bola yang mampu melunturkan sekat ras, sosial, kasta ekonomi, semuanya menyatu dalam kekhusukan satu bola sepak. Bukankah ini juga yang diisyaratkan Tuhan? di"mata" BELIAU hanya orang khusuk yang diterimaNYA, bukan pangkat, harta, dan kepintaran.

Bayangkan total football Belanda menyerang seperti air bah dengan secepat kilat kembali bertahan, tanpa kenal lelah mengejar bola dimanapun berada. Bukankah dalam berketuhanan kita harus total, disudut manapun posisi kita, sebagai centre bek, deffender, striker, libero, pemain sayap, tetap istiqamah mengejarNYA. Saya juga mengagumi bagaimana keakraban Romanisti dan pemain di lapangan, begitu dekat layaknya sahabat. Entahlah dalam berketuhananpun mestinya begitu. DidepanNya kita pantang kurang ajar, tapi bukan berarti kaku seperti atasan-bawahan. Bukankah BELIAU pernah bilang : AKU seperti yang engkau sangkakan. Saya kadang membayangkan BELIAU berwajah ramah bukan marah, layaknya sahabat seperti Romanisti dan pemainnya. Anehnya saat Tuhan "berwajah" ramah kehidupan pun berubah menjadi lebih bersahabat.

Kadang saya berandai-andai, apakah negara yang sepak bolanya maju, wajah penduduknya lebih toleran dengan perbedaan ? saat melihat diri sendiri saya takut, sepakbola kita memang akan terus maju, tapi jadi ngeri melihat tawuran ketika klub kebanggaannya kalah,. Apa Tuhan "berwajah" pemarah, sehingga tak henti-henti negeri ini menerima cobaanNya.

one moment time


Ada yang bilang selain ruang dan waktu sebagai dimensi ke 3, hari ini teknologi informasi telah memberi satu dimensi lagi. Lebih akrab dengan dunia maya, internet hari ini telah merubah manusia dari semua sisi. Dimensi ke 4 memang membuat perubahan yang cukup signifikan pada manusia, dan cara memandang dunia pun berubah. Maka muncul budaya baru, perilaku baru, dengan semua aspek positif dan negatifnya.Saya yakin bapak evolusi manusia,,omm Darwin pasti terkejut dari alam kuburnya melihat perubahan ini. Ditengah kemudahan diatas perubahan, saya melihat potret yang menggelikan dari manusia di negeri bernama bangsa Indonesia.

Begini,,,saya merasa orang-orang makin intim saja dengan gadget teknologi informasi. Saya pernah lihat di bandara Surabaya, ruang tunggu seperti senyap, hanya bunyi tang ting tung, mulai dari BBM, sms, FB, nge-twit dan cuek dengan sebelahnya. Di jaman yang makin instan ternyata perilaku makin instan saja. Interaksi sesama ditentukan dengan situs jejaring sosial, teman di FB ribuan, namun teman dunia nyata hanya segelintir saja. Lebih menggelikan lagi masalah cinta ternyata terbawa, banyak yang dapat jodoh dari fasilitas ini ( saya yakin biro jodoh hari ini banyak yang colaps ).

Teknologi ini memang menghanyutkan, sekali masuk tak akan bisa kembali, ia seperti telah menjadi "tuhan" baru di abad modern. Interaksi dengan dunia nyata sebatas just say hello. Anak yang dilahirkan di jaman digital paling terpapar dengan kondisi ini, ada keperihan yang tak bisa ditampakkan namun terlihat jelas. Interaksi mereka di dunia nyata seperti absurd, ada namun tak disana. Mungkin mereka tidak pernah belajar bagaimana berinteraksi dengan sesama secara tulus, mereka belajar semuanya secara virtual. Kehidupan butuh dialami bukan dengan belajar secara virtual termasuk bagaimana rasa menyayangi. Kepekaan yang hilang, kaku dan rigid. Ini menyedihkan.

