Sabtu, 24 Februari 2018

Sore menengok langit

kita pernah berjalan suatu ketika berdua menyusuri hujan dengan sebuah penggal lagu yang lupa dari ingatan, namun tetesnya begitu mengena dan tersirat untuk janji bersama membesarkan anak kita dengan kidung dan puisi. bahkan tergelak saat tahu "senyuman Tuhan" membuat kita ketagihan dengan kenaifan2 kecil seperti membaca langit sore seperti melihat gumpalan eskrim dan saat malam tiba melihat bintang, kita menatapnya tanpa henti seolah bertanya kenapa kedipannya begitu mempesona. Dan kita tanpa sadar menangis saat daun luruh karena angin, begitu eksotikanya. Lantas tertawa kenapa begitu naifnya menagisinya toh kelak dia kembali menjadi tunas. Dan saking asiknya jadi tak perduli dengan apa yang kita peroleh, acuh dengan pencapaian yang terasa nisbi dibanding dengan sejuknya angin berbisik seolah bilang : " kalau dari awal sebenarnya kita tak punya apa-apa, kenapa harus menyesali kehilangan kecil di dunia yang memang kita tak pernah memilikinya "
#soremenengoklangit

Jumat, 23 Februari 2018

Broedin side

5-10 tahun lagi negeri ini akan dipenuhi oleh genetasi pintar namun attitudenya kurang, pelajaran budi pekerti seolah hanya ilusi. Anginnya mulai terasa sekarang. Meski masih semriwing, gejalanya sudah ada, kenapa? Ohhhh mungkin karena  nyontoh orang tua biologisnya, atau orang tua masyarakatnya, orang tua bangsanya, atau mungkin orang tua negaranya,,,,,hasil pendidikan kita selama inikah?ahhhh saya ga mungkin menyalahkan.
Pendidikan kita sudah bagus kok, kalau ada kekurangan disana sini maklumlah. Atau mungkin pendidikan keagamaan? Ahh itu juga bukannn,,,nanti di cap intoleransi. Kalau semua bukan lantas apa yang salah,,,,,ahaaaa,,,,,begini saja,,,

Salahkan penjajah yang melakukan pembodohan secara mental hingga harus merubah bagian struktur DNA bangsa kita menjadi bangsa dengan mental kekurangan,silau dengan kekayaan dan materi, padahal kekayaan alam ini bisa jadi modal memakmurkan semuanya, tapi ahhh sudahlah, kita kembali ke topik awal saja.

Kebanyakan bergaul dengan mbah google ga baik loh, jadi manja, semua info bisa didapat instan dan yang saya takut, kebiasaan instan muncul saat masuk ke  dunia kerja. Ga mau dari awal, maunya langsung jadi manager tapi enggan tanggung jawab, dan yang ga nguatinnn kepintarannya di pakai untuk ngeles sehingga kadang saya tanya kenapa ga buka les privat.  Apa karena di kasih contoh sama mbah google yaa,,, sebab disono jika yang dicari ga ada, langsung keluar tulisan :"sambungan internet anda error". Pertanyaannya, apakah mereka2 ini yang akan memimpin negeri ini esok? Saya yakin ko enggak, saya masih percaya, perjalanan negeri ini dipenuhi hal tak terduga, satriyo piningit misalnya. Hari ini ko saya yakin, anak muda yang kelak jadi sangit alias satriyo piningit, masih di pingit jaman.

Cirinya gampang, mereka lagi sibuk belajar, apa saja, mulai dari ilmu filsafat, ekonomi,psikologi hingga puisi 😂😂. Ga suka menonjol meski mainnya juga di kafe dan mall. Pandangannya visioner sehingga dipikir anak indigo. Gagasannya nyleneh untuk jamannya alias CJDW. Meskipun bosan dengan carut marut yang dibikin orang tuanya, mereka tidak revolusioner bahkan sopan santunnya,,,,,bukan main dengan orang tua. Tidak akan menjawab kalau tak ditanya. Apakah mereka sudah masuk dunia kerja? Yaaa,,,beberapa saya pernah menemuinya hanya dengan memandang dan tersenyum(maklum tunggal ilmu heehee,,,).  Hanya dengan awarness yang bagus tahu keberadaan mereka. Mengisi berbagai tingkatan pekerjaan dari yang rendah sampai  menengah, mereka tak terlihat dengan mata wadag, stealth, unvisible. Sampai pada saatnya mirip superman, akan membuka baju pembungkusnya, melaju membawa negeri ini menuju takdirnya.

