Senin, 25 Desember 2017

Broedin talk

Entahlah apa saya ini puritan,saya termasuk penganut pria yang bangga melihat wanita "open mind" bukan " open wear". Perkembangan kultur antropologi manusia (ngemeng epe iki)  sejak jaman 
Pithecanthropus erectus hingga manusia modern turunan homo sapiens,  yang namanya wear yang tadinya untuk menutupi tubuh akibat cuaca dingin sekarang malah berkembang wear yang kewer2 alias robek sana sini sampe kalau bisa terlihat yang namanya under wear.

Jadi kalau awal dari telanjang dan kebudayaan makin menutup terhadap tubuh, sekarang malah balik jadi terlihat telanjang (meski sebagian) lagi,  ini sebuah kemajuan peradaban atau kemunduran?. Sohib saya Broedin van Klompen,  selalu punya jawaban akan hal itu ( bukan van klompen kalau ga bisa berargumen) . Katanya : "kesadaran peradaban yang bergerak dari no wear ke under wear lantas partial wear sampai nude,  adalah produk pemikiran yang canggih,  malah kelak teknologi manusia akan bisa menciptakan pakaian seolah pemakainya ga merasa sedang berpakaian". Terus kelihatan telanjang donk,  kemajuan opo kui dien,, ." tergantung asumsimu bro,  kalau pikiranmu porno yaa ketok mudo,  nek pikiranmu positif itu sebuah hasil teknologi.

Sek sek dien,  nek anakmu wedok budal nang mall terus gawe klambi kekecilan sampe udel mbek pupune ketok,  ente tego tah."nahh itu lain perkara,  sama wanita seperti itu kita harus kasihan",,loh piye maksutmu? " siapa tahu bro,  dia ga punya duit untuk beli baju yang pantas sehingga terpaksa pake baju adiknya" jawabnya terkekeh. Lahh itu kan mengundang bir,,,, " lom tentu itu kan asumsimu bro,  tergantung niat kita melihatnya sebagai komoditas seksual atau bukan", lah faktanya itu sudah jadi trend setter dimanapun dien sya nyanggah.

" tergantung dari sisi mana kamu melihat itu bro,  kalau dari sisi komoditas,  itu kemajuan ekonomi,  kalau dari sisi etika, di barat sudah hal biasa,  kalau dipandang dari sudut antropologi yang kamu bilang itu kemunduran,  apalagi kalau dilihat dari disi keyakinanmu dan aku,  itu bertentangan,  bukankah hanya dari sisi asumsimu saja broken wing"anjrit iso ae arek iki ngemeng,  kuliah nang sopo iso berargumen gitu. Lah nurut kamu sing bener sing endi dien?

"Yoo tergantung apakah asumsi dia, mereka, kita,  aku,  kamu, bener opo ga berdasar etika makrokosmos kebudayaan,  kalau dilihat frame yang pendek,  bisa saja benar,  tapi kalau dilihat frame yang panjang, bisa saja asumsi kamu yang benar". Tiba2 di depan kami berdua, lewat gadis dengan rok mini,  broedin melotot tak lepas kemana gadis itu berjalan.  Opo asumsimu dien nek ngono?. " ojo main asumsi bro nek ngono,  iki rejeki,,, haahaaa". Rejeki ndasmu dien,  tak keplak kepalanya,,,,

Buat anak2 perempuanku,  berpakaian agak nutup ya, ga ada jaminan kalau kalian ketemu broedin van klompen,  matanya melotot seperti lihat duit seratus ribuan,  kalian pasti jijik dilihatin begitu,  jangan salahkan dia,  karena dia lagi berasumsi tentang pakaianmu bukan bagian tubuhmu,,,, 😀😀😀😀

Minggu, 17 Desember 2017

So i'm gonna live you

So i'm gonna live you
Minggu ini menyisakan waktu tiba tiba senja telah menjemput hingga beranjak malam dengan segala keindahan sedari pagi, mendung dengan mentari sesekali mengintip kemudian hanya kelabu yang ada namun ndah. Entahlah semua kepenatan menghilang dengan menghirup oksigen kota ini.
Kita bertingkah seperti burung, meringkuk dalam selimut seyum seiring rinai yang tak begitu deras. Minggu ini seperti minggu kemarin, merangkai memori menjadikannya hidup teramat cukup, enaugh is enaugh.

Dalam kehidupan yang teramat singkat bukankah unsur bahagia ada damai disana, hari  yang tenang, secangkir kopi di penghujung senja begitu nikmat karena dibuatkan anak mertuah. Berhenti mencari adalah kuncinya, sebab semuanya telah sempurna. Lantas apa lagi? Samar samar terdengar lagu megan trainor : "So I'm gonna love you
Like I'm gonna lose you
I'm gonna hold you
Like I'm saying goodbye"

Yaaaa,,,penutup senja tak sempurna tanpa Sebuah lagu mengiringi,,,so i'm gonna love you,,,hmmm,,,


Sabtu, 16 Desember 2017

Broedin quote

Saya lagi demen nyimak quotes yang sering di bagikan oleh temen saya yang bernama Broedin van Klompen,sahabat saya yang menjabat jukir di bilangan kembang jepun,  jangan tanya,  meskipun jukir isi share wa nya sufistis.  Tutur katanya lembut dengan logat MA( madura asli,  atau GM- genuin of madura)  nya yang medok.

Misal,  pagi sekali sudah terpampang di beranda wa saya : urip mung mampir ngombe,  ojo dumeh, ojo adigang adigung,,, dsb,,, dsb.  Atau lain kali pake bahasa madura : kenca-kenca,  palotan-palotan,  dimin kanca,  satiya dedi taretan( dulu temen sekarang jadi saudara).  Saya biasanya langsung Kasih jempol empat. Dan kadang bikin status yang sedikit nyerempet undang2 TEI,  dia bilang,  kalau madura bisa jadi propinsi,  Surabaya akan kehilangan potensi ekonominya,  dan akan sangat tergantung dengan propinsi baru tsb.

Saat saya tanya kebenarannya dengan terkekeh dia bilang : pean masak ga tau mas bro ( niru gurpan kalau manggil nama saya pasti pake bro(Ken wing)  entah dari mana tau itu) kalau jukir yang kebanyakan dari madura hijrah pulang kampung,  sampeyan mau nanggung rumitnya ngatur parkir setelah saya tinggal? Saya manggut2 ga ngerti,  opo hubungannya dengan kehilangan potensi ekonomi.  Tapi bukan broedin van klompen kalau ga bisa menjelaskan.

Dia bicara mikro ekonomi, dan non formal ekonomi yang di garis grass root ( pening pala awak,  istilah gitu tau dari mana dia) kebanyakan di kerjakan saudara sekampung,  kolega, istri yang di bko ( bawah kendali operasi) untuk bantu suaminya,  mulai jualan makanan kaki lima yang menyediakan makan siang pegawai kantor toko hingga jualan pulsa.  Sepele tapi penting,  saya sudah merasakan bagaimana saat hari Raya madura aluas idhul adha,  alias toron,  Surabaya sunyi senyap,  kelabakan cari makan siang.

" dien ente bisa analisa,  bisa share gitu copas dari mana? "Saya coba pancing. Mas bro ki menghina,  neh bacaan saya,  saya lihat dari majalah bekas,  kadang ada kutipan tentang hidup seperti yang sering di bagikan di wa,  malah dia lagi suka baca jurnal review ekonomi jatim dari majalah entah tahun berapa wong sudah bekas,  namun analisanya tajam. Saya kadang menduga,  dia sebenarnya malaikat yang lagi nyamar,  atau setidaknya intel lagi tugas,,,, (yaaa gak dien heee,,,,) . Namanya juga nanya din,  kan aku juga sering dikirimin sama temen kamu,  kang jarkoni hal yang sama.

Jangan percaya sama temen itu mas bro." loh memang kenapa dien? ". Setengah menggerutu dia bilang,  orang itu yaa mas broken wing,  yang dipercaya bukan lisannya saja,  tapi perbuatannya,  logikanya,  perbuatan berimbas ke lisan.  "Lahhh kan itu saudaramu sendiri dien? ". Iyaa,,, tapi sudah dingetin bolak balik ga mempan yaa sudah biarkan. " masalahnya opo to,,,? ". Gini mas bro,  broedin mulai serius,  status wa nya yang di share memang Bagus2, seperti dia sering Kasih status manfaat shalat malam,  bahkan subuh berjamaah,  saya tau maksudnya nyindir aku itu mas,  wong gara2 saya nonton final bola indo-thailand, sampe karipan, ehh dia kirim status di wa.