Saya pernah melihat bagaimana seorang sahabat gagal menyayangi seseorang di dunia nyata karena lupa (atau tidak tahu)bagaimana menyayangi secara tulus, bagaimana mencintai seseorang dengan hati, bukan logika. Ini mempengaruhi perilaku, dan saya terkejut saat melihatnya begitu sensitif, egois,possesif, tidak bisa berkomitmen dan terkesan tega namun terlihat kebingungan dan gamang. Ada keperihan yang tak bisa dilihat namun terasa ada dari sorot matanya. Lantas siapa yang patut disalahkan? entahlah,,,kehidupan nyata memang harus dialami bukan dipelajari walau konsekwensinya berurai air mata, harga yang setimpal dengan bahagia yang di damba.

Kamis, 22 Desember 2011

Nyanyi sunyi bidadari


Disini,suara-suara angin tak mungkin terdengar lagi
hanya gemuruh sunyi menepis setiap hasrat untuk menemui
dendang yang terdengar kidung melantunkan kecongkakan malam
memerihkan setiap bulir darah terhanyut sampai tepian mimpi
setelah ini,,,tak mungkin ada lagi

Bukan ditepian jaman menelisik satu satu asa yang hilang
bukan disana,,,sebab senja kemarin ia sudah tak ada
perpisahannya di ujung jalan saat kelok pagi menyeringai sepi
kamu harus tahu,,,saat itu senyap
mata hanya kabur karena tak bisa menahan sesak

Disini, suara-suara angin tak mungkin terdengar lagi
bukan karena apa,,,
namun hati terlanjur pasi saat dirimu berkata
setelah ini, tak akan ada lagi senyum untukmu
setelah pergi,,,tak akan ada lagi bidadari

Ya,,ya,,ya,,aku tahu
yang tertinggal hanya kidung sunyi
kidung sunyi bidadari

Rabu, 21 Desember 2011

sebutan



Perkara sebutan memang tidak mudah, hanya karena salah sebut saja masalah sepele jadi rumit dan sebaliknya.Misalnya hanya karena merasa pintar secara tidak sengaja menyebut sahabat saya naif, ngamuklah dia. Hanya karena merasa cantik,dibilang kurang pantas, sewot jadinya. Padahal kalau mau bilang cantik/ganteng terhadap seseorang bisa saja walau kesannya sedikit menjilat. Tapi apa daya lidah terlanjur mengatakan yang sebenarnya. Saya mengerti betapa nisbinya masalah kecantikan, kepintaran di jaman ini.

Kemarin, saya sengaja menyebut beib sama si Pinkan,,,alih-alih tersenyum, dia malah sewot : can't you call me a bit sweet, I don't like this title, I felt like a little pig,,, hahaha,,,(baby,,bisa diplesetkan jadi babi memang). Kalau gitu Ayy aja yaa,,,. Boleh-boleh dari kata ayaang yaa,,,sumringah dia. Bukan dari kata ayam,,,(babi ma ayam kan sama sebutan buat ternak),,bletaak,,kepala kena timpuk jari dia yang keras. Betapa untuk menyebut orang tersayang saja begitu nisbi

Jadi pasal sebutan memang mempunyai sense yang tidak sama, seperti putra teman saya yang berumur 3 tahun diajarkan menyebut mama dan papa dengan kata : bunda dan ayah, namun apa daya sang anak lebih suka memanggil bunda-panda, padanan yang klop menurut anaknya. Tentu saja ayahnya blingsatan saat anak itu memanggil ditengah keramaian. Hmm sebutan nama saja begitu nisbi buat saya

