Rabu, 24 Desember 2014

sebagai : cinta


Bukankah kita telah lama menghabiskan usia hanya untuk hal yang sia-sia
seumur hidup kita bertarung dengan diri sendiri dan orang lain hanya untuk mengeja : alif ba ta tsa namun dengan mulut yang berbusa seolah kebenaran adalah hakiki milik diri sendiri.

kesakitan apa yang engkau sandang hingga kebenaran seperti cahaya yang berlindung dibalik tabir.
hidup bukan semata-mata mengeja namun melangkah,
kalau engkau berjalan dengan berprasangka
bila dirimu menyerah dengan duri kata-kata
hidup hanya bisa mengangguk, mengiyakan yang kau pikirkan

berjalanlah pada cahaya yang lembut
seperti menikmati keindahan bulan (bukan matahari)
waktu yang kau genggam akan meluruh seperti pasir
biarkan itu sebagai tanda dirimu ada untuk melukis jejak
apapun jejak itu, selama menuju padaNya ia tetap ada
kelak jejak itu akan kau kenal sebagai : cinta

Sabtu, 29 November 2014

Rumah alami


Berangkat dari perjalanan hidup yang kelelehan karena mengejar sesuatu, saya berfikir apa tidak ada kehidupan tanpa harus dikejar dan mengejar. Padahal ujung dari pengejaran itu bermuara pada kebahagiaan. Apapun kebahagiaan dimaknai tiap orang, pasti tidak sama, namun mereka pasti mengangguk kalau kebahagiaan adalah yang dicari-cari.

Saya ingat kisah seorang petani yang sedang leyeh-leyeh (bersantai) di gubuk sawah ketika seorang saudagar lewat. Melihat ada petani sepagi itu sudah nyantai dia pun bertanya : kenapa sepagi ini kisanak sudah leyeh-leyeh, padahal ini waktunya buat bekerja dengan giat. Petani itu pun mengernyit yang dilanjutkan oleh saudagar itu : kalau kamu bekerja giat, maka hasil sawahmu juga akan banyak, kalau dijual kamu dapat uang banyak. Lantas dengan uang itu untuk apa, tanya si petani. Dengan uang banyak kamu bisa membeli apa yang kamu inginkan, bisa pergi kemanapun kamu mau,,,Terus untuk apa kalau saya bisa membeli dan bepergian kemanapun. Kamu bisa mengunjungi tempat yang indah, bisa berlibur dan bersantai dan hidupmu pun bahagia. Si petanipun menjawab dengan tersenyum: kenapa harus jauh-jauh, dengan beginipun saya sudah bisa bersantai dan berbahagia. Saudagar itu terdiam dan tanpa berkata-kata dia pun melanjutkan perjalannya, tanpa tahu siapa petani itu, dia adalah seorang wali besar bernama sunan kalijaga.

Bukan bernaksud kita bermalas-malasan, namun makna dari cerita diatas adalah untuk memperoleh kebahagiaan sebenarnya telah ada di dalam diri ini, apapun jalan yang tengah kita lalui saat ini. Terkadang kita akan bertemu dengan kerilil tajam yang membuat kita tersentak dan perih, namun sebagaimana gede prama bilang : kesedihan ibarat batu yang dilempar ke telaga yang tenang, ada riak namun sesaat kemudian akan kembali tenang. Memang bagus saat kita muda, energi masih bergolakj, ibarat api adalah api yang merah berkobar. Makin bertambah usia kita, mestinya apinya makin membiru. Kalau tidak, kita hanya menyambangi kelelahan ke kelelahan berikutnya. Kalau kebahagiaan ada didalam sini, mengapa harus jauh berjalan mencarinya., harus me-labeli kebahagiaan pada benda dan status.

Saya pernah membaca buku ke 20 Gede prama (kebahagioaan yang membebaskan), dia bertutur apik, katanya : setelah menghabiskan tenaga, waktu yang panjang, ternyata tidak sedikit kebahagiaan yangtidak membebaskan bahkan menjadi penjara baru. Sarannya untuk kebahagiaan yang pure dan membebaskan kata gede prama adalah kembali ke rumah alami yang diibaratkan ikan berenang, burung terbang. Jadi apa rumah alami mkita? hanya diri sendiri yang tahu

kisah hujan


hujan tak akan menangis tatkala menunaikan titahNya
ia hanya bergembira dengan tetesan yang mirip air mata
bukankah itu sebuah kisah  indah, katanya
berawal dari yang rendah menuju yang tinggi kembali merendah
selalu saja tak henti membuatnya terheran

hujan tak akan mengeluh ketika awan enggan menjadi mendung
baginya saat lewati simpul waktu dan ada yang tak mau
sama saja menanti kesakitan sendiri, tak elok katanya

sama tatkala mendung tak segera menjadi hujan
hujanpun hanya tersenyum dengan kenakalan itu
"hidup hanya bisa mengangguk" katanya
kemanapun dirimu  melangkah, apapun jejak yang kau buat
itu akan kembali padamu juga, sanggupkah kau menyandangnya
(hujan pun kembali tersenyum seraya berkata: berendah hatilah dalam cintaNya)

Selasa, 25 November 2014

anakmu anakku, anak kita


Awalnya agak jengah saat bertemu kolega, saudara teman dsb diawali dengan pertanyaan : putranya berapa? ketika saya bilang tidak ada, dahi mereka sekilas mengernyit tanda heran dan kemudian saya harus panjang lebar menerangkan dengan panjang lebar dan diakhiri dengan ucapan dari mereka : maap dan tanpa sadar sering dengan mengguman bilang : kasihaannn,,,nanti kalau tua ikut siapa,,,nanti kalau meninggal gak ada yanmg mendoakan nanti kalau tua gak ada yang ngurus bal,,bla,,bla. Tentu yang paling tertekan dulu adalah anak mertua seolah menjadi tumpahan kesalahan karena bibit padi tidak tumbuh di sawah.

Tapi begitulah hidup, setiap menanam padi berharap padinya subur, setiap menanam buah, buahnya manis, tiap menanam bunga pasti berharap bunganya wangi. Entah kenapa alam selalu memberikan alternatif anomali kehidupan, dan siapa yang berhak menyandang anomali itupun menjadi rahasiaNya (menurut saya hingga saat ini). Tidak punya anak mungkin buat sebagian besar masyarakat adalah bencana, tidak mempunyai keturunan sama saja melihat tanaman tanpa buah. Mungkin DNA ini diturunkan oleh nenek moyang kita dari bercocok tanam dulu. Namun saya mafhum kalau kondisi ini menjadi tekanan tersendiri bagi kultur masyarakat kita yang mengaku modern namun masih tidak bisa meninggalkan budaya agraris.

