Sabtu, 28 April 2012

kamu tahu,,,

kamu tahu,,,
matahari sebenarnya menyayangi lautan
ia akan memeluknya saat senja tiba
membentang garis imajiner di ufuk 
sepanjang itu pula rasa sayang  ada

kamu tahu,,,
bulan sebenarnya menyayangi malam
apapun gelap yang tak berbatas
stigma bernama benci, kecewa dan luka
hanya cahayanya membuat semua jadi sirna







Minggu, 22 April 2012

cinta,,terselip di sepenggal bulan

cinta,,
terselip di sepenggal bulan
hanya malam yang mau pahami
keindahannya adalah ketulusan

cinta,,,
tersangkut di daun kering
hanya angin yang mengerti
kalau semua itu kasih sayang

cinta,,,
terpatri pada tetesan hujan
hanya awan yang tahu
rahasia dibalik kelembutan

canda Mu,,,

Tuhan memberi candaan padaku bukan dengan tawa tapi tangisan
kadang suka menggelitik dengan rasa kuatir tentang masa depan
bahkan pernah menggoda dengan memisahkan orang tersayang
lain kali  menciumku penuh cinta dengan rasa kehilangan

Memang aku pernah melupakan Mu
Engkau marah hingga memberi ku kebahagiaan
atau pernah terselip dalam benak jangan-jangan Engkau cemburu
sesaat penggalan waktu tak memperhatikan Mu
hidupku berisi tawa seperti memiliki dunia

Namun aku tahu Engkau terlalu sayang
hingga selalu saja di ujung waktu memberi derai airmata
seperti tahu betapa aku selalu merindukanMu
hingga keperihan luka selalu Engkau hadirkan

Cemburukah Engkau yaa,,Tuhan
ditengah hati tercabik yang ditunjukkan
betapa rasa sayang sejati, rasa cinta paling murni
hanya bisa dipahami dengan menghadirkan kepedihan

Aku hanya butiran debu dalam penglihatan Mu
ijinkan bisa ikhlas dengan semua canda Mu
kalau itu kelak akan mempertemukan dengan Mu
mengapa harus lewati liku kehidupan



katakan,,,

katakan aku hanya kepingan kecil dalam kosmos pengembaraan
remah tak berarti pada jejak perjalanan tercecer
debu  tak bernama disetiap definisi ujung kehidupan
sudut malam yang memberi tawa dan pedih bisa sembunyi

sampaikan pada angin pasti ia akan menceritakan aku kelembutan
bisikkan  pada daun kalau aku hanya mau berbincang tentang ketulusan
atau pada ufuk senja sinarnya membentang garis imajiner
bercerita padanya  bila itu bukan fatamorgana tapi ada

kalau tanyakan siapa aku sebenarnya
niscaya mereka akan berkata
aku adalah hakikat cinta

Sabtu, 21 April 2012

Syair penjual balon


Sore hampir saja tergelincir saat dibawah pohon rindang duduk seorang penjual balon beserta dagangannya, balon warna warni yang diikat benang pada cantolan bambu, saya lihat diletakkan pada ranting pohon tempat bapak itu beristirahat. Ada keteduhan dari pancaran muka saat melihat peluh yang menutup seluruh wajah yang sudah tak bisa dikatakan muda lagi.Seperti yang sudah-sudah pikiran iseng saya mulai muncul, bertanya basa-basi, saya kaget karena diusia yang hampir mendekati kepala lima, setiap hari bapak ini berjalan sejauh hampir 30 km pulang pergi dari rumahnya mnenyusuri jalanan hanya untuk berharap rejeki dariNya hanya dengan menjual balon. Saya trenyuh ketika beliau bilang, dalam sehari rata-rata bisa menjual 5-8 balon seharga Rp,4000 dilakukan menyusuri jalan berdebu dengan jalan kaki, jadi seharian setelah bejalan sejauh itu pendapatannya 30 ribuan. Dengan uang segitu selama hampir 20 tahun bapak ini bisa menghidupi keluarga dengan 3 anaknya. Tidak ada jalan pilihan kerjaan lain yang bisa dilakukan dengan skill dan kesempatan terbatas, membuat sang bapak konsisten dengan yang dilakukannya sekarang.