Dunia yang makin sempit oleh teknologi kadang memang membuat manusia menjadi ter-alienasi, informasi yang berseliweran di udara membuat kita seperti makin asosial saja. Lola,,demikian dia di panggil, admin yang biasa membereskan semua masalah saya di kantor, mulai bikin laporan, program dan plan market, begitu lancar dikerjakan semua hal yang berkaitan dengan data di komputer. Di FB-nya punya teman hampir mendekati seribu, namun saat saya tanya, teman yang riil tidak sampai 10 orang, saya kaget. Lebih kaget lagi dia dapat pacar dari situs jejaring sosial juga. Hasilnya, dia ngadu kalau pacarnya possesif, saya tertawa dengar istilah itu, sehingga hari itu setumpuk kerjaan diselesaikan dalam hitungan jam. Dia lagi kesal rupanya. Masa pak,saya tidak boleh kenal sama ini,ga boleh temenan sama itu, ga boleh telpon ini,,bla..bla,,bla segepok larangan yang diterima sambil matanya sembab menahan tangis. Besoknya sudah ketawa-ketawa, dia bilang sudah putus dan dapat gantinya lebih cakep, dari,,,FB juga,,,(saya tidak tahu menyebut ini gejala apa? syndrom dunia maya, dunia yang nisbi? mungkin)

jadi perkara sebut menyebut di jaman sekarang memang perkara yang tidak mudah, salah bicara arti dan reaksinya bisa beda, saya ingat si Pinkan pernah bilang begini :be careful with your mind because it will affect your speech, keep your speech it will affect your actions, keep the action as it will affect your habit, keep your habit because it will affect your character, keep your character because it will affect your future. Hmmm,,,,

Jumat, 16 Desember 2011

when morning comes


morning may be past with sincerity
maybe it will touch every hear
when heart is only silence
tears only able to say : I will not go anywhere

here is only hope the second that had once passed
reincarnate be recalled happy
not revenge that makes the wound
because destiny has said
life will just pass behavior with tears
be happy or otherwise

would not that have been enough
so there's reason to say: bad faith and attended pretense
that should do is go to the front to pick up the dream
all let God accompany other in joy and sorrow

Kamis, 15 Desember 2011

I saw this movie


Kehidupan ini seperti sebuah puzzle, menurut saya begitu, bedanya, kalau puzzle asli bentuk akhirnya telah dirancang sejak awal, kita tinggal beradu cepat dan pintar memasang hingga terbentuk pola tertentu. Dalam kehidupan memang mirip, sejak awal, tujuan akhirnya telah diputuskan, namun pola puzzle kehidupan ini lebih rumit dan tidak menuntut kepintaran sebenarnya, hanya perlu kesabaran dan keikhlasan. Bukankah ada pepatah cina berbunyi : orang bodoh kalah dengan orang pintar, orang pintar kalah oleh orang beruntung. Jadi tidak ada korelasi antara kepintaran dan keberuntungan. Keberuntungan hanya bisa dicapai (menurut saya) dengan kesabaran dan keikhlasan. Kesuksesan hidup tidak hanya memerlukan kepintaran, tapi perlu banyak hal.

Sebuah keberuntungan buat saya beberapa hari ini dihadapkan dengan dua model puzzle kehidupan yang bertolak belakang, seperti melihat dua film kisah nyata sekaligus. Yang satu kesulitan menempatkan diri pada peta kehidupan karena menanggung hutang cinta yang sedemikian besar, sehingga apapun keberuntungan kehidupan yang telah dimilikinya malah menjadi beban kehidupannya. Yang satu lagi berjuang melukis kanvas kehidupannya sendiri dengan keindahan, polanya telah nampak, hanya kesulitan (sementara ini) untuk mewujudkannya karena keterbatasan energi pendukungnya.