Bagi saya, hal demikian akan menjadi alasan untuk membela diri dengan tulisan sok ilmiah dan sok spiritualis :-). Begini, ditinjau dari sudut kesehatan kami tak masalah, pernah ada Adinda putri semata wayang saya. Perkara hari ini tidak/belum ada penggantinya itu hanya akan jadi rahasia kami dengan Tuhan. Apakah Tuhan akan marah karena tidak ada anak lagi, jangankan punya anak, Tuhan disekutukan dengan yang lain tidak akan marah, dalam bahasa manusia : emang Gue pikirin, alias gak level atau EGP ngurusin hal demikian. Urusan Tuhan hanya masalah keadilan yang diberikanNya namun difetakompli oleh beberapa manusia serakah, Beliau pasti marah dan hukumannya bisa langsung. Lantas nanti siapa yang ngurusin tatkala kami menua,,,jawabannya entah kami gak tahu, 10-20 tahun lagi tetap menjadi rahasiaNya, orang rejeki dan kematian adalah hak prerogatif Nya, jadi biarlah itu akantetap jadi wewenangNya, saya manut saja. Perkara nanti gak ada yang mendoakan, saya bilang gak perlu didoakan gak apa-apa, biar Adinda yang nego sama Tuhan untuk hal yang begituan, karena Adinda lebih dekat denganNya.

Jadi hari ini mungkin yang belum diberi momongan atau yang tidak diberi momongan, percayalah ada skenario lain yang Beliau arahkan untuk kita. Saya sering ibaratkan dengan rel kereta api,rel  yang sebelah kanan misalkan punya anak, yang sebelah kiri gak punya anak, namun sma-sama berjalan ke depan untuk kelak akan menemuiNya. Tidak boleh saling menyalahkan, tidak boleh saling meng-klaim dirinya lebih baik. Nikmati saja dengan apa yang diberikan, bersyukur dengan kondisi yang ada, just flow it. Ada joke : seorang duda beranak 2 menikah dengan seorang janda beranak 1, dari hasil pernikahan itu mereka mempunyai anak 2 lagi. Suatu hari telpon berdering di kantor si bapak : Paa,,,cepet pulaaang, anak-anakmu dan anakku mengeroyok anak-anak kita,,, ,:-D







Selasa, 18 November 2014

jangan cintai Aku apa adanya



jangan cintai aku apa adanya jangaaan
tuntutlah sesuatu biar kita jalan ke depan
aku ingin lama jadi petamu
aku ingin jadi jagoanmu
#tulus: jangan cintai aku apa adanya


Lahu tulus ini tersa easy listen kalau dihayati maknanya dalam, berkisah tentang rasa cinta yang tak ingin menuntut apapun namun tak ingin terlihat pasrah. Apapun dan dimanapun tuturnya, cinta harus ada tujuan, ada target, ada masa depan,  tidak mengalir begitu saja

Bukankah begitu saat kita berketuhanan, saat kita mencintaiNya apa adanya Beliau berkata : jangan cintai Aku apa adanya, jangan cintai Aku karena kepatuhan dan ketakutan semata, cintai aku dalam kesedihan dan gembira, cintai aku bukan karena terkabulkannya doa, namun cintai aku sdaat kepedihan memeluk kita. cintai saat kegembiraan ada.

Bayangkan lirik diatas, terlepas ada korelasinya apa tidak, bukankah kita akan mengingatNya saat ada dalam kesempitan, setelah kesulitan hilang, selesai sudah,,,so,,jangan cintai Aku apa adanya,,jangaaann

Jumat, 14 November 2014

dipelukan masjidNya


merebah dipelukannya menangisi semua ke engganan
untuk meniada dihadapan empunya waktu
menggumam doa yang mengalir seperti tetes embun
mencoba mengadu padaNya tentang makna ikhlas
berjarak dengan semuanya namun melebur
Yaaaa,,,Tuhan,,,andai kelak akan bertemu jua denganMu
mengapa harus ada kelokan hidup menggetarkan hati

Rabu, 12 November 2014

dera (reda)


kadang,,,
mimpi tak berhasil untuk membawa kita melalui luka
mirip dengan sepotong kue yang tersimpan beku
warnanya segera memudar berlalu dengan harapan seperti berkata :
apakah di surga hanya hitam putih belaka

semakin jauh berjalan mestinya makin tahu dimana pijak bijak berada
bukankah terlalu banyak tatkala menua daun enggan menguning
sama saja menabung sesal kelak menghabiskan air mata
sedangkan waktu hanya punya ketakutan terbesarnya
tak bisa kembali

jadi,,,
berhentilah berputar-putar memperdebatkan kebaikan itu berbentuk apa
menghabiskan waktu hanya dengan menyangka dan prasangka
sama saja menyuruh hujan menunda tugas walau sedetik
pilihan yang tak bisa disesali sakitnya


sepotong cerita sore tadi


musim panas sebentar lagi hilang
tak mungkin kutemui warna pelangi dipelupuk embun
hari-hari mungkin akan terlalu lelah dengan mengharap rinai
sebentar kemudian mengeluhkan kenapa hujan tak lagi seperti dulu
basah  niscaya yang kan kau temui ketika mentari berkata
debu adalah pesona yang hilang ketika hujan

Ahhh,,,tak elok membanding-bandingkan kehangatan dengan kesejukan
tugas kita hanya menampakkan semua raut gembira pada musim berbeda
kesedihan,,,kjegembiraan memiliki tempatnya sendiri
sama seperti kita merindui hujan ketika musim panas tak henti mengganggu asa
sama seperti mendung yang enggan hilang dibalik matahari yang sembunyi
bukankah itu sama-sama kita rindui

Hidup tak mungkin berhenti  karena sebuah keluhan dan kegembiraan
ia hanya berjalan meniti waktu dengan sebuah nasihat : diam
tatkala kita makin tak mengerti kemana akan berjalan
tiba-tiba terlambat menyadari kalau ini hanya berputar-putar
kita sangka telah sampai, namun jika itu benar
mengapa mencari masih saja kita lakukan,,,sampai kapan



Minggu, 09 November 2014

Pintu

"bertahun-tahun aku ketuk pintuNya, lam tak terbuka, setelah terbuka baru adar aku mengetuknya dari dalam; rumi"

Saya sedang berjalan ketika tertarik seseorang sedang membuat daun pintu, bukan bentuk kotak seperti biasanya tetapi bundar, setelah saya dekati ternyata gurpan. "Gurpan? waahhh lagi undercover jadi tukang kayu neh,,,". Dia yang tampaknya sudah tahu saya datang hanya tersenyum,,,broken wing apa kabar begitu lama kita tidak berjumpa, kemana saja?. Mestiya saya yang nanya gitu gur,,gurpan buat pintu ko bundar anehhh. Sini-sini broken wing kita duduk disudut sana, gurpa menyeresaya berteduh di bangkudibawah pohon. Saya thu ketika berjumpa dengannya pasti ada hal yang bakal disampaikan.

Apa hakikat pintu sebenarnya broken wing? Hmmm jalan masuk ke sebuah tempat gur bisa rumah atau apapun. Kenapa bukan lewat jendela misalnya? Karena jedela bukan tempatnya gur. Kalau kamu masuk rumah lewat jendela sedang pintunya ada? Waahhh,,, gur bisa diteriakin maling meskipun itu rumah sendiri. Hehehe,,,,,betul-benar,,,aku lagi coba kenapa ga bikin pintu lai dari yang lain ga selalu kotak. Teruskorelasinya apa gur bikin pintu bundar gitu. Itu pintu msuk akhirat bro? Haah,,,,yang bener gur (sayakebingungan).