" terus kamu marah? ". Ya iyya lah wong dia kirim status gitu juga ga pernah subuhan apalagi yang lain,  jangan percaya sama dia,  namanya juga jarkoni,  iso ujar ga bisa ngelakoni.  Ohhhh,,,, saya menahan geli,,,dan satu lagi mas bro,,, dinegri ini banyak yang semacam itu,  jarkoni2 yang lain.  Husshh omonganmu mulai nyerempet dien."indonesia ini negara kaya,  gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerta Raharjo". Lah yang ngomong indonesia kui sopi mas brooooo,,,,.  " lah kamu barusan". Saya bilang "negeri ini",  bukan indonesia. Apa bedane dien,, saya mulai kuatir dia kumat. Indonesia mah "negeri itu", jelasss kan,,,, tiba2 jadi logat kekinian. Ahhh dien pikiranmu itu loh saya ga nyandhak alias ga nyampe,,, mbuh dien karepmu. Klunting,,,, tiba2 ada status masuk berbarengan,  setelah kami lihat,  ternyata dari jarkoni : ngerasani aku yo mas,,,,, hahaha,,,, kami tertawa dan misuh bareng,,,, jancuuuuk. 😁😁😂😂

Kamis, 14 Desember 2017

Republik angin

Nduukk,,,leeee,,,yg hari ini dilapangkan kehidupannya,,dibanyakkan rizkinya,,ditinggikan derajat dan pangkatnyaaa,,,simbah hanya ngingetkan kalau itu hanya "beban kehidupan" yang harus kalian kelola dengan rendah hati agar kelak bisa jadi tumbuhan merindang dengan buah yang bermanfaat, jadi bunga wangi yang bisa mengindahkan .
Pangkat,kekayaan, kepintaran bukanlah parameter kesuksesan yang harus kau genggam seperti mengepal pasir, karena makin erat kau genggam, pasirnya akan meluruh

Jadi janganlah takabur dan sombong, berendah hatilah dalam kelapangan, bersabarlah dalam kesulitan, semua itu hanya musim yang silih berganti seperti kemarau dan hujan, kalau ada sedikitpun niat hatimu berbangga dengan kepintaranmu, dengan kekayaanmu dengan kekuasaanmu bukan untukNya, simbah hanya bisa bilang: kaciannn deh loe,,,

Selasa, 05 Desember 2017

Melukis pelangi, menunggangi ombak

Melukis pelangi, menunggangi ombak

Kadang kehidupan memang menyisakan dikotomi yang datang dan pergi. Ada tawa hari ini, esoknya tangis, bahagia pergi, duka menghampiri. Ini mirip melihat hujan gelap dan disana ada pelangi. Pelangi yang indah selalu berbarengan datang dengan deras hujan. Demikian juga, ombak tinggi yang bisa menghempaskan perahu malah jadi berkah untuk peselancar. Artinya hidup selalu berhubungan dengan hal diatas. Bagi jiwa yang telah berhenti mencari, kehidupan yang naik turun awalnya begitu menyesakkan, namun semakin berlalunya waktu, itu adalah sebuah cara untuk mendidik diri ini memahami tidak ada yang buruk, semua baik.

Tinggal, apakah kita menjadi hujan gelap atau pelangi, menjadi perahu atau peselancar. Semua tergantung dari cara berfikir kita. Mudah diucapkan tapi sulit dilaksanakan, perlu belajar lama untuk sampai kesana, perlu keikhlasan dan rendah hati. Jadi jika saya merasa sedih, akan saya bayangkan menunggangi ombak mirip peselancar, butuh keseimbangan awalnya, namun begitu terbiasa, kesedihan adalah cara untuk membuat jiwa sekuat baja, seolah kesedihan adalah vitamin jiwa.

Kadang saat kesedihan datang, suka bayangkan melukis pelangi di kanvas hujan gelap, dengan warna mencolok seperti memberi kedamaian. Karena seyakinnya hidup adalah keseimbangan, yang baik pasti baik, yang buruk juga baik.

Saat sampai disana, tak ada yang bisa diucapkan selain terima kasih karena semua sudah sempurna,,,😊

Senin, 23 Oktober 2017

Fisika kuantum ( yang saya pahami)

Fisika kuantum (yang saya pahami)

Saya mempelajarinya ketika einstein bilang, waktu bisa dibelokkan tergantung dari massa sebuah benda sehingga waktu menjadi relatif, teori itu terkenal dengan relatifitas einstein.

Dilain waktu,saya juga baca, jika sebuah materi dicacah hingga sampai terkecil lebih kecil lagi dari atom, elektron dan proton, maka yang ditemui hanya ruang hampa

Ada lagi, "sesuatu" dikatakan materi atau gelombang,tergantung dari orang yang memikirkannya. Jika ia berfikir itu materi maka berbentuk materi, jika itu gelombang maka ia berbentuk gelombang.

Jadi, pemahaman saya mengenai ruang hampa, yang ada di dalamnya hanya energi berbentuk gelombang, dan benda padat hanya sebuah "ilusi". Sebab yang dikatakan benda padat adalah getaran energi yang rapat dan mampat, seperti halnya tubuh kita, benda padat di sekeliling kita, adalah vibrasi energi yang rapat atau mampat.

Nah teori fisika kuantum tentang waktu : saat melewati massa yang besar, dengan kecepatan cahaya, waktu berjalan lebih lambat,sehingga kemarin,sekarang dan esok bukanlah sebuah urutan waktu yang seri namun paralel (bingung to,,,aku yo bingun hehe,,).

Jika teori diatas digabungkan, getaran/vibrasi energi yang sekarang kita lihat,tampak seperti benda padat, sesungguhnya telah dimulai sejak awal energi pertama timbul karena "KUN" maka efeknya  terjadi vibrasi energi bernama "fayakun" dan sampai ke kita saat ini. Kapan getaran gelombang itu berhenti ? Perumpamaannya begini, di bumi ketika kita berjalan dengan pijakan titik nol ke timur maka kita akan kembali ke titik yang sama dari arah barat.

Implikasinya apa buat kita sebagai manusia? Kita adalah bagian vibrasi gelombang sehingga keberadaan kita di dunia juga nisbi, artinya pengejaran kita terhadap sesuatu dengan tujuan seolah akan abadi di dunia tidak masuk akal karena energi ini akan terus bervibrasi, bergerak sehingga kembali ke titik awal untuk kemudian siklus baru di mulai.

Kita adalah entitas bagian gelombang yang sama dengan vibrasi bintang, galaksi, lubang hitam, pohon, daun, batu, kerikil hingga bakteri, virus, elektron dan proton. Hebatnya manusia di anugerahi Tuhan, untuk mengatur ritme vibrasinya sendiri. Sehingga kita bisa menciptakan teknologi untuk kemudahan hidup.

Jadi, jika kita sendiri nisbi, lantas pencapaian kita selama ini hanya berkutat pada kepuasan diri, tidak seirama dengan getaran semesta, alam memiliki mekanismenya yaitu dimatikan secara energi(nurani)

Jumat, 20 Oktober 2017

Konsep harta

Konsep harta dalam keyakinan yang saya imani bukanlah kepemilikan, namun share, sehingga penekanannya mencari harta sebanyak banyaknya bukan untuk dikumpulkan tetapi dibagi dengan ketentuan tertentu seperti zakat,shodaqah, amal jariyah dsb. Sehingga harta kita bukan jumlah angka2 kekayaan yang dikumpulkan yang kita punyai, tapi sejatinya yang kita share. Sebab harta kita di dunia cuma : apa yang kita makan sampai habis, apa yang kita pakai hingga aus.

Itulah sebabnya ada beda antara rizki dan kekayaan, ada beda makna  kaya dan makmur (rich and prosperity). Bahkan mencari nafkah, bekerja dalam bahasa Allah begitu puitis: mencari karunia Nya. Jadi way of life keimanan saya di dunia bukan collecting tapi useful. Dalam tataran tertentu ia akan menjadi bagian dari semesta, bagian dari alam dan bergetar,bervibrasi bersama dengan cahaya, energi Nya.
Jika sudah sampai disana tak ada kata yang terucap kecuali : "terimakasih Tuhan, ini terlampau cukup untukku,sebutir debu yang pongah berharap kasih sayang Mu".
#jumat

Jumat, 13 Oktober 2017

Aku senja

Aku senja
Ketika ufuk memerah tersaput mendung jelaga
Ketika burung pulang menemui takdirnya
Seperti menemui lelah menyergap namun tetap terjaga
Mirip tarian ritmik roda roda berputar ditengah suara adzan memanggil mahluk Nya
Seperti berkata : mari pulang sayang dengan rela

Aku senja
Hitam pekat yang merindui  lantunan doa bagai syair suci menelisik dada
hanya sang makna menebar keanggunan di separuh awal malam tiba dan bernyanyi membisik kisah lama yang berakhir dalam bahagia
sapanya : aku tak meminta apa apa selain cinta


Mbonsai

Belajar dari pohon
Saya menikmati betul pertumbuhan seseorang terutama dari segi jiwa. Ada yang masih muda namun sudah mature banget, saya ibaratkan kecil2 sudah berbuah dan rindang. Ada juga usia sudah merambat namun masih bertumbuh,masih mencari keinginan yg tiada batas, saya ibaratkan mirip pohon bonsai. Ada juga yang seiring usia pertumbuhannya berganti dengan buah yang rindang, saya obaratkan mirip pohon mangga 😀😀

Ini meredam keinginan saya untuk marah jika menemui kategori bonsai, terpasung dengan keinginan dan ketamakan. Jadi kalau hak anda misal saat di jalan diserobot orang,anggap dia sedang bertumbuh. Dan jika menemui orang yang "dedhel-e" gak ketulungan, anggap anda sedang melihat bonsai, dan anda diberi ketrampilan memotong,memangkas agar bonsai terlihat indah dan mahal,,,😀😀

Minggu, 08 Oktober 2017

Antara KAMU aku dan engkau

Menyusuri bagian terdalam darimu seperti terlempar ke masa lalu saat hidup hanya berkutat dari sana sini untuk sebuah kenyataan jika menemui Mu hal tersulit. Saat itu hidup hanya coba merangkai kalimat doa dan harapan dalam waktu yang sama, belum pahami benar makna ikhlas di titik mana karena sering menguap menjadi titik kulminasi yang tiba2 bisa di nadir dalam sekejap. Dan air mata kehabisan cara untuk membendungnya hingga mengeringpun hanya bekas memori yang tak ingin diingat lagi. Bertiga pernah jalani kehidupan yang hari ini dipahami teramat eksotika, tapi dulu tak mengerti kemana arahnya, karena yang tertumpah hanya tetes air mata.

Jadi kembali menyusurimu, tak ada yang berubah, hanya langkah yang makin menua dan dirimu perlahan menjadi pesolek, mirip gadis yang terlambat tahu, kalau kecantikannya bukan semata dari gincu ( geli saya melihatnya)

Kadang tak menyangka, kami bertiga dididik untuk memahami setiap lubang jalan yang dilalui hanya kolase yang tak harus dirasakan sakitnya, ia mirip sebuah jeda dan hafal setelah itu melihat pagi,embun, cicit burung dengan cara yang beda. Itulah makna ikhlas, di titik tawa dan tangis kami menariknya dalam garis linier yang sama dan  kami namakan indah.