Yang satu mencoba memahami kehidupan ini dari lensa mikroskop (melihat dari atas ke bawah) sehingga agak terkaget-kaget ternyata setelah dilihat, hidup sebenarnya rumit dan terlalu banyak aturan ini itu yang mesti dituruti meskipun dari sisi logika tidak mengena, namun apa daya saat terbentur dengan dogma, berujung pada banyak tanya dan kegamangan yang didapatnya walau sekuat tenaga melawan, akhirnya pasrah, kalau tidak dibilang menjadi skeptis.
Yang satu melihat kehidupan dengan lensa teleskop (melihat dari bawah ke atas), keindahan hidup terlihat masih jauh saat ini, namun ada keinginan kuat untuk melihat bulan dari dekat, membuatnya membiayai seluruh cita-citanya dengan pikiran dan tenaga, tidak ada pilihan disana kecuali terus berusaha ke depan. Sebab tidak mungkin surut ke belakang

Jujur saya trenyuh dan menangis buat keduanya, dua anak manusia berjuang demi impian yang sama di masa depan namun ditempuh dengan cara yang berbeda. Saya hanya berdoa agar BELIAU menggamit jemari lemah mereka, sehingga dengan cara rahasia "tangan" Tuhan selalu menuntunnya. Kadang berkhayal untuk menjadi "tanganNya" atau sekedar menjadi pendar cahayaNya. Entah kenapa hal itu ditolak. Mungkin saya bukan malaikat, saya hanya manusia biasa yang masih punya tendensi, sehingga wajar kalau disalah pahami. Yang bisa dilakukan hanya berharap semoga skenario ini berakhir happy ending, kalau tidak, hmm,,, saya akan bertanya padaNya, kenapa diciptakan mahluk bernama cinta kalau ujungnya hanya berakhir dengan keperihan luka dan air mata.

Nyanyian sunyi


Sesaat kau rasakan hangatnya memeluk mentari pagi
dendang apa yang kau dengar?

sesaat menciumi aroma bunga mekar
lagu apa yang kau dengar?

sesaat hembusan mendung menjelma menjadi hujan
kidung apa yang engkau dengar?

sesaat gesekan rimbun bambu tergores angin
suara apa yang kau dengar?

semua itu nyanyian sunyi
berkisah tentang cinta dan ketulusan
menjalani kehidupan tanpa tanya
memeluk dikotomi dalam kemesraan yang sama
menebar iqra di jalan-jalan rahasia

inilah nyanyian sunyi
diam dalam keheningan
berpelukan dalam kasih sayang
berpulang dalam kedamaian
disini di dalam sini

Rabu, 14 Desember 2011

Gusti Allah ora sare


Saat hidup hanya merenda asa
dironce satu demi satu demi bahagia
bahagia dan masa depan
seperti sepasang kekasih sejati
seolah pangeran membangun hidup di istana pasir
kecantikkannya hanya ada ketika lembut ombak
memeluk dengan kehangatan tak terkira
menggenggamnya erat seolah abadi seperti tertulis di buku pujangga
hanya ada satu kata : indah
kalaupun liku waktu memberi kecewa
kalaupun matahari sore tak selalu berwarna jingga
entah siapa pernah berkata:
jangan terlalu erat pasir ini di genggam
kalau tidak ingin meluruh karenanya
ahh,,, pepatah apa lagi ini
bukankah setiap episode kehidupan
selalu saja menyisakan air mata
apapun ronanya, kecewa dan bahagia
bukankah hidup tak boleh dipotret dengan sepenggal fragment
karena ia hanya menyiratkan langkah selalu ke depan
kalaupun di sudut sunyi engkau sembunyi menangisi hari
karena ketulusan disalahpahami matahari
biarkan harapan memangkumu untuk menengadah
disana,,,diatas sana,, engkau pasti melihat
Gusti Allah ora sare

nol dan satu ( 0 & 1 )