Begini bro,,anggap saja kita didunia ini segera dipanggil olehNya maka kita harus tahu lewat pintu mana, kalau ga jangan salahkan kalau kesasar hehehe,,,. Bentar gurpan pintu yang gurpan buat ini untuk,,,,,. Secara harfiah bukan broken wing,,,ini menggmbarkan kehidupan di dunia, dunia yag bulat adalah pintu masuk rumahNya. Yang harus kamu persiapkan adalah membuat pintu didunia ini. Maksudnya gur? saya makin puyeng
Broken wing Tuhan menganugerahi akal agar kita berfikir apa tujuan manusia diturunkan ke dunia menhikuti jejak Adam moyang kita. Dunia memang tempat yang sangat menarik kadag kita terlena kalau umur jadi pembatas kita disini, persiapkan pintumu mulai sekarang.

Pintu apa yag harus saya buat gur? Terserah kamu,kamu kan cari nafkah, usahakan sebagian itu kamu investasikan buat bikin pintumu kelak. Kalau gurpan bikin pintu dari apa, tanya saya penasaran. Aku? Kan ini baru buat,,,,hehehhe,,,,. Ahhh biasa ngeles,,,.. Yang aku tahu ada yang bkin pintu dari kemampuannya berpuasa,,,ada yag bikin pintu karena kesukaannya berderma
Ada juga karena menebarkan ilmu menebarkan kebaikan apapun saja yang bisa bermanfaat buat sesama. Apa banyak yang tahu kalau kita harus buat pintunya sendiri gur,,,. Sayangnya tidak, kata gurpan gundah,,,kebanyakan malah asik bermain-main. Ada yang asik bermain hartanya ada yang asik membohongi orag dengan ilmunya, bahkan ada yang tega mempersulit orang banyak dengan kekuasaannya, padahal mereka bisa membuat pintu akhiratnya dengan megah sehingga tidak saja diriya sendiri
namun orang banyak bisa masuk juga. Inilah funi broken wing, dulu aku sudah bilang unia ini seperti playground, menarik mata, kamu boleh bermain sepuasnya nmaun jangan lupa ketika bel berbunyi kamu hrus tahu lewat pintunya hehehehe.





Jumat, 07 November 2014

Puncak sunyi (self intro)



kereta bukan kereta sebelum dijalankan
gita bukan gita sebelum dinyanyikan
genta bukan genta sebelum dibunyikan
cinta bukan cinta sebelum dilaksanakan
(gede prama)

Sepanjang perjalanan inner journey yang sedang dan merasa saya jalani setelah sekian tahun, ada beberapa sahabat seperti merasakan kesedihan dari tulisan saya. Saya yang jadi bingung kareja merasa tidak seperti itu. Kalau refleksi pemikiran menampakkan kesedihan itu hanya semata persepsi. Misal ketika menuliskan tentang kerinduan pada Adinda, saya tidak hendak menuliskan kegundahan namun kegembiraan apapun maknanya.

Jalan sunyi, sebuah keputusan diri yang saya jalani beberapa tahun yang lalu adalah refleksi dari sebuah pertanyaan dalam kebimbangan. Ketika tanda sunyi menyergap diri ini, pertanyaannya kenapa. Lama mencari makna dibalik ini sebelum akhirnya putri saya menyadarkan ini adalah sebuah cara yang teramat pribadi memahami hidup. Kehilangan awalnya memang memedihkan, namun ia juga sebentuk hadiah tersembunyi untuk dibukakan pintu pemahaman. Pemahaman diri, pemahaman pada alam, manusia bahkan Tuhan dan seisinya. Pelajaran pertama dari Adinda adalah ketika gembira dia tersenyum, saat sedihpun entah kenapa dia juga tersenyum. Awalnya meng-ikrarkan untuk masuk di jalan sunyi pun buta bagaimana caranya. Namun pelan tapi pasti peta itu perlahan terbentuk. Awalnya secara harfiah saya mengira harus berjalan di jalan sunyi, namun ketika itu berkaitan dengan inner journey, kebingungan yang tampak. Akhirnya saya ingat Adinda yang selalu tersenyum dalam sedih dan gembira, membuat tersadar, apapun rona kehidupan pasti akan berjalan di dua kutub ini, senyum adalah cara untuk melaluinjya.

Susah memang untuk tersenyum saat sedih, namun setelah sekian lama perlahan saya berhasil memahaminya dan tiba di langkah berikutnmya  yaitu, mensyukuri segala hal, saat sedih datang memang terkaget-kaget dan limbung, namun perlahan bila disadari itu juga akan berlalu tiba-tiba senyum pun mengembang. Entah kenapa langkah yang semakin ke dalam saya menemukan selain syukur ternyata ada ikhlas, sebuah cara untuk menerima kesedihan dan kegembiraan dengan takaran sama mesranya. Cukup lama berkutat dan belajar diantara senyum-syukur-ikhlas, hampir bertahun-tahun dan saya juga gak terlalu yakin apa sudah "lulus" untuk hal yang begini.  Pada periode waktu yang lain tiba-tiba menyadari bahwa ujung dari hal diatas ( senyum-syukur-ikhlas) adalah rendah hati. Saat tiba di situasi ini yang saya alami adalah sengatan spiritual (istilah sendiri) dan betapa sengatan itu membuat keterkejutan luar biasa. Bagaiman tidak, saat itu terjadi tiba-tiba ada jendela yang melihat dunia dari sudut yang berbeda. Itu serasa begitu alami seperti menyatu dengan alam, terasa transparan tidak ada batas entitas antara manusia, pohon, air, batu (saya pernah baca buku ada orang yang tangannya sering dihinggapi kupu-kupu, hal itu tidak mengherankan).

Seperti melihat setiap episode hidup, langkah selanjutnya perlahan nmemahami apa sebenarnya "sesuatu" bernama manusia, dari mana, akan kemana berakhir dan "ngapain" di dunia ini. Seperti dalam tulisan sebelumnya tugas manusia beserta juklak dan juknisnya sedikit demi sedikit memahami makna tiada, kematian, dan kehidupan. Semua berjalan seperti mengalir semata, terus terang ada ketakutan yaitu  kegamangan harus meninggalkan hiruk pikuk dunia dan seisinya, cukup lama untuk berada dalam kebimbangan ini sampai sahabat saya yang saya panggil Gurpan bilang bahwa jalan ramai, jalan sunyi adalah jalan yang sama hanya cara memandangnya beda. Jujur saya terkejut sekaligus gembira karena saya berfikir harus bertapa di puncak gunung untuk mengerti hal ini. Anehnya Gurpan bilang bertapanya harus di mall pusat semua kemanjaan indera berada. Kemampuan mengendalikan indera ini yang akan membedakan  jalan sunyi atau jalan ramai. Yang satu berjalan kedalam satunya keluar. Satu jalan dengan ujung yang tak sama.

Saat saya tanya ujung jalan sunyi Gurpan menunjukkan toilet di mall, awalnya saya bingung hubungannya apa, namun saat dia bisikkan : broken wing makan jika lapar, minum kalau haus, tidur kalau ngantuk, saya pun paham. Toilet melambangkan dimana manusia menemukan sifat alaminya. Mana mungkin bisa pencitraan di toilet, kalau kebelet ya kebelet ga ada kepalsuan. Ujung jalan sunyi mengembalikan manusia pada sifat alaminya dari tiada-mengada berakhir meniada dan itu memudahkan jika sewaktu waktu Tuhan call disuruh laporan. Laporan sama Tuhan pun gampang-gampang susah, BELIAU mengisyaratkan : bukan seberapa banyak yang kau peroleh di dunia, namun seberapa banyak yang kau peroleh tadi (harta, ilmu, kekuasaan) berguna buat orang lain,,,nah lo.