Jumat, 29 September 2017

Sono un pezzo solitario a sinistra*

Sono un pezzo solitario a sinistra*
Saat mencari-cari,,,,
Saat tak kutemukan,,,
Saat tangisan dan kepedihan salah tingkah dengan tawa
Ketika anggukan doa malam hari hanya ucapan lirih penuh makna,namun saat pagi tiba, berubah menjadi meriam penuh jelaga
Sang maha terhijab oleh keserakahan dan prasangka,,,,

Gusti,,,,keadilan menangis sembari meringkuk di sudut waktu, tersedu menyesali anak jaman bertingkah seolah ini jaman edan. Jaman edan? bukankah yang edan adalah mempersembahkan ketulusan dan kejujuran hanya untuk sang tuan polan, tanpa alasan. Bukankah itu edan tatkala hujan menari-nari seraya menangisi sang dendam yang kian beranak pinak sampai mulut berbusa kehabisan kata-kata.

Dalam tangisan yang meliuk sebelum luluh lantak, ucapan sumpah serapah hanya meminta kutukan, sebelum terkulai dengan belati yang menancap di bayangan dan menggumam:,,,,,,,,Sono un pezzo solitario a sinistra,,,,,,,,,,
*aku sepotong sepi yang tersisa

Minggu, 17 September 2017

Andai


Saya ini senang berandai andai yang memungkinkan dalam kapasitas tertentu mungkin setengah ngayal, bagaimana tidak, ini kisah anak jaman sekarang yang diberi kemudahan teknologi namun malah lemah di struggle, ga ngotot, malah manja iya, sehingga andai adinda masih sugeng, pasti sebaya dengan mereka tapi bapaknyaa kan membuat perbedaan sendiri. Misanya, saat sekolah ga masalah dia mau belajar apa tidak, ga masalah mau nilai baik apa gak, yang penting bisa lulus. Saya akan tekankan nilai bukan representasi dirimu, kamu labih tinggi dari sekedar angka-angka, jadi sekolah buat kamu adalah menggali potensi dirimu, hobimu dan kembangkan sejauh kamu suka. Berteman sebanyak-banyaknya di dunia realita bukan di dunia maya. Bersikap seperti spons yang menyerap apapun jua sekaligus menyaringnya. Saya akan ajari dia bagaimana kegiatan outdoor begitu menyenangkan sekaligus bagaimana memasak di rumah mirip praktikum kimia, mencampur apapun bumbu namun masih bisa dimakan. Saya akan ajari main guitar karena bapaknya jago walau dikit, agar kepekaannya muncul. Kegiatan outdoor akan membuat kedekatan dengan alamnya terasah, mirip bapaknya yang dulu seneng mendaki gunung.

Nah,,,untuk urusan perempuan, saya libatkan mama-nya, agar pintar menjaga sopan santun, menutup aurat dan pinter tartil seperti simbok-e. Sehingga saya tinggal mengisinya dengan menjelaskan bahwa kehidupan yang indah ini bukan dilekatkan pada benda namun pada ketaatan cinta nya pada sang Maha. Saya ijinkan dia kritis dalam porsi tertentu asal dengan logika yang baik, ojo ngelunjak sehingga kecerdasannya  bukan dari cara dia mendebat namun cara dia menggiring opini supaya bisa meyakinkan saya. Kalau kecantikan, saya dan mamanya akan tekankan yang namanya inner beauty, bukan asal nempelin kosmetik  mirip boneka. Saya pasti ngamuk kalau dia ga melakukan apa yang sudah jadi komitmen bersama, akan memuji dan menyanjungnya atas aktifitasnya dia yang mengedepankan humanisme dan asketisme. Saya tak akan mewariskan apa-apa berupa materi, hanya akan membebaskannya berkarir apa yang dia suka. Dan kalau dia pilih suami pun saya akan proppertest secara ketat dengan sebuah klausul: "  kalau kamu kelak menyakitinya saya akan ambil Adinda kembali, karena kamu tidak bisa merasakan bagaimana melahirkannya dengan kesakitan"

Apakah saya protektif? enggak, karena saya akan bilang, nduukk,,,kamu  apes jadi anakku karena bapakmu ini ngerti yang namanya browser history, sehingga dunia maya hanyalah hal yang ga perlu kamu pelototi dan saya kasih tahu kehidupan ini sebenarnya fata morgana, alias senda gurau belaka, kemudian saya jelaskan teori fisika kuantum dsb bla,,bla,,bla, mbuh dia ngeti apa ga. Dan pada akhirnya saya akan berkata begini saat dia jadi pengantin : nduuk,,,tugas kami, ayah dan mama sudah selesai, kami sudah mengantarmu ke depan pintu kehidupanmu sendiri, setelah ini kamu akn jadi milik suami dan anakmu kelak, belajarlah apa yang kamu lihat dari kami jika baik, jangan terbebani oleh kami saat kami merenta, kami tak butuh pertolonganmu, ingatlah selalu memegang tali terkuat yaitu imanmu pada Allah, ayah dan mama, akan selalu berdoa agar kamu sekeluarga selalu dilindungi oleh Nya"
Setelah itu, akan saya serahkan foto dia mulai waktu bayi sampai dewasa, pasti Adinda akan nangis bombay terharu, setelah itu saya dan mamanya masuk kamar  tertawa karena sudah bisa ngerjain dia.

Jumat, 08 September 2017

Ketika doa tak tersentuh

 
Hari ini saya menerima pelajaran paling berharga, ketika Tuhan disebut dalam rintihan nestapa, doa dipanjatkan dengasn lafal lirih, namun ia hanya menghuni sunyi, dimana gerangan perginya? Kadang kita ini terlampau nakal untuk sebuah transaksional dengan Nya. Kita ingin mengambil untung namun enggan rugi, padahal posisi bargaining kita lemah teramat lemah.dihadapanNya. Namun sebagaimana manusia hanya bisa merendah ketika tertimpa nestapa, dalam kondisi inipun masih coba menawar dengan angkuhnya.

Mulai bulan agustus hingga september seperti diperlihatkan sebuah film perjalanan manusia dengan berbagai macam sifat yang berujung pada satu hal, kemapanan terhadap hidup selalu diidentikkan dengan kemapanan materi. Saya mencoba mencari literatur efek kemapanan tersebut dari berbagai buku di internet yang kebanyakan pengarangnya adalah produk pendidikan dari kulon. Hasilnya memang dapat diterka, jika anda mapan secara duniawi, kehidupan sudah dalam genggaman. Sebagaimana otak saya agak nakal, lieratur pun dikomparasi dengan kitab suci, kenapa kitab suci?karena otak ini sudah dikontaminasi pendidikan ala kulon yang mengagungkan kehidupan dunia yang membuat saya kering dan tidak menjawab tentang misteri waktu dan masa depan. Padahal unsur kemapanan ada kepastian didalamnya, kepastian yang dimaksud adalah masa depan, sehingga eckhart tolle bilang dalam bukunya the power of now, jika waktu lalu dan esok hanya ilusi. Betul secara logika, namun tidak secara mental, karena manusia selalu ingin tahu kehidupan esoknya.

Di kitab suci keyakinan yang saya anut disana digambarkan  perjalanan manusia dari sebentuk nutfah hingga jadi manusia bernyawa, bagaimana juga perjalanan kelaknya. Sehingga doa yang dianjurkan bukanlah meminta kekayaan, namun meminta ampunan dan selalu ditunjukkan jalan yang lurus. Maksud jalan lurus adalah jalan yang menempatkan manusia pada kondisi menuju rumah abadinya. Dimana rumah itu? kelak di sebuah tempat bernama kampung akhirat. Sehingga aspek asketisme ditekankan, karena dunia dan seisinya hanyalah keindahan yang menipu, alias nisbi. Berdasar dari sana, sebuah visi, misi kehidupan, dijelaskan secara gamblang dengan memberi kisah nyata mengenai umat terdahulu yang memuja materi berakhir dalam kehancuran. Peringatan yang diulang-ulang menghasilkan kesimpulan jelas, dunia bukan keabadian hanya tiket untuk kembali. Dan doa yang paling menyentuh bukanlah doa meminta kelebihan bernama materi, atau meminta dihilangkan dari musibah, namun berisi doa ampunan agar dilapangkan perjalanan pulang dan selalu dibimbing dari gelapnya kehidupan agar diberi terang.

Kembali ke awal, entahlah saya begitu trenyuh melihat sahabat-sahabat saya begitu giat berlomba dalam hal kelimpahan pada doanya tiap malam hingga meneteskan air mata sampai kadang saya ikut juga menangis, namun alpa jika doa transaksioanal begini hanya sementara. Ibarat beli data internet, berlomba cari paket data murah namun tak mencari yang unlimited :-). Kehidupan yang naik turun mirip siang dan malam hanya menyisakan perih jika kita mengikuti gelombangnya. Dapat berkah tertawa dapat musibah nelangsa. Jadi saya mafhum jika doa saya minta kelimpahan kekayaan tidak terkabulkan, orang doanya juga ga serius-serius amat. bahkan doa begituan sudah lama saya tinggalkan, bosen,,,,ga dikabulkan,,, :-))jadi redaksinya saya ganti lebih singkat yang intinya up to you deh Tuhan,,,,:-D. Namun saya serius jika itu dikaitkan dengan cintaNya, demen banget kalau urusannya cinta-cintaan dengan Nya. Jadi dengan belajar mengenal cinta Nya dari sekecil apapun, tiba-tiba diri ini merasa kaya, dan terlampau cukup, hingga tak bisa berkata apa-apa. its enaugh ya,,,Rabb,,,malu hamba, rahmatMu terlampau berlebih sehingga kadang mahluk mu ini tak tahu diri (gaya ini sering diucapkan gurpan, saya tiru,,,hehehehe,,,,).