Angka o dan 1,,apa makna di dalamnya? bisa saja bermakna kosong/hampa yang diwakili angka 0 dan ADA yang diwakili angka 1. Revolusi teknologi digital ternyata berasal dari angka ini, 0 berarti arus hilang, 1 arus masuk. Makna dalam kehidupan kita sehari-hari apa? Kehidupan telah bertutur kita berasal dari kehampaan, ketiadaan (0). Hanya dengan mengabdi pada energi kehidupan kita meng-ada. Energi yang diperoleh dari Yang Menghidupkan (1), tanpaNya, kita adalah entitas hampa, kosong. Jadi dipaksa atau tidak, suka apa tidak, akan selalu mencari energi yang menghidupkan apapun namanya (Allah, Tuhan, God). Hanya perjalanan manusia kadang salah kaprah mengartikan angka 1 (energi kehidupan), mengira ada pada benda-benda, harta, tahta dan bukan DIA. Bukannya kita tak memerlukan semua itu, namun itu bukan tujuan, hanya kualitas kehidupan saat meng-ada padaNya

Ilmu pengetahuan seperti fisika kuantum, telah sampai pada pemahaman bahwa benda padat yang kita lihat dari panca indera sebenarnya sebentuk gelombang yang mampat. Sebagai gelombang, bagian terkecil dari anasirnya adalah atom dan lebih detail lagi proton sebagai inti dan elektron yang mengitari inti. Antara proton dan elektron , terdapat suatu ruang kosong yang pada masa lalu disebut dengan ether. Ruang kosong ini begitu mendominasi dari sebuah atom. Bahkan tata surya, galaksi, dan planet yang mengiringinya, ada banyak ruang kosong di antaranya. Artinya apa? semua benda yang kita kenal, dari makro kosmos hingga mikro kosmos pada hakikatnya sama, ada ruang kosong dan hampa, demikian juga manusia. Jadi kita sebenarnya hampa,kosong, hanya karenaNya kita menjadi ada.

Salahkah terpesona dengan hal bersifat kosong/hampa, mengapa terkadang mengira benda-benda ini hidup, kalau hakikatnya kosong (0). Berlebihankah hal diatas ? kalau saja tidak disebut dengan sia-sia. Pernah merasa gelisah luar biasa ? seperti hampa yang menyiksa?, merasa sepi dalam keramaian ? menemui hidup seperti ada di ruang kosong dan kehampaan, mungkin kita sedang kena gejala spiritual illness. Gejala dimana ada semacam kesakitan spiritual yang ditandai dengan hilangnya kepekaan hidup, empati, skeptis, ketulusan cinta, pikiran yang selalu ada di masa lalu dan masa depan, namun raga ada di masa kini. Kemungkinan salah meng-ada pada yang hampa, begini jadinya.

Kelak demikian Emha pernah menulis, saat pengetahuan manusia telah sampai pada benda yang ukurannya lebih kecil dari unsur pembentuk proton, manusia telah sampai pada gerbang kelembutan hati. Pada saat itu lidah menjadi kelu, mata memerah menahan air mata, karena tiada ucapan yang pantas selain : Maha suci Allah yang telah menghidupkan semua yang hampa untuk semata-mata mengabdi padaNya.


Sabtu, 10 Desember 2011

Heart (hear of art)


Agak terkejut juga ketika seorang sahabat secara berseloroh menanyakan, sebenarnya profesi saya apa? terus terang agak bingung menjawabnya, sebab aktifitas yang dilakukan dalam keseharian kadang melampaui hal yang dibayangkan. Secara struktural organisasi mungkin cocok dikatakan seorang marketer, dengan cakupan hampir separuh wilayah jawa timur membuat aktifitas ini berkutat dengan target, strategi market, plan dan implementasinya. Secara aktual juga akan mengaku sebagai aquaculturist sebab di lapangan sahabat-sahabat akan melibatkan dengan proses budidaya udang mulai persiapan lahan sampai menyusun strategi ekosistem kolam sehingga mencapai efisiensi ekonomis yang maksimal. Namun prakteknya sehari-hari hanya memerlukan dua telinga untuk mendengar semua kesulitan, keluh kesah, dan kegembiraan mereka. Jadi akan lebih suka profesi saya hanya seorang pendengar.