Hari inipun masih banyak yang harus saya pelajari, misal marah, hal yang telah lama merasa tidak bisa lulus dari "pelajaran" ini, karena marah tidak saja menghilangkan semua kebaikan namun seperti menanam bibit-bibit keburukan, seperti bensin yang membakar kertas dan tersisa jelaga.
Kembali pada awal, saya ingin berterimakasih pada Adinda yang sekarang mungkin sudah kuliah entah di fakultas apa karena dia sendiri belum bilang. Banyak yang ingin saya bicarakan dengannya, namun kalau dia ada saya hanya ingin saat pagi menjelang dia bilang : Yaah,,,met ultah,,,cup-cup cium pipi,,,ahhhhh itu sudah terlalu cukup.....:-)








Kamis, 06 November 2014

Jejak


"tidak mungkin bisa memahami kehidupan tanpa memahami kematian;Gede Prama"

Saya tidak tahu awalnya makna yang ditulis gede prama tersebut diatas, karenja bukankah kematian hal yang berbeda dengan kehidupan seperti kutub yang berlawanan. Namun dalam perjalanan ke dalam akhirnya menemukan garis imajiner antara kehidupan dan kematian, persisi seperti diatas tidak akan mungkin bisa memahami kehidupan tanpa memahami kematian. Kematian dalam pandangan orang yang telah mencapai kematangan spiritual hanya sebuah langkah, sebuah cara untuk menyempurnakan kehidupan itu sendiri. Bukankah kehidupan berawal dari tidak ada lantas meng-ada dan akhirnya kembali meniada.

Buat saya pemahaman "kematian" awalnya sederhana, saat tidur dalam kondisi nyenyak mirip dengan kematian. Dalam perjalanan ke dalam saya banyak menyaksikan ada beberapa orang yang saya kenal disaat maut menjemput begitu kebingungan. Saya menangis melihat itu, bukan tangisan perpisahan namun ketika kita dipanggil menghadap sang Khaliq ada perasaan tidak ikhlas untuk melepas hidup yang tinggal hitungan detik. Akhirnya saya juga paham, ikhlas adalah kunci memahami kehidupan sekaligus kematian itu sendiri dan harus dilatih sejak awal.

Saat kita terlahir di dunia kita telah dibekali juknis dan juklak, namun kehidupan dunia dan seisinya yang menarik bisa sekaligus menjadi tempat kematian nurani. Belajar ikhlas untuk tidak melekat pada sesuatu di luar sang Khaliq akan membuat jejak hidup ini menjadi ringan. Saat kita lahir dari tidak ada menjadi ada, kemudian kita dewasa menjadikan diri ini meng-ada, melakukan tugasNya, mengapa saat dipanggil untuk meniada kita enggan melepas. Hanya jejak-jejak yang bernama ikhlas akan membantu kita menemukan hadiah kehidupan ini. Hanya jejak bernama ikhlas kita menjadi yakin bila kebaikan akan tetap jadi kebaikan, Akhirnya saya tahu mengapa dalam perjalanan kehidupan pada level apapun manusia, keikhlasan menjadi hal yang dicari-cari padahal ia telah melekat dalam diri. Banyak dari sahabat yang saya temui begitu cepat menua dari usianya gara-gara tak bisa menemukan ikhlas ini berada.

Hidup memang mengharuskan kita berusaha untuk menjadikan kita setinggi-tingginya dalam kejayaan, kemakmuran bahkan berketuhanan. Namun yang harus kita tahu, Tuhan hanya ingin kita mempersembahkan keikhlasan kita dihadapanNya dengan cara yang eksotika

Senin, 03 November 2014

aku kau


Aku yang kau tanya apakah semua itu kamu ?
Kau bilang semua hanya aku
Bukankah itu semua tak satupun tentang aku
Apapun tiap detik ingatan selalu berujung kamu
Lantas bagaimana bisa mengaku kalau itu semuanya aku

Kamu bilang aku adalah aku kamu adalah kamu
Kita bisa saja tak bertemu beda jaman beda waktu bahkan ingatan tak selalu berujung pada simpul yang satu
Jadi berhentilah mengaku kau bisa jadi aku
Tak ada kita itu hanya semu

Aku di tiap kata tak satupun itu kamu
Aku di tiap nafas tak ada entitas kamu
Aku hanya kecenderungan menuju satu
Saat melebur aku kamu tak lagi "menjadi"
Ia hilang di kegelapan sang empunya waktu
Menjadi cahaya dibalik cahaya

Senin, 27 Oktober 2014

"kita"


"kita?"
- ya siapa lagi?
"jadi untuk semua yang telah dilakukan kamu menyebut aku-kamu jadi kita?"
- adakah istilah yang lebih bermakna dari kata itu?
"lantas siapa kamu?"
-bukankah telah lama jika aku-kamu-kita hanya sebentuk entitas tak berdaya, hanya debu di penglihatanNya
"lantas kalau begitu kenapa harus ada kita?"
-ini hanyalah awalan untuk membedakan dengan mereka
"jadi ini persoalan apa?"
-hanyalah masalah kecil namun kadang mereka terlalu melebihkannya sehingga menjadi kabur makna awalnya"
" makna apakah itu?
-perihal kehidupan yang telah menjadi tanya bagi sebagian orang dulu hingga kini, selalu menanyakan makna hidup yang telah lama kita jelaskan namun tetap saja aku harus berumpama
"perumpamaan apa yang pernah kita bicarakan?

- begini, andai kehidupan ini berhenti didunia, gejala apa yang akan kau rasakan
" hidup menjadi lebih pragmatis, lebih kering, lebih kosong
- bagaimana bisa disimpulkan seperti itu?
" trah manusia selalu menuangkan meaning alias makna dalam hidupnya, sampai pada kesimpulan ia bukan benda, hanya bagiannya, namun ada hal yang lebih tinggi dari sekedar itu, ada hal yang lebih dirindukannya seperti keadilan, kedamaian, kesejatian sehingga sampai pada percaya bahwa manusia juga bagian dari ruh, spirit yang selalu bergerak pada kutub itu
- maksudnya?
" suka atau tidak, percaya atau tidak, dalam kehampaan, dalam kekosongan, saat memeluk benda-benda, manusia merindukan sesuatu, yang jika dicari dan didekati ada perasaan damai didalamnya. Dan itu menjadi sebuah keniscayaan sampai pada titik tertentu manusia menjadi rendah pada makrokosmos kehidupan dan percaya tidak ada sebuah kebetulan di kehidupan ini semua telah terpola.
- siapa yang membuat itu?
" siapapun yang memiliki kekuatan Maha besar dan Maha Mencipta
- Tuhan?
" Itu hanya sebutan yang tidak mewakili secara keseluruhan, bagaimana perumpamaan yang disebutkan?

- andai dunia adalah taman yang indah, pekerjaan kita adalah memelihara agar taman itu indah dan berbunga, bunga sekali lagi bunga tujuan kita. Namun bunga tak akan terjadi bila kita tidak menanamnya, memupuknya, memotong menyiangi bahkan menggemburkan tanahnya. Dengan menggemburkan tanah kita percaya bunga kan mekar, demikian juga saat memupuk, menyiangi bahkan menyirami.