Minggu, 06 Agustus 2017

Serpihan ingatan

Di era akhir millenium ketika teknologi IT belum "menjajah" saya 😀, kemarin  anak mertua sempat2nya nanya dulu kita ngapain aja ya kalo malming, saya ngingetnya cuman jalan, dan bener2 jalan kaki cari bakso kaki lima, dan pulangnya beli martabak dan terang bulan, itu pun sudah jadi kemewahan sendiri karena bisa berduaan sedang si kecil baru setahun kemudian nongol. Setelah Adinda hadir kebiasaan berubah karena dia merasa jadi raja hanya dengan menunjuk, malming pengen jalan kaki keliling kompleks perumahan dengan minta gendong (jujur saya selalu menolak,,,😂😂)di depan dan berakhir beli nasi goreng kesukaannya. Kemewahan yang saya punya kalau mengingatnya, murah meriah karena sedikit bercampur debu jalanan,,,😀😀😀.

Waktu memang berjalan cepat dan ponsel disusul smartphone mulai perlahan menguasai diri. Tak ada seperti dulu, saat "marung" ber joke sambil godain adinda kalau eskrim kesukaannya habis, yang didusul teriakan protes ga percaya. Hari ini marung adalah kegiatan pindah tempat buat cari wifi gratisan dengan bandwidth lebih cepat,,,,😀 sehingga meskipun saya dan nyonya secara raga hadir tapi jempol lebih lincah berselancar di dunia maya dan ini ironis 😂😂😂

Teknologi memang membuat semuanya bisa jadi mudah, namun membuat kita jadi individual, hubungan dengan orang tersayang juga berubah menjadi lebih formal, misal meski kita duduk berhadapan, namun kita bicara lewat kata alias WA,,,,,😀😀😀,,,,sehat? enggak dan saya akui itu heeeeheee. Namun begitulah, saat hidup berjalan saya cuman coba melibatkan sisi terbaiknya dengan mengalir koyo umbel waktu pilek,,,😂😂😂😂

Selasa, 01 Agustus 2017

Menangkap sunyi

Menangkap sunyi
Dulu saat tenaga dan pikiran masih kuat untuk begadang sampai pagi bahkan dilanjutkan sampai malam lagi, badan hanya terkekeh dan biar pikiran tetap fokus, doping kafein hal yang bisa dilakukan. Kenapa harus bela-belain begitu? Idealisme anak muda yang lagi gandrung dengan hal yang berbau jurnalistik membuat saya begitu nikmati "kemalangan" itu,,,,😀😀😀. Jujur, masa depan adalah hal yang tak terpikirkan. Berkutat dengan sejumlah nara sumber, dikejar date line jadi keasyikkan sendiri dibanding tuntutan SKS yang mengejar saya. Saya menyebutnya idealisme tanpa pijakan realitas. Ibaratnya api masih merah.

Setelah lulus, saya pernah berfikir untuk jadi jurnalis yang sebenarnya, namun apa mau dikata, idealisme saja tak cukup, koran yang kala itu masih jadi sumber utama informasi, masih merasa superior terhadap idealisme kampus dan faktanya saya  malah jadi imferior,,,,😀😀😀. Teknologi informasi yang belum bagus saat itu untuk negara berkembang membuat pilihan berbenturan dengan realita, ternyata modal sarjana hanya sebuah simbol di depan nama, tak lebih dari itu, selebihnya(,,,,,maaf,,,,,saya baru menyadarinya belakangan,,,,) tak laku.

Perjalanan waktulah akhirnya menambatkan saya ke dunia baru dan agak asing, perikanan secara kapital bukan perikanan dalam teori buku yang usang. Saya katakan usang karena ada gap terlalu jauh antara teori dan pragmatisme. Bergerak mirip ombak, naik turun dan pasang surut di dunia ini terasa menggetarkan. Sebagaimana kita tahu, kapitalism membawa adagium baru mirip filsuf perancis descartes : corgito ergo sum (aku berfikir maka aku ada). Dan saya pun terkagum kagum, pergerakan revolusi ekonomi yang menekankan rasionalis individual memang ngedab2i. Hasilnya industri perikanan melesat jauh ke atas dengan dukungan sumber daya alam. Dan saya yang saat itu masih ada di pinggiran merasakan pusaran ekonomi ini tumbuh begitu mengesankan.

Namun entah kenapa, ada "bug" dalam otak saya sehingga virus idealisme ala kampus kadang muncul tenggelam dengan membawa pertanyaan : saat eksploitasi alam tanpa henti, dimana batas moral berada. Apa yang tersisa jika kelak tiba pada batasnya. Apakah teknologi nanti bisa memecahkannya, atau ganti haluan karena dari hitungan ekonomi sudah tidak layak. Berapa banyak gerbong2 yang selama ini menikmati asupan dari sana perlahan mulai memintal benang bernama absurd. Entah dari mana asalnya, otak saya bernyanyi : lir ilir tandure woh sumilir, tak ijo royo2 tak sengguh penganten anyar,,,,,,
Ahhh,,,jangan2 otak saya kepanasan hingga hang

Tiba-tiba pikiran ini menyadar tubuh sudah tidak ijo royo2, bukan penganten anyar, namun sudah jadi bocah angon. Lamat-lamat ada rangkaian yang bukan kebetulan dari kehidupan ini, mulai muda hingga usia seksi, ternyata ada penugasan yang harus saya jalani yaitu : "menangkap sunyi" atau kata mbah google Capture the silence. Yo wes jalani ae sambil ndungo mugi2 diparingi lancar,,,,,ngoten nggih mbah google,,,😀😀😀 ( sejak kapan sampeyan dipanggil mbah wong laire ae tahun 98, sek umur 19 tahun)

Jumat, 21 Juli 2017

Apa aku puritan?

Kalau saya punya anak,  semenjak kecil ga akan dikenalkan dengan gadget apalagi medsos,  biarkan ia berkembang dengan dunia khayalannya sendiri,  bahkan hingga kelak kuliah,  malah saya dorong untuk bisa menulis dan bikin puisi gombal koyo bapakmu, sehingga bisa ngrayu ibukmu dulu pake puisi picisan,,,,,😂😂😂😂 dan internet pun dibatasi untuk kegiatan studi sambil sedikit ngancam : jamanmu ki apes nak,  bapakmu weruh carane mbuka history browser,,,, 😀😀😀

Sekolah pun begitu,  saya gak mau yang puldaysekul,  puldaymain malah,  saya biarkan saat nak kanak children tangannya belepotan lumpur,  main hujan2an,  corat coret tembok,  mukulin meja kursi sampe bocelpun dibiarkan agar otot motoriknya tumbuh sempurna,  karena saya dulu juga begitu.

Saat masuk SD-SMU,  saya tidak targetkan untuk jadi juara kelas,  ranking dan tetek bengek,  bahkan saya tidak marah kalau nilainya jelek dengan bilang : kamu beruntung,  bapakmu ndisik nilainya lebih jelek dari kamu,,,,😂😂😂

Bahkan kuliah ga saya targetkan jurusane opo, syukur2 iso nang kedokteran ojo perikanan,,,,😀😀😀 perkara nanti kelak kerja dimana,  yang penting kamu happy kuliahmu,  temenmu banyak,  perkara IP,  terserah kamu pasang target berapa. Penak to jadi anakku,,,,, 😀😀

Dalam pergaulan,  cari temen yang banyak, baik2lah menjaga diri,  jangan sampe ke mall pake celana ketat,  baju ketok udele,  rambut dicat warna warni koyo arbanat.  Karena kamu dinilai bukan dari tampilan luar,  tapi inner. Pake baju yang sopan,  nek wedok ya tak kon jilbab-an,  ben iso kembaran ambek ibune. Syukur2 kamu punya suara merdu,  sehingga saat qiroah atau nyanyi iso duet sama bapake.  Siapa tahu nanti nek lanang,  di kon ngimami shalat maghrib,  kamu lolos langsung diamini camermu.  Gimana enggak,  waktu baca ayat,  usahakan surat sing rodo dowo,  model2 sabihisma dst,  atau surat terakhir al baqoroh,  malaikat ae sing denger pasti bolak balik bilang amiiiinnn,,,,,, mosok camer enggak. (Aku ndisik yoo,, di ngonokno,,,,😀😀)

Opo aku iki puritan? Hiihiii,,,,,😂😂😂😂

Rabu, 28 Juni 2017

Dara

Nasihat buat anak perempuanku:
Kamu tahu,  semua perihmu tentang hidup selalu ditangkap sunyi, karena ia tahu,  setiap gegap gempitamu sebenarnya mewakili hampa dirimu,  sunyi dalam ramai.  Sampai manapun pencarianmu, tenggatnya waktu.  Jadi berhentilah menjadi yang lain,  jadilah dirimu yg genuine.  Bersahabatlah dengan perih,  bukan berpura bahagia,  namun setelah itu kehilangan jati dirimu.  Hidup tak akan bertanya kamu menjadi apa,  ia hanya bertanya kamu telah berbuat apa,  hidup tak pernah bertanya apa yg kau punya,  ia hanya bertanya untuk apa semua yg kamu peroleh.

Kelak dirimu akan tahu,  tangisan mu tentang kepedihan,  ketidak adilan dan semua derita,  itu mirip doa yg akan memenuhi langit. Malaikat begitu pontang panting saat deras air matamu mirip hujan membasahi arsy. Malaikat bahkan malu jika tak kabulkan selama itu untuk kebenaran.

Jadilah dirimu cantik bukan dengan memoles ragamu yang kelak akan merenta,  namun dengan membuat sketsa hidupmu penuh kebaikan,  apapun warnanya.  Karena tiap kebaikan mirip bibit yang akan menjadi pohon dan merindang,  meneduhkan. Jadilah cantik bukan karena tuntutan feminismu,  namun karena setiap ibu kebaikan,  akan selalu datang dari perempuan.  Jika tidak,  kelak anak2 mk u tak akan mengerti apa makna kerakusan dan serakah.  Tak bisa bedakan mana halal mana haram.

Tetaplah istiqamah dengan kondisi batinmu hari ini,  bukankah setiap jejak yang kau buat,  kamu pasti tahu Tuhan menyayangi dirimu melebihi apapun.