Profesi pendengar rasanya agak asing awalnya, namun mendapat banyak hal dari profesi ini. Universitas kehidupan yang mirip belantara menjadi sedikit benderang saat sahabat mau berceloteh tentang kesuksesan dan kegagalannya, serta menasehati harus begini, begitu. Saya cukup beruntung profesi sebagai aquaculturist mengharuskan bertemu langsung dengan owner berbagai tingkatan karena harus bertukar pikiran dengan mereka tentang teknis budidaya udang. Mulai dari OKB yang masih butuh pengakuan sampai orang dengan tingkatan materi yang tidak bisa dibayangkan namun tetap sederhana, semuanya memberi jurus bagaimana hidup ini harus dijalankan. Kesimpulannya adalah, semakin tinggi seseorang, semakin lama ada di puncak, semakin sederhana. Jujur agak terkejut juga awalnya. Namun seperti halnya puncak gunung yang tandus dan tidak ada tumbuhan disana karena akan menghalangi keindahannya, demikian juga makin tinggi seseorang (apalagi bertanggung jawab dengan kelangsungan hidup banyak orang) ada di puncak pemikirannya harus makin sederhana. Kalau tidak, kejernihan dan keindahan pemikiran itu akan berpengaruh pada banyak orang yang menyadong rejeki darinya.

Mereka bilang puncak yang diraih saat ini, selain kerja keras dan tanggung jawab, kejujuran adalah hal utama, kearifan yang harus ada di urutan awal, selanjutnya kehidupan hanya disimpulkan dengan 3 kata Syukur, Ikhlas dan Rendah hati (S I R) dan muaranya adalah pada sikap sederhana. Hmmm,,,hanya dengan mendengar saya mendapat banyak hal, walau kadang terlalu sederhana. Sederhana? namun tidak untuk dampaknya.

Rabu, 07 Desember 2011

mata-air mata


Tanpa membedakan bagian tubuh yang lain karena semua adalah anugerah Tuhan, saya suka memperhatikan yang namanya mata. Buat saya mata seperti jendela hati dan jiwa. Memperhatikan mata seseorang saat bicara, seperti masuk ke sebuah lorong yang berakhir di kisi-kisi tempat memori mereka di tanggalkan. Disana tersimpan semua memori bahagia atau lara, dan lewat mata pancaran emosi itu hadir. Apapun peristiwanya, saat itu menyentuh kalbu, selalu bermuara di mata dan,,,air yang keluar cerminan itu. Bahagia atau sedih kalau itu menguatkan emosi maka yang keluar air mata. Sebagus apapun dan sepintar apapun orang, mungkin bisa memanipulasi tindakan bahkan tangisan, namun tak mampu menandingi emosi yang keluar dari dalam bersama air mata.

Sebagai anak kolong, dulu pantang buat menangis, setiap menerima hukuman apapun kesalahannya, pantang menunduk, dagu harus tetap tegak, mata harus menatap ke depan walau sekecil itu kelopak sudah banjir air mata. Dan sampai besar pun kadang terbawa, setiap bicara agak kurang klop kalau belum bisa menatap mata. Itulah sebabnya mata yang indah buat saya terasa eksotis, definisi indah memang bisa diperdebatkan, tapi mata yang indah seperti gabungan antara pancaran emosi dan kedalaman jiwa yang memilikinya, dan itu terasa saat saya menatapnya. Perhatikan mata bayi, atau balita, terasa indah bukan,,,coba ungkapkan dengan kata keindahannya,,,susah, karena mata yang polos itu membuktikan kedalaman jiwa, kedalaman spiritual yang membuatnya.

Hanya mata, bagian tubuh manusia yang mengeluarkan air tanpa aroma dan warna, bagi saya itu melambangkan kejernihan, sebuah tempat dimana kesucian bersemayam. Jadi kalau melihat mata yang indah terkadang saya ingin melihatnya menangis, rasanya seperti melihat lukisan alam yang eksotis karena ada kejujuran bercampur keikhlasan disana.. Dulu,,,saya paling suka melihat Adinda putri saya menangis, entah kenapa saat mata indahnya banjir oleh air, ada tarikan spiritual seolah saya bisa menggapaiNya. Hari ini kadang merasa kehilangan momen semacam itu, mata yang indah dan menangis. Kalau kelak bisa menemui hal itu lagi, saya berjanji akan menatapnya cukup lama, kenapa? hmm,,,saya menyebutnya seperti mengalami ejakulasi spiritual :-D.