Oh ya sedangkan mereka yang instan-man pada kemana? Maaf kate nih ye bukannya mendahului, saya dibisikin salah satu dari mereka : maafkan ane broken wing, mereka akan jadi sampah peradaban. " hah,,,,saya kaget". Napa kaget gitu broken wing, ane bilang apa adanya. " ana ane,,,,ente orang arab ye" kate saye. " mbuh kandani ga percoyo yowes. "Loh kok malih suroboyoan" gitu saya lirik,,,jiammmput sing ngomong broedin van klompen,,,,gayamu dien dien kemelipen,,,,tapi ups tiba2tersadar siapa tahu satriyo piningit tersebut bernama broedin van klompen. Buru2 saya cium tangannya dengan takzim, tapi segera ditarik, tapi saya tetep nekat saya tarik dan ciumin bertubi2, sampai kepala saya di jitak sama majalah bekas. Saat mendongak broedin mendelik : lapo ngambung2 tangane bojoku." Iyaa mas broken kok tiba2 cium tangannya mbak sari". Oalah tibake mau tangane syaripah to,,,pantes mambu brambang mbek trasi,,,,,ayam sori mbak sari,,,,dien aku ngimpi. " memang ngimpi opo mas brok?" Ngimpi opo sampe ngambungi tangane bojoku. Anuu,,,dien,,,ngimpi cium tangane nabi khidir,jawab saya sekenanya. Masya Allah sing temen mas bro,,,,terloncat broedin terus tanganku di saut diambungi sampek ledeh sambil menggumam : barakaloh,,,barakaloh,,,
Heeeheee,,,,,,,😂😂😂😂

Rabu, 07 Februari 2018

Anak kolong


Dibanding mungkin temen yang pernah jadi anak kolong, saya merasa jadi anak kolong beneran. Sebagai anak tentara berpangkat prajurit, sering di tinggal tugas, paham betul bagaimana menjadi anak tentara berpangkat bintara. Rumah tipe kecil dengan barak memanjang dengan supplai air dan listrik yang dibiayai negara. Entah karena kesibukan ortu waktu saya kecil, jadi main kemana diumbar.

Kalau yang lain dibelikan mainan mobil mobilan, kapal kapalan yang kadang membuat sedikit iri kenapa saya ga dibelikan seperti itu (umur 5 tahun sudah ngerti iri coba😂) tapi bukan berarti mainan saya ga asik. Kompleks barak tentara biasanya dekat dengan garasi sehingga saya main tank beneran, truk reo yang besar, atau jeep tentara merek dodge buatan amrik, gaz buatan rusia.

Atau lain kali main petak umpet di garasi kendaraan yang rusak, sembunyi di kolong mobil, atau naik perahu karet, atau lain kali cari magnet dari tumpukan kendaraan. Masa kecil yang indah. Entahlah apa itu yang membuat behavior saya sedikit kayak soldier meskipun ga jadi tentara. Di didik dengan nasionalisme yang kental, namun juga sebagian romantis, membuat cara pandang saya keras dan pragmatis jika melihat ketidak adilan.

Artinya apa? Entahlah kadang dalam rekonstruksi diri, faktor itu yang membentuk saya hari ini. Kenangan kecil bagaimana dengan senangnya masuk ke dalam tank yang gelap teriak2 dengan teman yang lain  seolah membidik dengan meriam berteriak dor dor. Di didik untuk tidak boleh mengeluh, menangis terhadap kesakitan dan kekurangan hidup, namun menangis jika melihat kesewenang2an, menbentuk diri ini agak rapuh namun sekaligus rigid.

Pagi ini

Tanpa disadari semua orang memiliki tatto di dahinya, hanya tidak terlihat, hanya orang yang peka dapat melihatnya, tatto tersebut berbunyi : i'm VIP(very importan person)

Saya adalah orang penting di mata anda, demikian kira kira maksutnya. Demi memenuhi hal diatas banyak orang mau mengorbankan segalanya, ada yang berjalan di tataran ke ilmuan untuk diakui orang pintar dan alim, ada yang di jalan kebendaan untuk diakui orang kaya, bahkan ada yang menjual harga diri untuk diakui saya ada.