Senin, 22 Mei 2017

The night

The Night
Malam mungkin akan melewatimu sebentar diantara desah nafas yang selalu menyebut namaMu,,,esok juga akan ada matahari yang akan memberimu asa,,,bukankah ini hanya jeda untuk memberimu detik yang akan menghilangkan hina. Buakankah ini kesempatan dirimu buat menguntai doa dengan siraman air mata. Di sudut sudut malam, diantara kantuk yang menggenang, rasa, dera, dan kepahitan, hanya goresan di ujung pena. Saat mengering, kau akan tahu itu jadi bagian lukisan hidup yang indah dengan memandangnya dari kejauhan. Waktu memberi itu, senyuman,,,

Jadi, kecemasan apapun yang hari ini dan esok ada, mirip dengan suara rintik hujan yang sebenarnya segera sirna ketika jatuh, tak ada yang harus dikuatirkan, dan tak usah dipahami dengan jargon apapun, semua akan terlewati tanpa ada apa-apa. Satu hal yang harus kalian lakukan hanyalah satu hal: biarkan segala hal menyelesaikan masalahnya sendiri dengan cara apapun, yang penting diantara bait-bait doa yang terucap, kamu hanya meng-agungkan nama Nya, bukan hal pinta, karena itulah cinta sesungguhnya

Inner self

Diujung kehidupannya,  merasa malaikat maut segera menjemput, pak tua itu memanggil ketiga anak lelakinya,  si sulung,  tengah dan yang bontot."anakku,  ayah mungkin tidak lama di dunia ini, aku panggil kalian bertemu untuk menentukan siapa yang berhak menerima warisanku berupa tanah dan rumah". Ketiga anaknya manggut2 tampak berseri kecuali anak bontotnya yang begitu bersedih sebab selama ini dia yang merawat ayahnya.

Lantas pak tua melanjutkan : ayah Kasih uang 1juta, penuhi kamar kalian dengan barang apapun dari uang itu,  yang bisa memenuhi kalian berhak atas warisanku.

Segera setelah itu ketiga anaknya keluar membeli barang,  si sulung membeli garam, dgn pikiran garam murah dan bisa dapat banyak. Tapi dia hanya bisa memenuhi separuh kamar,  si sulung pun kecewa.  Ganti si anak tengah membeli kapuk, karena kapuk ringan dan mengembang harapannya kamar bisa penuh,  namun lagi lagi kecewa karena hanya bisa penuhi 3/4 nya.  Akhirnya si bontot kembali dengan membawa korek api dan lilin.  Kemudian di nyalakannya sebatang lilin yang segera cahayanya memenuhi kamar tersebut. Akhirnya sesuai kesepakatan warisan jatuh ke anak terakhir namun ditolaknya,  malah harta warisan tersebut diserahkan pada kakaknya,  dan dia hanya minta bisa merawat ayahnya sampai meninggal,  setelah itu pergi meninggalkan semua hal yang pernah menjadi haknya.

Moral cerita diatas adalah, kehidupan selalu memiliki arah dan tujuan, ada yang "berenang" di sungai2 kebendaan,  ada yang berjalan2 menyusuri jejak Nya. Si bontot memilih itu,  bukan berarti tak mau materi, namun diperlukan dalam kapasitas tertentu, selebihnya buat dia malah jadi beban yang harus dipanggul,  dan ia rela melepaskan.

Minggu, 21 Mei 2017

Alif-hamzah ya

Saya hanya bisa meniti alif ba ta tsa
mengulanginya berkali kali namun
tetap saja hamzah,,,ya hanya ada di kejauhan
khatam hanya jeruji yang pandai bersembunyi
tabir semu yang sengaja tak akan nampak dimatamu
namun batin berkata itu sudah cukup mengena
tatkala orang bijak berkata: hidup tak hanya meniti huruf
melakoninya tanpa penghayatan itu sia2

Mungkin saya terlalu naif kalau yang bisa di eja
hanya huruf-huruf yang menguntai menjadi terbaca
C-I-N-T-A,,,dan tiba tiba angin mengangguk daun menjuntai
pagi ini serasa pagi yang lain
entah kenapa

Ga ada judul

Saat kami terpaku menatap embun yang hilang
ditengah gempita angin menelisik satu persatu relung
di kedalaman kewarasan ini mengejawantah jadi debu
perlahan menghilang menjadi cahaya berpendar dibalik mentari
episode ini kami selesaikan saat daun pun perlahan menjuntai
menunduk syukur di ribuan dengung suara lebah diantara kelopak bunga
kau tahu?ini mirip suara dzikir yang begitu lembut mengagungkanMu
hanya sedikit yang bisa mendengar, hanya sedikit yang bisa melihat
betapa ritmis kehidupan ini, betapa cinta telah jadi DNA dalam nafas kami
dan dimana egoisme dan keserakahan bersembunyi tatkala semua hanya,,,
bagian terkecil dari esaNya,,,?

Late post(jalan sunyi)

Kami hanya coba merunuti jalan dimana embun pernah memberi kesejukan, kami juga merunuti jalan yang sering dianggap gegap gempita dengan  menamainya "jalan sunyi". Angin, matahari, hujan, hutan, gunung hanyalah persinggahan sementara untuk memahami betapa berkah hanya bisa dicapai dengan kerendahan hati. Kami mengagumi pohon yang diam namun selalu bersyukur selama sehari semalam hanya untuk bertumbuh mengikuti cahaya.

Jalan di depan kami adalah mencari bukan "mencari", kami tidak bergerak keluar namun ke dalam, memahami kalbu dengan membawa kenikmatan dari mata wadag dan mata batin untuk mengerti betapa jalan sunyi hanyalah cara bergerak menemui berkah dan karuniaNya. Tidak semua kami memahaminya dengan urutan logika yang bisa memenjara, terkadang hanya dengan mata buta.  Bila semua terukur dengan dikotomi dan angka, dualitas yang membuat kami tak bisa bergerak dan menjebak, ijinkan memaknainya dengan kelembutan dan keindahan, inti dari kemanusiaan. Kami bukanlah filsuf, bukan pula pencari kebenaran, hanya seorang yang nyadong keikhlasanNya, kasih sayangNya, mengemis cintaNya.

Baju kami hanyalah syukur, selimut kami rendah hati, sepatu kami adalah keikhlasan, dan perjalanan kami hanyalah cinta. Mungkin sudah terlalu biasa jika ini disalah pahami, sebab kesepian tak menyingkirkan dan menghindari menuju tempat sepi. Kami menjalaninya di lahan-lahan keramaian, pusat ego manusia di sudut sudut jaman. Mengolah sampah peradaban yang ter(di)singkirkan menjadi cahaya dan keindahan, lahan subur untuk ditanami dengan nafas ke-esaan, dan merawat menumbuhkannya dengan cinta. Biar kelak ketika nafas dan darah tinggal satu hirupan, harapan kami adalah meninggalkan jejak yang akan mengilhami angin, hujan, pohon, batu,embun, matahari dan semua mahluk bumi untuk selalu berendah hati dalam syukur dan keikhlasan. Sebab buat kami dunia bukanlah tempat memiliki sesuatu namun menakar keikhlasan cintaNya dalam satu tarikan nafas. Dan itu terlalu cukup buat kami, sebutir debu yang pongah mengharap kasih sayangNya,,,:-).

Selasa, 09 Mei 2017

Semua akan indah pada waktunya

"Semua Akan Indah Pada Waktunya"

Siang tadi saya berkesempatan jadi cerewet dengan menemui yunior saya eks pengurus jurnalistik kampus.  Layaknya senior yang harus dihormati,  saya bombardir mereka dengan jargon dunia kerja yang tentu saja membuat mereka bengong, saya merasa bangga sedikit , melihat yunior begitu terpana. Di akhir waktu saya beri mereka kesempatan bertanya,  tentang dunia pekerjaan dengan harapan saya bisa menjawab semua yang ada di benak mereka. Namun pertanyaan mereka membuat lemas kehilangan daya walaupun pertanyaannya cukup sederhana : "pak abis ini saya kerja kemana?"
Runtuh kewibawaan saya sebagai senior dengan pertanyaan itu,  jadi sekian jam saya bombardir dengan idealisme,  realisme seputar dunia pekerjaan bahkan sedikit angkuh saya sisipi tentang spiritualisme dengan harapan mereka melihat seniornya kelihatan digdaya,  akhirnya ngelimpruk,  nyesel banget saya bercuap2. Kalau pertanyaan itu yang nanya broedin pasti tak pisuhi,  seluruh kebun binatang pasti habis saya sebut.

Tapi ini,  pertanyaan yunior,  sama saja mereka bilang: "ente cuap2 sampe berbusa ga ngefek buat saya yang saat ini melihat dunia aja ga jelas", minjem istilahnya syaripah alias nyonya broedin : auk ahh gelap. Tiba-tiba dunia yang saya lihat juga jadi gelap,  entah karena Malang lagi turun hujan,  namun dinginnya seperti menusuk kewibawaan saya. Dalam hati saya misuh: jangkrikkk,,,,,lapo aku mau crito iku. Saya mewakili senior minta maaf (dalam hati, karena gengsi) dengan hal tersebut,  saya melihat kepedihan di wajah mereka sehingga ada temen2nya melihat jadi sarjana adalah bencana. Penelitian yang jadi prasyarat kelulusan sarjana seperti pintu madesu. Saya ga berani menyalahkan sistem pendidikan saat ini,  bisa dibilang subversif nanti 😀😀😂, saya juga enggan bilang kalau mereka tidak siap masuk dunia pekerjaan sebagai tenaga fresh graduate karena minim skill. Karena saat awal karir dulu saya juga alami hal yang sama, harus mencari sendiri, mirip bebek yang dilepas ke sawah buat nyari makan sendiri, matuk sana sini,,, 😀😀😀😂😂😂😂

Saya tatap mata lugu mereka, tak akan banyak yang akan duduk dipuncak nantinya, sebagian akan perlahan menghilang dari peredaran,sebagian yang lain akan menyadari, meskipun terlambat, pilihan2 hidup mereka. Jujur saya merasa bersalah,  karena bukankah itu juga jadi bagian tanggung jawab seniornya buat ngasih cahaya semampunya,  jalan mana yang baik buat ditempuh,  mulai dari pilihan awal masuk hingga keluar. Di akhir waktu saya hanya titip sama mereka,  kuatkan mentalmu,  dunia ini tidak butuh orang pintar,  tapi butuh orang bermental baja(mbuh bener apa ga saya bilang sedikit ngawur biar ga kelihatan panik). Saya hanya bilang "semua akan indah pada waktunya".