Kamis, 01 Desember 2011

keep smiling,,,


Beberapa bulan ini saya mengalami kepenatan mental luar biasa. Banyak hal yang membuatnya begitu, diantaranya adalah masa lalu. Suka atau tidak, dalam diri ini masih saja menggendong masa lalu untuk dibawa ke masa kini. Hasilnya,,,muram dan lelah luar biasa sehingga menimbulkan semacam kesalah pahaman terhadap diri dan seseorang yang bernama Pinkan (I'm sorry Pinkan,,). Masa lalu yang mengejawantah pada harapan ternyata tidak saja menjadi beban diri sendiri, saya tahu si Pinkan juga merasakan hal yang sama. Kadang terlambat buat menyadari kalau diri sendiri terlalu lama dalam kepompong hanya untuk menanti cahaya mentari , namun itu butuh keberanian, butuh keberanian untuk melepas masa lalu, butuh keberanian untuk membuang beban.

Dan ketakutan itu mencapai puncaknya kemarin, entah ada semacam rasa bersalah saat harapan buat diri sendiri dan juga orang lain tiba-tiba menjadi hampa. Saya harus berkata patah patah hanya untuk mengatakan maaf buat seseorang. Bagaimana tidak, ketika seluruh hidup dia dan keluarganya tiba-tiba menjadi serpihan yang menyublim ke udara. Jujur saya hampir manangis dibuatnya. Ada gurat kecewa dari sahabat saya, namun berusaha ditahan dengan senyuman dan berkata, mungkin ini bukan jalan terbaik saya (mendengarnya saja saya trenyuh , namun ada rona ikhlas dan itu melegakan setidaknya buat sementara). Beban masa lalu seolah terlepas begitu saja saat sahabat saya berkata, saya ikhlas.

Kehidupan memang mirip cuaca begitu saya menyebutnya, kadang cerah lain hari mendung. Kadang ketakutan akan datangnya cuaca buruk hanya ada dalam pikiran dan begitu itu terjadi ada kelegaan (aneh kan,,) dan membiarkannya terjadi. Saya terlalu lama tidak membuka akun Facebook , sekali dibuka banyak pesan yang mampir untuk ucapkan berita duka, mantan guru SMU telah berpulang. Hmmm,,,sengatan kepedihan memang sempat mampir, namun berganti rasa ikhlas. Bukankah kematian sebuah isyarat kalau Tuhan menyayangi manusia?
Saya juga menemukan foto sahabat saya dengan seseorang tengah tersenyum, saya hanya menduga-duga apa sahabat saya telah menemukan tambatan hatinya. Saya merasa ikut bahagia karena kalau memang benar, masa lalunya telah terlipat dengan lembaran hidup yang benar-benar baru. Entah kenapa saya ikut lega.

Kehidupan yang saya alami beberapa hari ini memang begitu paradoks, kemarin si Pinkan bilang saya terlalu murung, hari ini saya benar-benar lega, karena sahabat yang pernah saya kenal begitu ikhlas menjalani hidup, nampak dari wajah-wajah yang tersenyum. Saya bayangkan alangkah indah kalau semua orang di dunia setiap hari senantiasa ikhlas dan tersenyum apapun rona hidupnya. Dapat kesedihan senyum, dapat rejeki senyum, dapat hinaan senyum, apalagi dapat pujian. Saya jadi teringat penggalan tulisan Gede Prama : Tempat ibadah sejati kita adalah kehidupan keseharian kita (Our True Temple is Our daily Life),,,dan itu bisa terjadi saat kita ikhlas menjalaninya.