Pertanyaannya adalah, sepenting itu kah hingga harus digapai dengan mengorbankan sisi humanis kita. Ada banyak yang hilang saat kita melalui waktu yang sebentar ini, usia balita,remaja, dewasa dan menua tiba tiba tersadar ada banyak hal yang belum dilakukan kecuali memenuhi keinginan yang tiada habisnya.

Di barat, ketika kekayaan membuat alienasi, banyak orang kaya disana menjadi filantropi, terlepas apapun tujuannya, menyisihkan sebagian harta untuk sisi kemanusiaan membuat wajah manusia berubah, menyisihkan waktu untuk jadi voluntir pekerja sosial bisa merasakan ketulusan yang didapat. Kebaikan/kindness memang menumbuhkan cinta dimana mana. Sejarah pernah bercerita, ketamakan dan kesombongan memang merusak dunia, namun dengan cinta, dunia diperbaiki untuk jadi tempat tinggal yang layak bagi anak cucu kita.

Jadi cobalah menyisihkan waktu untuk membuat kebaikan dalam hal kecil apapun, mirip menanam bunga, kapan mekarnya biarkan waktu yang melakukannya. Jika belum bisa, jangan menambah penderitaan untuk diri sendiri dan orang lain, sembuhkan diri sendiri dengan senyum senyum dan senyum. Jika itu dilakukan setiap saat, keajaiban akan menghampiri,,,,,no need to say but done immediately
#morningwithsoundofbird

Sabtu, 03 Februari 2018

Morning with ,,,,,

Ketika hidup mulai direnggut oleh waktu dan berhitung mundur dimulai saat kita menghirup nafas pertama kali di dunia, sunyi jeda sesaat dan tangisan pertama menandai perjalanan sendiri untuk kembali. Kita memulainya dengan pemahaman dan meng-eja satu per satu berbagai nama dan makna.

Usia, bukanlah angka namun terminal waktu dengan moment yang mengharuskan kita berjalan kemana. Dan kita pun disibukkan dengan permainan : naik turun ego mirip roller coaster dan menjadi paham bagaimana diakui ego, harus jadi ini jadi itu, mencapai ini dan itu. Lantas kita klaim keberhasilan adalah puncak sukses hidup itu sendiri.

Namun cara memahami hidup tanpa memahami makna mati, mirip memahami istri dari kecantikan raga, kegagalan kemana kita melangkah akhirnya memastikan bahwa kehidupan dunia hanya akhir tanpa ada apa apa setelahnya. Di sudut kalbu, kita makin terasing dengan diri, usia makin bertambah makin disibukkan pencarian makna hidup itu apa. Kita mengira kehidupan adalah memiliki segalanya di dunia, dan minta dengan sebutan kaya.

Namun sebagaimana kita tahu, kekayaan kita hanya segenggam kepalan tangan, makin di genggam makin meluruh. Karena jika definisi memiliki segalanya di dunia, berarti kita tak harus menggenggam namun mendekap kehidupan, bukan mengepal tapi membuka kepalan, menengadah sembari selaraskan denyut jantungmu dengan denyyt semesta.

Dan diujung pengembaraanmu, panggilan kalbumu makin menyiksa, kematian begitu menakutkan karena sesal akan yang kamu peroleh ternyata sia sia belaka. Rintihan sesalmu lewat air mata menyisakan cahaya, hidup bukanlah mencari tapi memberi. Saat denting panggilan waktumu segera tiba, sesalmu makin menjadi, ternyata sang Maha begitu santun, segala kesalahanmu akan dibawa ke hadapan Nya untuk ditanya: kemana saja cinta Ku engkay bawa, AKU tak menginginkan apapun jua kecuali kecintaanmu pada Ku.

Linangan sesal yang menyesakkan ternyata cinta Nya diabaikan kau tak sanggup mendengar bisikan lembut : Yaa ayyatuhan nafsul muthmainnah
irji’ii ilaa Rabbiki
raadhiyatan mardhiyyah
Fadkhulii fii ‘ibaadii
wadkhulii jannatii

“Hai jiwa yang tenang
Kembalilah kamu kepada Tuhanmu
dengan hati puas lagi diridhai
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu
Maka masuklah ke dalam surga-Ku"

#morningwith,,,,