- Anggap saja aktifitas itu mewakili kehidupan di dunia sedangkan bunga mewakili kehidupan nanti. Jadi bagaimana mungkin mengharapkan bunga mekar jika aktifitas itu tidak dilakukan, demikian juga sebaliknya, bagaimana mungkin taman ini indah jika yang dilakukan hanya menanam yang tak bisa berbunga.
" jadi inikah kita?
-ya inilah kita, yang dicari selama ini, yang kita kira menempel di materi, benda kekuasaan, kecenderungan ego,,,inilah kita, yang jadi kesayanganNya sebagai entitas paling sempurna di mataNya, jadi mengapa harus menjadi gelisah kalau kelak bunga itu akan mekar sempurna setelah kita merawatnya

Senin, 20 Oktober 2014

Jika


Jika kecenderungan hanya sebuah kata nisbi
dimana akan bertemu dengan keabadian
bila ucapan cinta bermakna : ia datang hanya untuk menangis

Jika cahaya hanya bisa dipahami dengan wajah menunduk
bagaimana bisa melihat kelembutannya
bila kegelapan hanya terusir pada wajah yang diam

Jika awal dan akhir bermula di tempat yang sama
bagaimana bisa keangkuhan  bertahta
bila tahu itu hanya serpihan sesal yang kelak akan sirna

Jika cinta sejati bersanding di kedalaman jiwa
mengapa harus ada derai air mata dan perih
bila kelak juga bersua denganMu

this is us


Dalam sekotak kanvas, lantas kita disuruh melukis apapun jua, warna apapun jua, sketsa, goresan, gambar apapun jua. Apa yang akan kita lukiskan disana, pemandangan, abstraksi, silhuete dengan warna warni atau satu warna saja, atau hanya sebuah noktah, atau hanya diam saja tanpa melakukan apa-apa. Inilah kita, disuruh memberi warna, pola dan coretan didalamnya. Apapun yang tertuang di kanvas itu sebenarnya menggambarkan diri, kita, makna kita ada disana. Jadi kanvas adalah makna diri.

Bayangkan bila kanvas itu adalah kehidupan, diri ini disuruh menjalaninya dengan mengisi hidup ini dengan "lukisan". Ada yang menggambar sawah dan jadilah kita petani, ada yang menggambar pabrik, jadilah kita pengusaha bahkan ada yang tidak melakukan apa-apa sehingga jadilah kita penonton tanpa berbuat apa-apa. Ada yang menggambar dengan warna hitam sehingga hidup selalu tampak muram, atau lain kali ada yang bermain satu warna emas sehingga terlihat berbinar dan tampak membosankan.

Jadi tugas kita memberi makna pada hidup diri sendiri, apapun itu, makna hidup memberi spirit pada jiwa tertentu. Ada yang gegap gempita seluruh kanvas kehidupannya bergerak dari materi-uang-harta, ada yang bergerak dengan monopoli kekuasaan dan hegemoni, ada yang cukup tenang dengan berdoa berdoa dan berdoa. Ada yang merasa hidup ini hanya ketidak adilan sehingga isinya hanya amarah dan air mata, ada yang merasa semuanya telah cukup sehingga hidupnya di abdikan untuk sesama. Pengusaha, penguasa,petani, pendoa semuanya sempurna di tempatnya masing-masing. Saat kita menghadapNya dengan membawa lukisan masing-masing, Tuhan hanya berkata : Bukan seberapa indah dan seberapa besar yang kamu dapatkan dari kehidupan, Aku hanya perlu bertanya seberapa besar dan indah kehidupan yang Aku berikan padamu berguna buat sesama.

Kamis, 16 Oktober 2014

dua tanda

kalau berdiri disudut waktu
sementara hatimu mencari rindu
akankah kau biarkan cahaya menusuk dengan kesakitan
kalau kelembutannya tak bisa mendengar keluhmu

selalu saja tak tahu kemana akan berpijak
ketika ragu bersenda gurau dengan bimbang
selalu saja meninggalkan jejak
luka dan tikam

lekang

lekang
seperti menguntai mimpi dengan sekali tiupan
ia mencari kemana sebenarnya hidup berkehendak
dijemari yang rindu akan kebaikan ia berwujud doa
dikaki penari ia menjelma menjadi ritme spiritual
ditangan pendosa ia menjelma jadi air mata sesal
ditengah sunyi ia menjadi raja keabadian
jadi,,,
ketika senyum tak lagi bisa menyejukkan
hanya ada satu yang akan men-sirna lekang
Ia

Minggu, 12 Oktober 2014

waktu

Waktu,,,
 seperti untai daun yang esok tanggal satu per satu
meninggalkan semua kemelekatan hanya untuk kembali
selebihnya pucuk akan tumbuh lagi lantas sebagian menguning
dan,,tanggal esok hari

Waktu,,,
terlalu diam untuk berkata:
aku berjalan secepat cahaya sehingga sebelum tiba
 sesal menyeringai sembari berkata :
aku terlambat menyadarinya

Bukankah hidup sebenarnya memintal waktu
dibuat untuk merenda kebaikan satu hari
selebihnya,,,hanya kembali esok
sampai kita terlena,,
perlahan tanggal seperti untai daun
dan kita punguti sesal yang tiada


Senin, 06 Oktober 2014

Rei*

hamba hanya meminjam cahayamu
hamba coba merenda kebaikan
dan menelisiknya di benang waktu tak terhingga
bukankah ini demi waktu yang tak bisa hamba taati
ketika ujung tak berharap terpisah awal

kebesaran hanya bisa teruji dengan doa
doa hanya terlantun dengan hati melembut
ketika semuanya telah ada dan pada tempatnya
harapan hanya jadi lenguh yang tersisa

*Rei terjemahan dari bahasa portugis berarti raja

kelok sungai

kelok sungai selalu memberi cerita
kisah yang beda namun berakhir sama
boleh saja likunya meliuk liuk tanpa asa
tetap saja menanti diujung muara
kembali ke asal sebelum bertemu hidup

bukan saja rahasia hidup terpatri disana
terbenam di bebatuan yang kita sangka itu akhir
sebab,,tetap saja kadang kita tak mengerti
kenapa harus ada liku bila tenang di haribaan
tempat kedalaman yang membeningkan

pun

lelap tak ada beda
karena,,pun,,akan menanti

langkah hanya akan kembali
disana,,pun,,menunggu setia

hidup hanya mengulang kisah
sebab waktu bertanya pada,,pun,,

bukankah cerita akan selalu berawal
dengan epilog cantik
berakhir dimana,,pun,,telah terlelap

Selasa, 23 September 2014

ketika

Ketika "mencari" jadi kata tak berarti
Ketika ruang waktu jadi serpihan masa lalu
Ketika rahasia menjadi tabir buta
Ketika embun pagi tak cukup lembutkan prasangka
Kemana jeda melangkah meninggalkan hari