Yang membuat saya kagum ditengah himpitan kekurangan, sang bapak tulus menjalani profesi ini, saya teramat paham kalau bapak ini ikhlas terlihat dari gurat wajahnya yang tak menunjukkan tanda-tanda keletihan hidup."Tiyang punika menawi ngertos sejatinipun gesang wonten donya namung sakdermo mampir mboten wonten naminipun kuwatos, amergo Gusti sampun janji maringi rejeki dumateng umatipun ingkang purun medamel"sang bapak memulai percakapan, yang artinya kurang lebih :manusia kalau tahu hidup ini hanya sebantar dan tak perlu kuatir karena Tuhan berjanji akan memberi rizki kepada orang yang mau bekerja."Kathah-sekedik, ageng-alit menika wonten manah, kito namung sakdermo nglakoni lan usaha, menawi namine kirang mboten enten batese nggih kirang mawon, nanging Gusti mboten sare mas,,,(banyak-sedikit, besar-kecil itu tempatnya dihati, kita hanya menjalani dengan usaha, kalau namanya kekurangan tidak ada batasnya, namun Tuhan tidak tidur)".Terus bagaimana bapak bisa hidup dengan hasil sehari, apa cukup?"nggih cekap mas". Saya tidak bisa bayangkan definisi cukup buat bapak ini, karena pernah seharian tak satupun barang dagangannya laku, dia menerimanya dengan lapang dada Tapi ada satu hal yang membuat saya tertarik, dalam makrokosmos kehidupan, dia menempati tempat yang cukup indah dimata kehidupan, bandingkan dengan saya yang masih saja sering mengeluh. Yang membuat saya tertohok, entah menyindir atau apa, bapak ini bilang :" Kula sering ningali, kathah tiyang sampun diparingi cekap nanging kirang sukure amerga taksih kathah nyuwunipun,,(saya sering lihat orang yang berkecukupan tapi kurang bersyukur karena masih banyak permintaan".

Tidak bisa dibayangkan kesanggupan saya untuk menjadi bapak penjual balon, kalau bertukar kehidupan. Ketakzimannya menjalani kehidupan, keikhlasan dan harapan menyongsong rejeki dari Tuhan, rasa syukur yang teramat mendalam, membuat hidupnya begitu mengagumkan. Uang sehari yang dia dapat, kadang hanya menjadi recehan buat saya, tapi begitu berharga dimatanya.Mata saya berkaca-kaca, himpitan kekurangan dijalani dengan gembira oleh bapak penjual balon yang hidupnya tak sewarna-warni balonnya, saya tahu dimana "maqom" bapak ini dimata Tuhan. Sebelum pergi sambil tersenyum berkata : "sae mbotenipun gesang sanes ditingali saking kathah sekedik ingkang Gusti paringi, nanging napa sedoyo ingkang dipun paringi saged miguna kagem ummat (kualitas kehidupan tidak ditentukan oleh banyaknya yang diberikan Tuhan, namun apa semua itu bisa bermanfaat untuk orang lain)". Saya hanya tercekat dengan kata-kata yang sering diucapkan imam khotbah jumat, namun bapak ini mengucapkan dengan tindakan.Jujur saya merasa minder dan rendah dihadapan beliau, dan makin rendah saat beliau saya beri uang hanya untuk rasa kasihan dengan senyum dan halus menolaknya seraya berkata :"Mas,,,jangan kasihani saya, bukannya saya tidak mau dan butuh, tapi ada yang lebih membutuhkan, yaitu mas sendiri". Muka saya merah, tidak berani menatap wajahnya.hanya dengan ekor mata saya lirik wajahnya dan saya kaget bukan kepalang, wajahnya sekarang seperti berubah mirip Gur Pan, Saat saya kejar, bapak itu telah menghilang dikelokan jalan.

Sabtu, 14 April 2012

Derai

Derai,,,
saat hitam memeluk kejam
pagi berbisik di ujung sunyi
berkata tanpa suara hanya bergumam
mencari cintaMu diujung kelam
hanya temukan sisa tangis semalam
tatkala merinduiMu seperti mengais remah salah
lenyap asa hilang di sudut malam
ucap doa cukup membuat semua jadi
sirna
dan itu bukan
dosa

Jumat, 13 April 2012

hidup ini sebenarnya sederhana,,, (tapi tidak untuk efeknya)

Seharian berada di dua tempat yang berbeda memberikan sensasi sendiri, dua tempat yang bertolak belakang. Satu berada di lingkungan yang saling mendorong untuk berbuat kemajuan dan kebaikan, satunya habitat berisi orang-orang yang suka mem-fetakompli orang lain. Kebetulan sore itu baru saja menginjak Tuban, setelah seharian di terjang komplain yang tak ada ujungnya. Cerita bergulir karena hidup memang harus mengalami masalah dan membereskannya. Kalau dipikir kesulitan apapun pada diri ujungnya hanya kesalah pahaman belaka. Bayangkan,,hari itu benar-benar menikmati lagi rasanya di fetakompli, bagaimana sebuah urusan yang sebenarnya mudah tapi dibuat sulit oleh orang yang mengaku "boss" hanya karena ingin dianggap memiliki kontribusi dalam perusahaan ini. Sudah terlalu paham dengan "gaya" yang beginian maka satu-satunya yang harus saya lakukan adalah membungkuk dihadapannya dan hasilnya luar biasa, sang "boss" dengan sumringah meluluskan semua plan dan program yang lama mandek tertahan di tangannya. Ahmad Sobari pernah bilang, perilaku "feodal" seperti ini dulu banyak dilakukan oleh bangsawan jawa, dan kalangan proletar menyindirnya dengan membungkuk dihadapannya,,,sambil kentut.

