Minggu, 20 Mei 2018

"Mencari" bukan mencari

Kami hanya coba merunuti jalan dimana embun pernah memberi kesejukan, kami juga merunuti jalan yang sering dianggap gegap gempita dengan  menamainya "jalan sunyi". Angin, matahari, hujan, hutan, gunung hanyalah persinggahan sementara untuk memahami betapa berkah hanya bisa dicapai dengan kerendahan hati. Kami mengagumi pohon yang diam namun selalu bersyukur selama sehari semalam hanya untuk bertumbuh mengikuti cahaya.

Jalan di depan kami adalah mencari bukan "mencari", kami tidak bergerak keluar namun ke dalam, memahami kalbu dengan membawa kenikmatan dari mata wadag dan mata batin untuk mengerti betapa jalan sunyi hanyalah cara bergerak menemui berkah dan karuniaNya. Tidak semua kami memahaminya dengan urutan logika yang bisa memenjara, terkadang hanya dengan mata buta.  Bila semua terukur dengan dikotomi dan angka, dualitas yang membuat kami tak bisa bergerak dan menjebak, ijinkan memaknainya dengan kelembutan dan keindahan, inti dari kemanusiaan. Kami bukanlah filsuf, bukan pula pencari kebenaran, hanya seorang yang nyadong keikhlasanNya, kasih sayangNya, mengemis cintaNya.

Baju kami hanyalah syukur, selimut kami rendah hati, sepatu kami adalah keikhlasan, dan perjalanan kami hanyalah cinta. Mungkin sudah terlalu biasa jika ini disalah pahami, sebab kesepian tak menyingkirkan dan menghindari menuju tempat sepi. Kami menjalaninya di lahan-lahan keramaian, pusat ego manusia di sudut sudut jaman. Mengolah sampah peradaban yang ter(di)singkirkan menjadi cahaya dan keindahan, lahan subur untuk ditanami dengan nafas ke-esaan, dan merawat menumbuhkannya dengan cinta. Biar kelak ketika nafas dan darah tinggal satu hirupan, harapan kami adalah meninggalkan jejak yang akan mengilhami angin, hujan, pohon, batu,embun, matahari dan semua mahluk bumi untuk selalu berendah hati dalam syukur dan keikhlasan. Sebab buat kami dunia bukanlah tempat memiliki sesuatu namun menakar keikhlasan cintaNya dalam satu tarikan nafas. Dan itu terlalu cukup buat kami, sebutir debu yang pongah mengharap kasih sayangNya,,,:-).

Saat kami terpaku

Saat kami terpaku menatap embun yang hilang
ditengah gempita angin menelisik satu persatu relung
di kedalaman kewarasan ini mengejawantah jadi debu
perlahan menghilang menjadi cahaya berpendar dibalik mentari
episode ini kami selesaikan saat daun pun perlahan menjuntai
menunduk syukur di ribuan dengung suara lebah diantara kelopak bunga
kau tahu?ini mirip suara dzikir yang begitu lembut mengagungkanMu
hanya sedikit yang bisa mendengar, hanya sedikit yang bisa melihat
betapa ritmis kehidupan ini, betapa cinta telah jadi DNA dalam nafas kami
dan dimana egoisme dan keserakahan bersembunyi tatkala semua hanya,,,
bagian terkecil dari esaNya,,,?

Minggu, 13 Mei 2018

Alif hamzah yaa

Saya hanya bisa meniti alif ba ta tsa
mengulanginya berkali kali namun
tetap saja hamzah,,,ya hanya ada di kejauhan
khatam hanya jeruji yang pandai bersembunyi
tabir semu yang sengaja tak akan nampak dimatamu
namun batin berkata itu sudah cukup mengena
tatkala orang bijak berkata: hidup tak hanya meniti huruf
melakoninya tanpa penghayatan itu sia2

Mungkin saya terlalu naif kalau yang bisa di eja
hanya huruf-huruf yang menguntai menjadi terbaca
C-I-N-T-A,,,dan tiba tiba angin mengangguk daun menjuntai
pagi ini serasa pagi yang lain
entah kenapa

Selasa, 08 Mei 2018

Hidupmu bukan milikmu

Hidupmu bukanlah milikmu
Apa yang jadi milikmu juga bukan kau miliki
Dan apa yang kamu miliki hanya pinjaman yang kelak kembali
Kembali pada situasi ketika dirimu hanya sesuatu tanpa arti

Jadi,  jika dari awal kita bukan siapa2, tak memiliki apapun jua,  kenapa harus menyesali kehilangan yang memang bukan milikmu sejatinya

Kehilanganmu terbesar bukanlah waktu kelak,  esok,atau hari ini yang tak miliki apa2, namun tak tahu akan kembali kemana. 