Mungkin harus menepi,,,
Menepi menemui sunyi?
kata itu tak berarti lagi kini



Jumat, 19 September 2014

jejak ke seribu

ini jejak yang ke seribu
setelah bertahan dengan senandung sunyi
kidung suci yang membawa cahaya
hingga penantian kelak tiba

perjalanan bukanlah sisakan waktu
itu seperti mencari jejakMu dalam rindu




kita tak pernah tahu

1.
kita tak benar-benar tahu dimana langkah ini jeda
seperti tak pernah benar tahu ufuk dimana kita berhenti
setiap hari hanya menyusur jejak yang lekang

2.
kadang ,,,menoleh ke belakang seperti tersaput kabut
menyeringai hanya untuk memastikan ini adalah kebenaran
namun di lain waktu kepasrahan bukan ingkar hanya niscaya
yang coba kita pegang erat

3.
kita tak pernah tahu kapan berhenti bukan
bukankah hanya mimpi yang membawa sejauh ini
berharap celotehan anak kecil yang kita sangka itu kita
menemani jadi penghantar tidur kemudian terlelap
kita pernah bermimpi seperti itu



 

Selasa, 09 September 2014

rumah dan "rumah" kita

Ketika pergi sejauh-jauh yang kita rindui hanya rumah
Saat tenggelam dalam bahagia kita ingin membaginya di rumah
Ketika pedih menghampiri kita selalu ingin menghapusnya di rumah

Bukankah rumah selalu menerima kita apa adanya
Bukankah rumah selalu menyediakan dirinya tanpa jeda
Kita menangis rumah menjadi tempat membasuhnya
Kita bahagia rumah menyediakan gempita

Ada yang membangun rumah beralas tahta
Sebagian lain dengan tumpukan materi tak ada habisnya
Ada yang  membangun labirin didalamnya tanpa tahu kenapa
Ada yang mengira rumah adalah tumpukan ego belaka

Jadi rumah sejati yang bagaimana?
Rumah sejati itu beralas fana
Atap dan temboknya tiada
Pintu dan jendelanya istiqamah
Berpagar syukur dan tafakur
Semua menunduk dalam tawaduk
Kalau segala hanya milikNya


Sabtu, 30 Agustus 2014

Tuhan itu seperti apa yang kamu pikirkan

Kamu merasa Tuhan meninggalkanmu, jangan2 kamu menjauhiNya

Kamu merasa Tuhan memberi musibah tanpa henti jangan2  kamu salah mengerti makna musibah dan ujian

kamu merasa tiap doa Tuhan jarang mengabulkannya, jangan2  Dia memberi tenggat sampai kamu siap menerimanya

Kamu merasa sulit mendapat kemudahan rizki dariNya jangan2 telah lama ucap syukur hilang darimu

Kamu merasakan kesepian luar biasa, jangan2 kamu telah lama tak mengetuk pintuNya

Jumat, 29 Agustus 2014

Angan ingin dan angin


Doa bukanlah harus sebentuk pinta
ia juga bisa wujud rasa syukur
atau kesakitan yang diterima
di sekeliling kita

Doa juga bukan tempat tawar menawar dengan Tuhan
namun bisa jadi tempat mengeluhkan
menangiskan semua perlakuan
atau keruwetan yang sehari hari kita hadapi

Doa bisa jadi tempat meletakkan
semua keinginan yang telah lama ada dalam angan
dan biarkan ia menjadi angin
siapa tahu itu akan sampai ke langit
dan malaikat menjadi sejuk karenanya
sehingga dengan sukarela
menyampaikan harapan kita padaNya

Doa bisa jadi seperti rinai hujan
ketika dilakukan terus menerus,
itu akan membasahi langit Arsy
mudah-mudahan karena itu Tuhan berkenan mengabulkan
semua keinginan kita

Selasa, 19 Agustus 2014

di ujo juga di uji


Kelapangan rizki yang diberikan Tuhan mestinya membuat kang Darsim bahagia, namun ini tidak malah sebaliknya. Dalam hatinya terdalam ia gundah, bukan tidak mensyuykuri apa yang telah diberikanNya, namun serangkaian peristiwaq yang dialami kang darsim dan seumur-umur baru mengalaminya membuat dia bertanya-tanya: ada apa ini. Awalnya kang Darsim senang saat anak ke duanya diterima dengan lolos seleksi di fakultas kedokteran karena ia tahu anak keduanya memang berotak encer, sehingga masalah biaya bisa diupayakan. Seminggu kemudian anak pertamanya bilang kalau dapat beasiswa sekolah di luar negeri. Tentu saja ia mensyukuri. Nah,,kebahagiaan ini berlanjut karena hasil panen sawahnya lancar bahkan berlebih dibanding yang lain, disusul hasil ternaknya juga bagus. Ini yang membuat gundah, kang darsim jarang menemui keberuntungan ini secara beruntun, sebagai orang jawa Tulen dia berfikir dan waspada apa gerangan dibalik ini.

Saat termenung sendiri di gubuk sawahnya tiba-tiba mbah Dullah menghampiri. dengan takzimnya kang darsim mencium tangan mbah Dullah orang yang jadi guru ngajinya semenjak kecil. " napa Sim kok aku lihat dirimu seperti sedang mikir sesuatu yang berat, mestinya kamu bahagia karena aku dengan hasil panen sawahmu lebih dari yang lain ", " injih mbah maapkan saya bukannya tidak mensyukuri semua yang diberikanNya, tapi kebahagiaan itu seperti sesaat mbah kyai, seminggu ini saya gundah karena mengapa Tuhan memberikan kelapangan dalam keluarga saya serentak hal yang tidak akan saya alami sebelumnya".
Mbah Dullah pun tersenyum: "Sim ada hal yang harus dilakukan kalau kamu merasa seperti itu". Injih mbah kyai, saya harus gimana, jujur saya takut jangan-jangan ini hanya pancingan". "Pancingan gimana Sim". Yaa,, mungkin Tuhan sedang menguji saya dengan kelapangan ini mbah kyai". "hehehe,,,kalau kamu merasa seperti itu hal pertama yang harus kamu lakukan adalah bersyukur atas kenikmatan itu dengan doa setelah itu kamu harus tahu doa saja tak cukup, implementasinya adalah nafkahkan sebagian hartamu untuk yang berhak". sampun mbah kyai tapi mengapa masih ada yang ganjal di hati. " kenapa sim apa kamu takut kehilangan?". Mboten mbah seumur-umur saya selalu hidup dalam takaran pas kalau tidak dibilang sering kekurangan, saat tuhan memberi berlimpah kenapa saya tidak bisa melampauinya.

"Simm,,aku tahu apa yang ada dalam hatimu, ujian tidak harus bermakna penderitaan, banyak ujian juga berupa kesenangan, orang jawa bilang saat ini kamu di ujo, diberi kelapangan rizki, tapi kamu juga betul kalau di ujo juga bagian dari di uji, yang harus kamu lajukan adalah tetap rendah hati dimata manusia terlebih rendah hati padaNya, karena tak semua orang bisa melewatinya. Pesan kanjeng nabi, kalau kamu mencari dunia kamu akan dapat duniamu, kalau kamu mencari akhirat maka akhirat dan dunia keduanya dapat", ujar mbah Dullah sambil tersenyum. Mata kang Darsim berkaca-kaca, seolah apa yang mengganjal dihatinya tiba-tiba seperti digelontoir keluar dadanya yang sesak terasa lega, diciumnya tangan mbah Dullahsambil bilang : ini ketakutan saya mbah, lega rasanya mbah kyai mau ngasih tahu. "Sim,,kamu betsyukur sudah dipilih Tuhan untuk menjadi orang yang ditugasi mendistribusikan rizki kepada yang berhak lewat tanganmu, lakukan itu sebaik-baiknya, mudah-mudahan kamu diberi kelancaran sampai batas waktu untuk bertemu denganNya kelak". Tambah deras air mata kang darsim: mbah ingetkan saya jewer telinga saya kalau tidak bisa jalankan amanah ini,dipeluknya guru ngajinya itu, mbah dullah pun tersenyum, ada kebanggan pada murid ngajinya yang paling bandel waktu kecil.