Ditempat yang lain selalu mendorong untuk selalu berbuat lebih dalam hidup ini, dan sahabat saya yang santun bilang, hidup ini sederhana kalau kita bisa memahaminya. Maksudnya,,? begini wing,,hidup ini sudah teramat biasa,,saya,,kamu,,mengalami kemudahan dan kesulitan,,,kebahagiaan dan kesedihan. Yang harus dipahami adalah saat kesedihan datang, apa yang harus dilakukan, demikian pula saat bahagia datang. Apa? tanya saya,,,yaaa kamu harus menerimanya dengan sepenuh hati. Maksudnya? hmm,,,pengalaman hidup yang pernah saya alami, demikian sahabat saya mulai bertutur, saat saya ada di puncak saya menerimanya dengan sepenuh hati, saat saya jatuh pun saya ikhklas menerimanya, ketika bangkrut dulu, saya hanya bisa memberi makan keluarga sekali sehari, saya tidak sedih malah memacu untuk bangkit, sehingga saat kembali ada di atas sekarang ini tidak menjadikan saya merasa "tinggi". Hidup apapun warnanya butuh keseimbangan wing,,, kalau kamu bisa lakukan itu, masalah apapun dihadapan kita menjadi sederhana, bukankah hidup memang harus begitu.

Saya hanya terdiam, apa yang dikatakan sahabat saya ini memang benar, fluktuasi hidup memberi ruang dalam diri untuk mencari keseimbangan, IM dan YANG demikian sahabat saya bilang. Saya kaget karena ini hal yang pernah saya pelajari 5 tahun yang lalu bersama seorang sahabat yang lain dan telah lama saya lupakan. Bercerita tentang keseimbangan IM dan YANG memberi pemahaman hidup yang luwes. Saya beruntung karena di ingatkan kembali tentang hal ini. Salah satu hal yang saya pahami adalah menerima apapun rona hidup dengan tulus, dan sahabat saya pun bilang: wing,,hidup ini sederhana kalau kamu bisa memahaminya (tapi tidak untuk efeknya). Saya hanya tersenyum

Senin, 09 April 2012

cinta itu,,,

Lama tidak membuka jendela, kemarin sore saya berkesempatan membuka jendela lebih lebar. Jendela itu bernama Gede Prama, banyak hal yang tidak saya lihat diluar sana, ada kesejukan yang memang selalu saya ingat saat sore menjelang. Setiap tuturnya selalu saja bercerita tentang kelembutan cinta. Cinta yang dipahami tidak sekedar ketertarikan sesama, namun jauh dari itu. Bagaimana kekuatan cinta yang sebenarnya akan memberi kesejukan dalam hidup. Banyaknya persoalan kehidupan, banyak memberi luka, pertanda cinta dipahami sekedar memuaskan ego belaka. Tidak bisa dibayangkan kehidupan seperti itu.

Kadang cinta diratapi secara berlebihan sehingga memberi kesan cengeng. Ya,,,cengeng seperti bagian keseharian saat apa yang diinginkan menjelma jadi serpihan tak bermuara. Kita menangis sejadi-jadinya untuk memberi makna betapa tak bisa menerima kepahitan. Sejujurnya, kecengengan kalau mau dimaknai adalah wujud sayang dariNya, mestinya kita menatapnya dengan senyum. Belajar dari kepahitan, hidup memberikan senyum sekecil apapun dan bermakna indah.

Sore itu, jendela bernama Gede Prama seperti mengingatkan saya, cinta seperti magnet, ia akan menarik kita menuju ke tempat yang tinggi. Awalnya memang akan menemukan lumpur-lumpur hidup bernama cengeng, egois dan segala hal yang bermakna dangkal. Kejernihan ada di tempat yang lebih dalam, dicapai saat kita menggalinya dengan ketekunan. Cinta yang sebenarnya ada di tempat yang dalam dan jernih bukan ditempat dangkal.

cinta sederhana

Kelak,,,
saat waktu telah merenta-kan tubuh ini
saat keinginan hanya menjadi mainan kekanakan
api tidak lagi memerah namun meredup dan biru
ada keinginan untuk berjalan dengan hati
menginjak di ranah-ranah bijak
waktu mengangguk dengan sayang
saat itu tidak diperlukan apa-apa lagi
kecuali
cinta sederhana

ada keinginan

Ada keinginan batin ini untuk meluruh
menjadi cahaya biar kehidupan menjadi lembut
hanya dengan begitu makna sayang menjelma
jadi keindahan, seindah sinar mentari pagi