Setelah itu saya buru-buru pamit,  takut dengan pertanyaan lanjutan yang akan membuat hati ini makin galau,  duhh Gusti,,, kuatkan hati mereka saat memulai berlayarnya "perahu" kehidupan mereka.
#buat Anas and izis

Selasa, 02 Mei 2017

Mo limo ala gurpan

Mo limo,,,,
Saya terlampau hafal, tiap menjelang Ramadhan,  Gurpan selalu menemui saya dengan caranya sendiri, entah kebetulan atau tidak,  kali ini saya nemui seorang dengan gaya sporty,  celana jeans dan kaos polo plus kaca mata bening,  namun anehnya tanpa tangkai,  saya juga bingung ko iso nempel. Di pojokan mall ada tenant dengan tulisan mencolok,  gurpan corner,  menjual mo limo.  Saya ketawa hampir pingsan dibuatnya,  gurpan jualan mo limo.

"Gurpan,,,apa kabar? Lama ga ketemu,,, saya memeluknya sambil berkaca kaca. "Broken wing,  katanya sambil tertawa,  ketemunya mesti selalu disini, jarang banget di warung kopi hehehe... Ini yang ingin saya tanyakan gur,,, jualan mo limo, kamsutnya opo? Kamu tahu kenapa saya bikin corner di pojokan toilet? "Gak ngerti gur kenapa". Kamu pernah nanyakan dimana jalan sunyi berakhir? Aku bilang ditoilet tempat manusia menjadi apa adanya,  ga ada jaim2an, mau pejabat,  mau artis atau orang biasa,  gitu kebelet,  ga ada mau pipis dibuat akting secantik mungkin, mau BAB ga bisa dibikin se eksotika mungkin, semua wajar dan manusiawi. "Terus apa hubungannya dengan jualannya gurpan mo limo? ".

"Aku hanya jualan ide,  tempat pojokan kita bisa duduk sebagai manusia,  apa adanya,  kita bisa ngobrol tentang keluh kesah manusia dalam hidupnya atau apa saja". Memang ada yang mau? Pertanyaan yang naif sebenarnya,  di gurpan corner ada kursi pijat plus musik lounge yang memanjakan orang,  disana betah berjam2. Lantas apa hubungannya dengan mo limo gur? Ini bukan mo limo seperti biasanya broken wing,  mo limo yang saya maksud adalah :Mondokk, moco, mowo, moso, mandheg. " artinya apa gur?

Banyak manusia kehilangan habitat sejatinya broken wing,  hingga mencari kebahagiaan diluar dan lupa sejatinya mereka harus ngapain.  Mondok,  bukan berarti harus nyantri,  ibaratnya mondok adalah tiap orang harus menuntut ilmu,  apapun usianya,  gendernya,  karena hanya dengan itu dia bisa membuka hatinya.  Moco,  adalah kelanjutan dari mondok,  setelah menuntut ilmu orang akan bisa "membaca" alias iqra.  Membaca situasi,  membaca alam,  apapun. Setelah kamu bisa moco,  selanjutnya mowo,  alias bara,  alias api,  hidupmu harus bisa menerangi sekitarnya,  memberi kegunaan buat sesama,  dan untuk itu kamu perlu menahan diri alias moso alias puasa,  itu membuatmu tetep berjalan dijalur yang benar,  sehingga dalam totalitas pengendalian dirimu,  dirimu mandheg alias bisa mengendalikan diri mana yang perlu msna yang tidak.

Saya bengong denger gurpan berbicara mo limo,  baru kali ini dia bicara begitu,  namun saya tahu kenapa dia bilang begitu,  ini hampir puasa,  dan selalu gurpan ngasih petuah untuk bekal saya.  Saya hanya bisa tertunduk terharu,  its emotional for me. 😭

Kamis, 27 April 2017

Ini tentang broedin

Drs. Broedin van Klompen Prof. S. Tp, S. Ag, MA
Saya nemukan akun itu di fb,  atas nama broedin dan kalau lihat foto profilenya seh sama,  hanya yang ini pake dasi,  dan saya tahu foto itu yang dia pake saat e-ktp.  Yang bikin geli,  status yang menganalisa tentang ulasan mikro ekonomi cukup tajam dan lugas.  Dan ammpuun,,, yang nge-like  rata-rata doktor demikian juga temen virtualnya,  karena canfumkan gelar juga.

Gayanya yang kemaki membuat saya ketawa,  nggregetno sekaligus kagum,  masa doktor beneran dia makan argumentasinya,  di statusnya bilang jika makro ekonomi sangat dipengaruhi oleh pergulatan global dan mikro ekonomi hanya dipengaruhi cuaca lokal.  Argumen yang nyleneh membuat statusnya banyak dikomen,  dan sohib saya broedin van klompen bilang dengan logika: kalau anda jualan es di siang yang panas oke,  tapi bagaimana jualan es tetep laku saat cuaca hujan? Jawabannya cukup cerdik,  anda cukup dengan jualan yang bisa di cuaca dingin dan panas,  misal kopi bisa jadi es kopi,  es teh bisa jadi teh nasgithel. Mbuh ngawur opo ga banyak yang komen memuji dia.

Banyak orang mengira broedin adalah konsultan usaha mikro dan pengamat ekonomi,  sehingga banyak yang pingin di konsultani tapi dengan cerdik dia ngeles dengan alasan waktu,,,, 😂😂😂😂. Sehingga saat ketemu dia langsung,,,misuhhhh saya dulukan,,,, jaannn,,,,, k,  ente kapan sekolah sampek profesor dien,,, namanya pengelabuhan intelektual. "Sopo sing bilang profesor? ". Lah itu di akun fb kamu cantumkan gelarmu sak abreg,  dan cilakanya orang percaya gaya pencitraan jadulmu. Broedin hanya ketawa terkekeh hingga membuat saya penasaran,  broedin orang cerdas,  dia ga mungkin melakukan itu tanpa maksud.

Akhirnya saya tahu justru dari istrinya syaripah (panggilannya mbak Sari,,, 😂😂😂), jadi mas brok lom tahu artinya,,,syaripah nerangin kalau itu hanya singkatan Drs: dari Sampang,  prof. Stp : profesi sebagai tukang parkir,  S. Ag: Surabaya arek gemblongan,  MA: madura asli,,, gitu mas brok,,, mbak Sari aja taunya barusan(istri broedin selalu menyebut namanya sendiri kalau bicara). Trus maksudnya apa mbak Sari?. Kata kak dien,  buat nyindir orang yang maniak gelar dan pinter  tapi hatinya gelap. Ohhhh,,,, saya manggut2,,,entah kenapa saya kebayang wajahnya yang nyindir saya. 😪😪

Sabtu, 15 April 2017

Bahagia(absurd?)

Bahagia
Ini cerita tentang bahagia yang pernah saya janjikan pada mertua dan anaknya dulu waktu masih pedekate dengan semangat saya berusaha meyakinkan kalau anaknya bisa disunting tidak usah kuatir tentang masa depan,sebab pasti saya akan jadi lelaki yang bertanggung jawab untuk kehidupan anaknya dan cucunya. Tentu saja sebelumnya anak mertua sudah saya "racuni" tentang masa depan Bla,,Bla,,Bla,,😂😂. Ibaratnya kalau adinda mau jadi istri saya, apapun mau keliling dunia kemana Ok,mau ke Paris, ke bulan, Ok punya. Hasilnya saya sukses menyunting anak mertua yang kelak jadi ibunya anak-anak. Saya sendiri kadang heran berani beraninya ngelamar anak orang dengan menawarkan masa depan yang indah, ibaratnya saya nunjuk satu bintang di langit sambil bilang itu rumah kita,,,,😀😀 padahal dulu ngelamar masih pengangguran, badan kerempeng karena kurang gizi,,,,😅😅

Setelah jadi istri, saya pun tersenyum kecut kalau diingatkan janji itu, jangankan ke Paris bahkan ke 🌒 bulan, nyediakan waktu buat nemenin ngobrol aja susahnya minta ampun, sampai saya berkesimpulan kebahagiaan itu sebenarnya absurd, antara realita dan impian garis pemisahnya  letaknya di lidah. Apakah istri saya bahagia, entahlah saya gak berani nanya,,,,😁😁😂, dosa rasanya sama mertua dulu,,,,karena sebenarnya dulu saya ngemis cinta anaknya,,,😂😂. Tapi apapun saya sukses telah memberikan kebanggaan sama anak mertua, bisa menjadi ibu, dipanggil nyonya dan dilingkungan rumah dipanggil ibu Joko, hal yang tidak mungkin terjadi kalau tidak menikah dengan saya,,,,,😂😂😂😂, karena bukankah banyak wanita, gadis menginginkan hal tersebut,,,,hahahaha,,,

Jadi, saya sampai pada kesimpulan, jika bahagia absurd adanya, bahagia yang sejati sebenarnya bagaimana ?Kata mas gede Prama bilang kebahagiaan yang datang dari luar dan terbeli, akan datang dan pergi. Jadi kebahagiaan datangnya dari dalam ya mas gede,,,,setelah saya renungkan mungkin benar bahagia sebenarnya serangkaian sikap dan bukan keadaan. Bayangkan saat pagi hari saya terbangun dengan kondisi kucek gitu, nyonya bilang pria paling ganteng yang pernah ditemui,,,,langsung saya cium dia,,,,dan ditolak karena bau jigong,,,,😂😂😂. Apakah ini serangkaian sikap yang membuat bahagia muncul dari dalam,,,entahlah tapi saya berusaha membenarkan biar gak ingat janji saya dulu ngajak dia ke Paris, kalau ke bulan saya bilang sekarang disana lagi musim dingin gak enak hihihi,,

Rabu, 22 Maret 2017

HBD sayang

Bukankah kita tak perduli berapa jumlah usia yang telah dilewati?  Kita hanya perduli dengan mengingat semua kenangan indah yang pernah kita lalui bersama.  Kita juga tak mungkin mengingat kecengengan tang tak pernah membuat kita terjaga.  Yang di mau kita hanya ingin setiap moment dalam benak mengalir dalam darah dan menjadi DNA kita seraya berkata,  bahagia ternyata sederhana

Entahlah,  liku hidup telah membuka kebuntuan tentang bagaimana cara mencintaimu dengan teramat bersahaja,  karena kita pernah hidup dengan kenaifan yang berbeda.  Namun apapun itu,  bukankah kita tau bagaimana saling menyayangi dengan cara kita masing masing. Waktu,  dimensi yang semula membentangkan jarak,  dengan caramu ternyata ia hanya lingkaran spiral meskipun seperti jauh namun kita bisa menatap sambil tersenyum,  terlalu dekat bukan,,, 😀.