Jumat, 08 Agustus 2014

Adinda (love you so much)


aku mungkin pernah melihat matahari terbenam
seperti pernah melihat terbitnya di ufuk timur
tetap saja tak bisa bedakan karena yang terlihat
hanya keindahan matahari yang melembut jingga
ini seperti cinta yang tak hilang keindahannya
semakin lama seperti percaya ini niscaya
kehadiran yang tak akan bisa menghilang begitu saja

aku mungkin pernah berurai air mata
saat sedih kehilanganmu, saat perih berucap
dalam diam engkau berkata selamat tinggal
atau aku terbahak melihat kenaifan dirimu tentang hidup
ini bukankah seperti cinta tertinggal di daun kering
(perpisahan terindah bukankah ketika kau berkata:
aku akan meninggalkanmu seperti daun kering gugur)
kebetulankah?


Rabu, 06 Agustus 2014

Mudik


Dalam bahasa suroboyoan, mudik bermakna terbang, namun makna itu lebih akrab ditelinga kita tentang sebuah aktifitas pulang kampung pada hari raya lebaran. Mungkin mudik berasal dari kata udiki alias kampung. Pulang ke kampung halaman pada hari lebaran seperti sebuah keniscayaan, keharusan dengan konsekwensi biaya berapapun. Pertanyaannya kenapa? kenapa mereka begitu antusias buat mudik meski keluar biaya yanjg tak sedikit, kelelahan yang teramat sangat. Yang jelas ada semacam sengatan spritual yang dicari setelah setahun bekerja di kota besar. Tidak perduli kaya miskin esensi mudik begitu dicari, terlepas dari kebutuhan pengakuan yang tidak didapatkan di kota. Pengalaman spiritual yang didapatkan inilah yang bikin adiksi, kebutuhan akan pengakuan, kebutuhan untuk diterima sebagai manusia tanpa embel-embel tertentu, perasaan persaudaraandan  silaturahmi yang membuat semua menjadi damai. Apapun namanya, ini seperti rasa dilahirkan kembali menjadi manusia, perjalanan kembali menjadi manusia sejati, pengalaman kembali untuk meniada, meniada dari ego menuju jati diri.

Mudik sebenarnya perlambang perjalanan manusia menemui Tuhannya, yang dicari setelah keseharian bekerja keras, setahun menunggu, ia hanya ingin berjumpa dengan kasih sayang kedamaian dan pengakuan tanpa embel apapun. Mudik hanya ingin diri ini menjadi manusia bukan hewan ekonomi, budak kekuasaan. Bukankah menjadi manusia normal hal yang diinginkan setelah dibombardir dengan kemilau harta tanpa batas namun malah mereduksi rasa kemanusiaan yang makin terlupa. Tidak diularang memiliki apapun tanpa batas, tapi kalau hanya menjauhkan dan malah mengasingkan nurani, kalbu dengan kebenaran, tidak saja semua sia-sia, namun malah makin tersesat dalam labirin bernama kerakusan. Susahnya menemukan jalan keluar membuat mudik menjadi jendela untuk membuat badan yang telah lusuh oleh peluh oleh ukuran bernama banyak-sedikit sampai martabat yang hilang. Apapun ternya manusia masih merindukan kembali ke asal muasal, akar rumput tempat dia diterima apa adanya, kerinduan yang harus dibayar mahal dengan cara mudik. Bukankah dengan mudik kita menjumpai manusia begitu memaapkan, bertoleransi sedemikian besarnya, bukan kemarahan tapi senyuman.


sesaat sunyi


"bukankah perjalanan kehidupan, kelak hanya kembali meniada, lantas kenapa kita terlalu gegap gempita menemui dunia dengan tangan terbuka seolah kita abadi", tanyamu.
"siapa bilang begitu?"
"kamu sering bilang saat malam melihat bintang jauh seolah untuk mengusir sunyi dan tiba-tiba kamu mengatakan setiap sinarnya mewakili waktu yang tak terhingga sebelum padam, bukankah itu makna kematian, kau berumpama dengan kata meniada"
"hmmm,,,meniada bukanlah sebentuk kematian ia hanya kembali menjadi fitrah manusia yang sebelumnya tak ada di dunia hanya dengan kelembutanNya bisa menjadi ada, bukankah manusia hadir disini hanya menjalankan makna cinta, bukan kerakusan, kematian aku selalu kiaskan dengan daun gugur, dan sebelum jatuh ke tanah akan melayang dengan eksotika seolah memberi salam perpisahan dengan berkata: aku kembali pulang, jadi ini dunia bukanlah rumah, pulang yang sejati ada di dekatNya"
"lantas kenapa engkau begitu bergairah dengan dunia jika akhirnya kembali tanpa apa-apa?"
"Tuhan tak mungkin sia-sia mencipta segalanya, dunia adalah sebentuk hadiah cintayang diberikan pada kita, tugas manusia untuk menjaga amanah itu dengan sebaik-baiknya"
"amanah bagaimana ?"
"amanah membangun, membentuk dunia dan seisinya untuk kemakmuran bersama bagi generasi sebelum, sekarang dan selanjutnya"
"begitu ? lantas kenapa masih ada ketimpangan yang menghasilkan air mata?'
"disana bersemayam rumah kerakusan"
"maksudnya?"
"kalau dirimu diberi keleluasaan Tuhan untuk menikmati kelebihan yang diberikanNya, lantas engkau menggunakannya hanya untuk kesenangan diri, memperluas kerakusannmu akan harta, kekuasaan karena itu memang mengasyikkan dan memberikan kecanduan tanpa tahu atau engkau berpura-pura lupa bahwa engkau diamanahkan untuk mendistribusikannya secara adil dan merata untuk orang yang ditakdirkan Tuhan menerima bagian itu, pada suatu titik kamu akan tiba di kegamangan"
"kegamangan apa maksud kamu?"
" engkau merasa memiliki semuanya akan menyangsikan keberadaanNya dan dirimu merasakan kesepian luar biasa, sampai pada terminal waktu engkau sebenarnya tiada dan hampa, kegelisahanmu menjadi-jadi saat dirimu tak menemukan apa yang dicari, padahal kalau tahu engkau tinggal mengetuk pintu rumahNya, trapi lupa caranya"
"apakah buruk keterlanjuran memiliki kesenangan pada dunia dan memilikinya?"
"tidak, dari awal Tuhan telah menghadiahkannya untukmu, terserah tingkat kedewasaan spiritual kamu, karena itu bisa jadi jalan untuk semakin mendekat dan bermesraan denganNya, menghilangkan kemelekatan yang berlebihan dan bergandengan mesra untuk membuat dunia ini seperti playground yang indah"
"aku jadi makin tak mengerti?"
"ketidak mengertian adalah pintu terbukanya pengertian"
"jadi apa yang harus aku lakukan sekarang ini?"
"apa yang bisa kamu lakuakan sekarang ini lakukanlah"
"aku hanya seorang yang punya kesanggupan bekerja menafkahi keluarga"
"itu sudah lebih dari cukup, kamu tinggal memelihara istiqomahnya konsistensinya"
"itu saja?"
" ya hanya itu"
"lantas yang kamu ceritakan panjang lebar tadi?"
"anggap saja tak ada"
"bagaimana bilang tak ada, aku telah dengarkan dengan seksama"
"tak harus untuk dimengerti"
"entahlah setelah mendengar uraian tadi aku hanya merasa sepi"
"kamu tinggal ketuk pintuNya"
"begitu?"
"ya,,"
sesaat sunyi pun menyelimutinya



Kamis, 24 Juli 2014

Presiden saya....