Ada keinginan laku hidup berjalan seperti embun
biar sejuknya memberi makna bagi bunga yang hampir me-layu
agar ada beda mana cinta, mana sayang
kelak sang waktu akan membisikkan itu

Ada keinginan menguapkan semua tawa dan bahagia
hanya agar tahu Tuhan menjelma dalam Cinta
sederhana saja keinginan itu
cukup buatku

Kamis, 05 April 2012

ambigu



Saat membaca tulisan sahabat-sahabat saya, bisa terasakan apa sebenarnya yang ada dalam hati mereka. Ada tangis kebahagiaan, kegembiraan, atau lain waktu kesedihan dan pedih yang mengiris kalbu. Tulisan memang sebentuk kejujuran yang tidak bisa dihakimi oleh siapapun. Bisa saja menulis hal sebaliknya, hatinya sedih ditulis nada gembira. Namun itu akan terlihat sumbang dan inkonsisten. Tulisan merupakan cermin pikiran dan pikiran cermin suasana hati. Susahnya, hati yang menjadi oase amat tergantung dengan pengayaan pengalaman yang berbentuk mindframe. Mindframe ibarat jendela, makin besar dan lebar, makin kaya pula pengalamannya, makin inklusif.

Jadi dari tulisan yang saya baca dari sahabat saya, ada ke-asyikkan untuk menyelami dasar dan relung hati mereka. Ada sahabat yang menurut takaran kepintaran masuk kategori cerdas, dia memiliki "jendela" yang lebar dan luas, sehingga kadang iri dengan dia, karena potensi yang cukup untuk membuat kebahagiaan untuk diri dan lingkungannya. Saya hanya menjadi kaget sekaligus terkejut ketika mengetahui belakangan ini "jendela" yang dimilikinya makin menutup dan mengecil, terasa sesak dan eksklusif. Saya hanya bisa mengurut dada, dengan potensi yang dimilikinya, apinya yang besar tidak makin membiru tapi me-merah. Saya menduga, kepedihan yang selalu diulang dalam jangka panjang, malah mengunci "jendela" untuk tidak terbuka. Kunci yang bernama ego, berkutat seolah kepedihan dan kesalahan adalah takdir. Saya tidak bisa bayangkan ke depan akan seperti apa, karena tidak saja ruang dihatinya akan tambah pengap namun juga menjadi gelap.

Apa yang harus dilakukan saat ruang hati tempat rumah kedamaian dan kebahagiaan makin gelap? mungkin seperti Gede Prama bilang, kita harus membiasakan mendengar "bel" sebagai penanda untuk kembali merendah dalam kehidupan dengan ketulusan dan ikhlas. Karena itu tidak saja membuang kotoran batin, "bel" menjadi penanda untuk kembali menjadi "sadar". Bel, bisa saja berupa genta di vihara, lonceng gereja, suara adzan, derit pintu, bahkan suara desau angin dan gemericik air. Bel tidak saja menidurkan ego, namun melatih diri untuk membuka jendela hati selebar-lebarnya dan memecah kerangka untuk menjadi makin luas, sehingga cukup luas buat melakukan perjalanan sunyi.

Saya hanya bisa berdoa buat sahabat-sahabat saya yang saat ini sedang mendendangkan lagu kepedihan , berharap itu segera berakhir dengan mulai mendengarkan denting "genta" dalam dirinya, memulai untuk membuka jendela selebar-lebarnya sehingga kesejukan masuk dalam relung hatinya, kalau tidak, saya tidak bisa bayangkan saat tubuh ini merenta, namun kedamaian dan kebahagiaan makin menjauh.

Rabu, 04 April 2012

Dik,,,

Dik,,
tahu beda cinta dan kasih sayang ?
tahu beda tawa dan kepedihan ?
tahu air kotor dan terkotori ?
tahu beda sejati dan nisbi?

semuanya akan terurai kala kau menangis
saat air mata bening itu mengalir lewat celah kelopak
melarutkan semua kotoran batin dan luka
sesudahnya,,,,

rasakan dirimu ada dimana
jika merasakan sepi menyergap
engkau menjadi lelah dan tergagap

atau dirimu seperti terbang diatas padang rumput sunyi
sementara bunga liar rakus mengisap embun pagi
ada sinar lembut membentuk pelangi

Dik,,,
pahamilah, semua itu bermakna ketulusan
belajar dari kehidupan dengan kerendah-hatian
meyelimuti tubuh wadag dengan keikhlasan

kelak hidup hanya akan memberi bahagia
tatkala memfermentasi semua tawa, luka menjadi pupuk jiwa
saat itu dirimu menyadari telah menjadi cahaya
dan pendarNya