Kehilangan terbesar dirimu saat nurani menutup pintunya sehingga  tak bisa memasuki rumah sejatimu, hanya berdiri menatap dari luar seraya pandangi jendela hati dengan "kaca" yang makin buram.

Menangislah dirimu menyesali keserakahan2, dan meminta waktu kembali untuk melunasi hutang cinta yang telah kau gadaikan hanya demi remah2 duniawi yang ternyata tak berarti saat dirimu dijemput kematian.

Hidupmu bukanlah milikmu sepenuhnya, hidupmu sebenarnya hanya hamba yang mengabdi pada kehidupan itu sendiri,  bukan sang penguasa nisbi. Kelak sang waktu akan menuntunmu melihat kampung halaman dimana rumah sejatimu berdiri di depan telaga.

Menangiskah dirimu kala diingatkan  bisikan lembut : " Yaa ayyatuhan nafsul muthmainnah" hai jiwa yang tenang,,,,,,

Kamis, 03 Mei 2018

Cooy paste effect

Copy paste effect
Saya ini lahir daru generasi yang tanggung dimana masa remaja sekitaran smp teknologi komputer belum masuk(maklum jaman orba,,, 😀) apalagi sosmed,  teknologi komputer saya kenal intens saat makan bangku kuliah,  medsos kenal saat awal karir.  Sehingga praktis mindset saya dibenami jika akan meraih sesuatu harus lewat proses dan kamu cari sendiri. Susahnya ini  akan berbenturan dengan generasi sekarang yang berlimpah kemudahan akibat teknologi.

Salah satunya penemuan copy paste,  membuat semuanya instan dan mudah,  baik dan benar jika digunakan semestinya. Namun siapa sangka, efek sebuah teknologi jika paparannya terus menerus adalah mereka mengira kehidupan juga bisa di copy paste. Ini yang tidak diajarkan pada anak sekarang.  Mereka kira hidup semudah copy paste dari orang lain yang sudah ada diatas.  Ingin karir bagus,  gak mau berproses malah lewat jalan pintas,  karena mereka terbiasa copy paste,  sehingga tatkala nemui masalah,  pengen cepet di "reset",,,😀😀😀.

Saya banyak menemui anak muda yang punya potensi bagus,  sudah ganteng 😀, pintar, kalau mau bersabar karir mereka akan melesat. Kelemahan mereka hanya terlalu trampil dengan aplikasi copy paste 😂 sehingga talenta yang sudah ada akhirnya terseok di tepi jaman dan terlambat buat me-reset hidup mereka. Mereka tidak tahu jika masih bernafas dalam dimensi ruang dan waktu, hidup mereka tidak bisa di copy paste tanpa lewat proses. Kehidupan menyukai keanggunan dan kenaifan dalam menjalaninya.

Jadi jika sekarang ada anak muda yang pengen naik karirnya, bahkan fnansialnya tanpa lewati anak tangga kehidupan, pengennya cepet sampai seperti yang dilihat di tipi2 dan media maya,  cepat atau lambat akan dijatuhkan oleh kehidupan.  Apalagi dengan menafikan kebenaran,  makin cepat terpuruk disudut jaman. Apakah ada anomali? Saya termasuk orang yang tidak percaya dengam anomali,  saya percaya dengan butterfly effect dimana kepakan hutan sayap kupu2 di hutan amazon bisa menimbulkan badai di amerika Utara.

Jadi,  buat anda,  anak muda yang hari ini sedang bergulat dengan karirnya,  memiliki kehidupan seperti efek kupu2,sebuah teori fisika/ Matematika,  berproses dari hal kecil jika dilakukan secara intens,  hasilnya menakjubkan,, , 😀