Jadi apapun dimanapun dirimu,  merindui dan menyayangi sudah jadi hirupan nafas keseharian,  dan meskipun mimpi mengaburkan wajahmu,  di hati terdalam ada sebuah keyakinan,  cinta tak kan hilang oleh masa.  Ketika waktu penggal menemuimu,  ayah hanya pengen bilang: HBD sayang

Kamis, 09 Maret 2017

"Wajah" tuhan

*Kangen sama tulisannya gede prama*
Cerita seorang ibu melihat permennya diambil putranya tanpa seijin sang ibu, sang ibu marah lantas berkata: tidakkah kamu melihat Tuhan ketika mencuri permen mama?. Dengan polos si anak menjawab :lihat ma,,,. Mendengar jawaban itu sang ibu tambah marah, diikuti pertanyaan lebih emosi: Tuhan bilang apa sama kamu?. Dasar anak polos, dia menjawab jujur: Boleh ambil dua.

Ini cerita yang terbuka dari penafsiran, namun dari satu sudut pandang, "wajah" Tuhan di kepala kita tergantung pada kebersihan batin kita. Dalam batin yang bersih anak yang polos dan jujur, Tuhan berwajah pemaaf dan pemurah. Dalam batin yang mudah emosi dan curiga, Tuhan menjadi pemarah dan penghukum
(Gede Prama: Simfoni dalam diri, mengelola kemarahan menjadi keteduhan)

Senin, 27 Februari 2017

Meaning Life(self intro)

Meaning Life
Sebagian dari  sepanjang umur kita dihabiskan untuk mencari makma hidup, ada yang menyangka hidup adalah sukses materi dan pangkat sehingga sejak kecil hidup kita telah diatur untuk sekolah dimana, bergaul dengan siapa. Institusi bernama sekolah tak pelak dipahami satu2nya jalan buat mencapai kesuksesan.

Namun sebagaimana hidup juga bertutur, ketika pencapaian itu diperoleh, kita malah capai sendiri, dan mulai mencari apa makma sejati hidup ini, ketika menengok ke belakang saat ketulusan bersama teman begitu nikmat sehingga yang namanya reuni menjadi hal yang dinantikan, kita serasa menemukan jejak akar rumput kita . Sepanjang hidup mencari pecapaian yang bermakna ke luar, dan akhirnya capai sendiri . Selama itu pula kita menghabiskan waktu dengan pertanyaan yang sama, digawe opo urip iki (dibuat apa kehidupan ini).

Saat tubuh mulai merenta, fisik tidak sekuat dulu lagi, diakhir perjalanan di dunia, ketika genta bernama kematian tiba,akhirnya sadar apa yg dilakukan sepanjang hidup diri ini hanya sia2, dan Tuhan menghukum kita bukan dengan apa2 namun  sebuah kata lembut: menyesal. Inilah yang kita inginkan kelak?

Senin, 20 Februari 2017

Nemu catetan saya(setahun lalu)😁😁

Ketika malam mulai menghitam dan hujan mulai menghentikan tangisannya, Malang seperti perempuan dewasa yang habis mandi,kecantikannya kalau boleh dimiliki sendiri 😂,saya dan anak mertua malam ini pun menyasar kedai kopi baru (wara laba baru), bukan sekedar kongkow tapi memang coba menikmati kopinya yang katanya meng-kafein (istilah saya sendiri) banget. Sebagai bagian gaya hidup ngalam punya, entah kenapa tempat ngopi selalau menyasar anak muda dengan "tagline" bagian gaya hidup, style yang harus di makan mentah.

Saya percaya itu karena untuk parkir saja susahnya minta ampun, yang menarik pengunjungnya rata-rata sepantaran anak saya, dan lucunya ketika gaya hidup sudah jadi keharusan, bangku disebelah saya mahasiswa/mahasiswi dengan dandanan BPJS(budget pas-pasan jiwa sosialita)  sibuk urunan membayar kopi mereka, sementara yang lain sibuk ketawa entah untuk apa. Saya selalu satire untuk urusan beginian. Saya selalu percaya bahwa sepantaran anak saya belum waktunya mencoba ngikop(ngopi) yang beginian, bukan ga boleh tapi mencoba untuk tidak terjebak dengan trik marketing menjual gaya hidup . Mungkin kelak saya tertarik untuk men-setting makanan lokal seperti lentho, hawug2, kokam, bendoyo,ondhe2, marning sebagai bagian gaya hidup, makanan bergengsi. Hanya dengan sedikit pencitraan, maka jadilah makanan ndeso terangkat jadi food of life style yang harus dicoba kalau ga ingin ketinggalan jaman.

Daya tarik kafein lantas di citrakan gaya hidup modern dengan setting ruangan masa lalu, klop sudah menikmati malam dengan cangkir kopi dan tawa yg meluruhkan kepenatan dan perih. Bayangkan kecanduan kafein sudah jadi komoditas yang menggiurkan dan akan tetap begitu dalam beberapa tahun ke depan. Saya yang udik makin sulit mengerti kenapa gejala ngopi dari warung sederhana berubah menjadi gaya hidup modern. Terlintas di pikiran, gimana coba menghidupkan lagi nyusur sambil petan, bisa di rubah jadi modern life style sambil ngikop, mangan jajan ketan,lentho dan kokam,,,,,heheee,,,
Bukankah makanan dan gaya hidup selalu berputar ikuti sejarah? 😁😁

Sabtu, 18 Februari 2017

Bikin status ahh,,,


Saya tidak segan mengakui jika jurnalistik berhasil menempa batin dan otak.  Pelatihan jurnalistik yang sering saya ikuti di kampus dulu telah membentuk sudut pandang yang integral terhadap sebuah masalah.  Kepekaan melihat penderitaan dan daya juang seseorang begitu menbekas di hati ini.  Pengalaman indepth reporting, menelusuri kaki pedalaman yang berdebu, hujan dan panas,  di sudut-sudut spot perikanan,  begitu berharga pengalaman ini,  tanpa di dukung IT yang memadai,  justru membuat laporan jurnalistik begitu genuin.

Jangan ditanya masalah idealisme,  ini mirip menenggak kopi,  selalu bikin semangat dan intens bagaimana dulu melihat ketimpangan dari sudut anak muda belum kaya pengalaman hidup tapi telah disuguhkan dengan realita yang menakjubkan. Hingga jangan heran,  terkadang suasana batin tsb masih menyisa hingga kini. Namun cilakanya saya jadi terbiasa melihat kejadian, masalah dengan sudut kaidah jurnalistik : 4W(what,where,why, who)  dan 1 H(how) 😂😂😂. Apalagi saat itu lagi demen-demennya baca psikologi populer untuk tambahan ilmu biar bisa ngorek nara sumber lebih dalam,  jadilah saya selalu melihat motif,  alasan sebuah kejadian.  Apakah saya akhirnya tidak jadi wartawan karena english saya lebih bagus di toefl madura 😂😂,its no problem karena ilmu jurnalistik cukup bagus untuk menganalisa sebuah masalah, toh tak harus jadi pewarta, karena temen saya menyematkan gelar blogger 😁😁,hal yang saya sendiri bingung opo to blogger,  apa karena saya sering ngeblogg,  atau karena punya blogg tapi jarang diisi 😀.

Jadi, kalau saat ini lihat sosmed isinya gitu-gitu aja (meskipun banyak juga yang bagus) mulai dari yang alay, yang curhat suasana batinnya, (sampai orang yang saya kagumi GM kebawa juga), hingga ada yang sengaja nyari duit dengan menebar kebencian,istilah sekarang hatespeech, saya melihat ini sebagai proses tumbuh dan cerminan seseorang, masyarakat dan bangsa. Benar juga dulu doktrin jurnalisme adalah membawa dunia dalam satu genggaman,sekarang telah terbukti dengan kemajuan IT. Meski ada efek negatifnya, saya optimis balancing pasti ada.

Sebagaimana tulisan ada penutup, medsos apapun adanya, telah membuat jutaan orang sukarela jadi masyarakat dunia informasi alias netizen, dan punya kemampuan menekan terhadap perseorangan, organisasi bahkan negara. Mirip seperti yang diinginkan john lennon di lagunya imagine, sebuah kehidupan tanpa batas2 negara yang masyarakatnya hidup dalam damai.  Mestinya john lennon belajar pada idiom Jawa 😂😂😂 : gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo,  pasti dia akan menunduk dan bilang: bener ente wing,,,. Saya pun hanya bisa tersenyum 😊😊😊,,,

Selasa, 14 Februari 2017

Phitecantropus Selfius

Phitecantropus Selfius

Dalam ukuran derajat kebutuhan manusia,  hal paling dasar harus dipenuhi adalah pangan,  sandang dan papan.  Saat 3 hal tsb terpenuhi,  manusia melangkah lanjut dgn kebutuhan tersier,  pengakuan diri.  Hebatnya sebagai mahluk sosial sekaligus mahluk ekonomi, kebutuhan tersier bisa digabung dgn kebutuhan primer.

Banyak tempat makan,  tempat hang out,  ditambah dengam medsos yg mengakomodir  hal ini,  menjadikan hidup keseharian jadi riuh rendah,  fiddun-ya wal realita 😂😂. Yang mengagumkan tidak melihat usia, dari usia remaja hingga senja, meng-aktualisasikan diri, dan berkembanglah aplikasi yg bisa membuat wajah biasa jadi cantik dan ganteng, keriput wajah bisa hilang secepat menepuk nyamuk tanpa harus pergi ke salon yang biayanya mahal. Pertanyaannya gejala apa ini dan sampai kapan?

Sejarah pasti terulang, dulu ada narsisius, pemuda yang memuja dan  menggumi wajahnya sendiri sehingga timbul istilah narsis. Sekarang timbul istilah selfie yang mirip narsisius hanya beda teknologi, sehingga bisa jadi kelak kita akan dikenang dalam sejarah sebagai Phitecantropus Selfius, karena kegemaran  memotret diri sendiri,,😂😂.

Apakah saya membenci gejala ini? Tidaaakk,,,,karena ini gejala awal sebelum masuk ke era pendewasaan secara kultural dan peradaban. Mirip pertumbuhan anak dari bayi kita masih balita, seorang balita masih maaf sering bermain  alat kelaminnya,,,😁😁 hanya untuk menunjukkan aktualisasi siapa dirinya. Mirip peradaban kita hati ini 😀😀

Yang dimaksud pendewasaan kultural dan peradaban adalah ketika manusia bosan dengan ego diri,  dia masuk gerbang spiritual tingkat paling dasar,  yaitu menanyakan sebenarnya saya didunia untuk apa,  akan kemana dan adakah kehidupan setelahnya.  Hal ini sudah mulai menggejala di dunia barat yang bosan dengan kemapanan dan materi. Pada tingkat selanjutnya manusia akan masuk era, dia adalah entitas besar dari makro kosmos kehidupan,  bukan yang paling berkuasa,  namun bersama menjalankan etika kehidupan dari yang besar seperti black hole hingga yang paling kecil bernama virus,  dan sama-sama "tawaf" untuk hal yang paling mulia. Saat di Puncak peradaban paling tinggi,  teknologi hanyalah tools bukan alat utama. Selanjutnya pada fase peradaban yang paling tertinggi maka paradoks kehidupan kembali lagi ke awal dan siklus terulang kembali,  mirip daun yang menguning kemudian jatuh ke tanah menjadi pupuk untuk kehidupan selanjutnya.

Apakah kita akan bisa menjumpai peradaban itu?  Rasanya tidak,  mungkin anak cucu kita juga belum,  konon katanya pada saat itu manusia susah bisa melakukan teleportation,  berpindah tempat dengan sekejap dengan metode seperti film star trek.  Kita sekarang ini cukuplah dengan selfie dan narsis, karena kita hidup di era itu,  selebihnya,,,  cukup berendah hati aja,,, its ur life,,, enjoy with ur self, 😂😂😂😂

Minggu, 15 Januari 2017

Tiada-mengada-meniada

#Tiada-mengada-meniada#
Tanp babibu tiba-tiba Gurpan datang bukan lewat pintu tapi malam-malam ngetuk jendela, sambil cengengesan dia bilang sorry broken wing, hujan terlalu deras untuk saya akui jika saya kedinginan,. Dengan rambut basah tentu saya memeluknya dengan penuh rasa kangen,  entah sudah berapa bulan dia menghilang dengan tugas "under cover" nya.  Saya tahu harus menyediakan kopi nasgithel buatnya serta kacang rebus kesukaannya.  Untung tadi sore anak mertua seperti feel kalau dia datang,  semua sudah cemepak. Apa kabar broken wing,,,, ente selalu always kan,  sambil senyum khasnya itu loh. Saya hanya tercekat,  bagaimana tidak,  tiap dia datang selalu saja membisikkan : piye wes lulus durung,  katanya sambil terkekeh.  Saya hanya bisa menggeleng,  belajarku masih alif Gur,,, entah kenapa ga bisa ke ba,, apa lagi ke ta tsa hamzah iya, ga kebayang Gur.

Saya tahu pasti jika gurpan datang akan jadi malam yang panjang. Tapi saya senang,  lama setelah lebaran baru kali ini dia datang.  Sambil nyeruput kopi,  gurpan cerita baru pulang dari mall terus kehujanan.  Saya pasti terbahak kalau cerita pulang dari mall,  pasti kehilangan dompet dan entah ajaibnya dompet tersebut selalu berada di tas kerja saya"broken wing,  lama tidak bertemu manusia saya jadi kangen kamu" katanya terkekeh.  Lah memang di mall kan banyak manusia gur,  banyak yang bening pula. "Husshh ojo banter2 krungu bojomu nanti, Ayu lahirnya,  tapi hatinya membawa kepedihan,  ga tega saya ngeliatnya bro,  malah ada yg saya lihat mirip mayat hidup berjalan". Haaah,,, jangan nakutin gur,,, setahu saya ga ada yg jelek mirip gituan di mall. " bukan harfiahnya broken wiiiiinng,,, tapi hatinya,  ego yang tanpa pernah di cuci dengan air mata batin membuat mereka susah lepas dari godaan godaan hidup.  Gak ngerti aku gur,, saya melongo.

"Broken wiiinggg,  cukuplah kita menangis saat kita lahir ke dunia,  cukup sekali saja,  setelah itu,  jika datang apa yang disebut dengan definisi kepedihan,  penderitaan,  kemalangan,  yang sering dipersepsikan dengan tangisan,  itu tandanya kamu harus mulai meniada.  Proses manusia untuk menunduk dalam,  proses manusia untuk kembali ke khittah. Saat lahir,  proses 'meng-ada' harus disandarkan semata-mata untuk proses selanjutnya yaitu meniada,  menyatu dengan hutan kosmis,  kamu bilang makro kosmos kehidupan,  kembali menjadi gelombang". Bukankah itu yang pernah gurpan bilang,  dari tiada,  meng ada lantas meniada,  mirip lahir lantas kembali mati. "Lebih dari itu sebenarnya broken wing, kematian sejati sebenarnya hidup abadi, hidup sesaat bisa jadi kematian abadi". Maksudnya gur? tambah mumet kepala.
"Gini bro kehidupanmu yang singkat di dunia ini, kalau hanya dipakai untuk itu2 aja,  kamu seperti mengada tanpa mau meniada,  padahal siklus hidupmu seperti daun,  mulai dari tunas,  pucuk,  menghijau,  menguning dan tanggal". Lantas apa hubungannya dengan kita2 ini gur?.

"Hidup ini terlalu singkat buat diratapi broken wing,  terlalu sekejap untuk disia2kan,  banyak dari teman, sodara,  mengejar kehidupan ini seolah mereka tak ingin sengsara,  hingga kadang tega menafikan sodara lainnya.  Definisi sedih, perih, derita,unhappy,  disematkan saat mereka tidak memperoleh sesuatu,  gagal mencapai sesuatu,  namun abai jika hidup tidak hanya memperoleh dan menjadi sesuatu. Kehidupan dengan waktu yang diberikan Tuhan,  disematkan padamu adalah untuk menjadikan sesuatu,  membangun infrastruktur hatimu dulu,  lantas infrastruktur kebaikan untuk keluargamu,  tetanggamu. Saat itu intens kamu lakukan,  semua yang kamu peroleh hari ini adalah efek,  tools,  untuk membuat project2 spiritualmu selanjutnya". Hidup bukanlah bergerak dari egoisme yang satu ke yang lain,hidup hanya bisa dipahami dengan kelembutan meski untuk kesana kamu perlu kerja keras,  kerja yang tak merujuk pada memperoleh sesuatu,  hidup adalah penghambaanmu pada Nya,  bukan padanya.  Hidupmu hanyalah menyelaraskan gelombang talentamu dengan mikrokosmos,  makro kosmos kehidupan". Bertubi tubi gurpan nyerocos sambil mengunyah kacang rebus,  sampai lupa kulitnya dikremus juga. Seperti biasa saya mengangguk tanda tak mengerti.

Anehnya gurpan selalu memandang saya dengan lembut seolah kasihan dengan kegeblekkan saya,  lantas berbisik: "aku tadi kehilangan dompet broken wing, sekarang aku mau pulang gak punya sangu". Makanya to gur di mall ojo lirak lirik ae to,  dijawab sambil terkekeh, sambil dijawab : aku ngelirik juga ada maksute bro. Saya hanya berlalu dan mengambil dompetnya yang tiba2 nyangsang di tas kerja. Wes broken wing aku pamit,  sambil berbisik: anakmu sehat2 disana,  tadi nyampaikan salam buat kamu dan mamanya.  Naahhh,,, ini yang bikin mata tiba2 berlinang. " ojo nangis, gembeng banget sih kamu broken wing,  hidup cukup sekali kamu nangis,  waktu kamu lahir,  setelah itu tertawalah dengan kenaifan kehidupan. Yaa,, yaa gur ayamsori, gurpan ga nginep,  mau kemana habis ini?  Ga usah broken wing,  jaga dirimu baik2 yo,  teruslah laku di jalan sunyi, sory aku dipanggil sama nabi khidir,,, barusan beliau sms saya,,, tiba2 cling,,, gurpan menghilang dari hadapan saya,  dan saya  berteriak gur,,, gur,,,,tunggu,,. Yahhh,,, yahhh ada apa,  ngelindur lagi,,, tiba2 anak mertua nepuk punggung.  Ahh,,, tibake ngimpi to,,, 😀😀😀