Secara kebetulan saya ketemu Broedin van klompen  di sebuah mall saat ngantar anak istrinya kulakan buat persiapan lebaran. Kalau biasanya saya yang maksa dia sekedar brenti sebentar, kali ini dia yang "menyeret" saya dibiarkannya anak istri belanja sendiri, duduk di bangku dia bilang : ane mo nanya ente mas masalah pilihan peresiden kemarin (Broedin tidak akan pernah bisa bilang presiden). "napa emang dien". Semalam saya diimpeni sama kyai saya mas, beliau memandang saya terus ketawa terbahak-bahak terus menangis kayak anak kecil gitu. Lantas saya nanya ada apa kyai ko kelihatan gembira terus sedih. Beliau  liat dagelan pilpres lucu banget."Lah lucunya dimana dien". Beliau bilang cerita bermimpi para capres lewat sebuah jalan yang isinya tahi semua, terus para capres itu berjalan sambil berjingkat-jingkat hindari "ranjau" sambil menutup hidung, namun malang mereka terpeleset. sehingga seluruh tubuhnya penuh tahi, lantas kenapa kyai menangis? karena lihat orang lalu lalang tak satupun mau menolong mereka, setelah didekati mereka buta. Pertanda apa ini mas?

Dien, itu kan hanya mimpi cuekin aja kenapa?. maunya gitu mas, tapi kalau seminggu berturut-tureut mimpi yang sama gimana? "hah,,masa dien?". Iya mas ini pertanda apa? mang kyai gak kasih tau? Beliau hanya bilang gini, Dien kecintaanmu yang terbesar setelah tuhan adalah sama istri dan anakmu jangan yang lain termasuk aku. "Terus apa hubungtannya sama pilpres dien". Kapan hari saya sempat telpon kyai mas mohon petunjuk nanti saya harus milih siapa? terus kyai bilang nanti kamu ngerti sendiri. Apa isyarat yang diberikan itu ya mas..."mungkin dien. terus kenapa kamu sedih banget?. Kalau kyai sudah ngimpeni saya hampir tiap malam ini pasti ada apa-apa. Dulu kyai pernah cerita, indonesia kelak akan jadi negara super power, negara adi luhung kembali seperti jaman majapahit, namun harus lewati siklus goro-goro sebelum sampai kesana. Yang namanya indonesia seberapapun kekayaannya dikeruk orang lain, Tuhan masih Maha Sayang pada rakyatnya, Tuhan hanya memberi pendadaran sama bangsa ini sebelum jadi rahmat bagi bangsa lain. "masa dien, kapan itu terjadi?". Beliau bilang saat itu akan tiba bila pemimpinnya menangis bila rakyatnya lapar dan rakyatnya patuh dan taat dengan pemimpinnya. Saat itulah cermin dari manunggaling kawula gusti terjadi. Hahaha ente orang madura ko ngerti gitu to dien,,. Ini kaya kyai mas,,saya juga gak tau artinya apa.

Kyai bilang siapapun orangnya yang jadi RI 1 pasti orang baik, namun baik saja gak cukup kalau lihat bruwetnya masalah bangsa ini. Karena perlu keberanian untuk menolak segala hal yang akan membuat rakyatnya sengsara, satu-satunya yang paling ditakuti cuman Gusti Pengeran yang maha adil. "mang sekarang ada yang gitu dien?". Kalau dari cara kyai menangis seperti anak kecil, mungkin itu pertanda mas,,,sahut Broedin sambil menghela nafas seperti menyesal. "Napa dien?". Seandainya beliau masih sugeng ya mas, ceritanya pasti beda takdir kita, tapi mungkin bener kyai bilang bangsa ini akan alami pendadaran alias MOS dan Opspek sebelum bener-bener jadi bangsa yang besar. "lah yang dimaksud beliau barusan siapa?". Siapa lagi mas,,. sampai detik saya akan tetep mengaku peresiden indonesia cuman Gus Dur. "sek,,sek sebentar wah ini subversib, lah kan ada presiden setelah itu. Ahh,,mereka kan cuman penggantinya Gus Dur,,,,saya tersenyum.




Jumat, 18 Juli 2014

dera


kata-kata menancap seperti belati
beringsut lantas hilang dikegelapan sunyi
yang tersisa hanya amarah
menampar-nampar wajah yang tak bisa berhenti
bernyanyi tentang kesabaran sembari bersiul tentang perih
lantas mengingat apakah dosa seperti cadas yang terkikis ikhlas

lantas dikedalaman bertanya, dimana letak doa
seperti mantra atau kata-kata yang tersia-sia
menunggu hujan akan tiba kering mulut tanpa busa
menanggung amarah kesedihan dan luka
lantas berganti tawa dan pucat pasi mengintip dibalik pagi
tiba-tiba tercekat, kata-kata menusuknya hingga ulu hati
tak ada darah tak ada kesakitan, hanya dera dan kata-kata
menancap seperti belati

Kamis, 17 Juli 2014

Kang Bejo mencari Tuhan


Karena kelelahan dari pagi sampai siang di sawah, kang Bejo istirahat di gubuknya, seperti terlelap saat sadar tahu-tahu sudah mendekati ashar, kang Bejo buru-buru ambil air wudhu untuk shalat dhuhur, di pancuran. Baru saja ambil wudhu tiba-tiba ada seekor semut didekatnya berusaha berenang ke tepi menghindari genangan air, kang Bejo merasa kasihan, maka dicarinya ranting dengan perlahan di angkatnya semut itu ke tepian. Begitu selesai terdengan kumandang adzan ashar, kang Bejo tertegun : Tuhan maapkan atas kelalaian hamba.

Malamnya setelah tarawih di mushala kang Bejo dengan masygul menceritakan yang dialaminya pada mbah Kasan guru ngajinya, dijawab dengan senyum : Jo,,,apapun kelalaian kamu tetap ada konsekwensinya (tambah galau kang Bejo), tapi tidak semua orang memiliki mata seperti kamu. "maksudnya gimana mbah?". Kalau orang lain mungkin tidak akan melihat mata batinnya kalau ada semut menghindari air genangan bekas wudhu, cuek terhadap semut kecil hanya demi mempertahankan ego diri. "gak ngerti mbah" kang Bejo memelas. Gini Jo,,,karena keburu waktu buat menyegerakan shalat, dia bisa jadi melihat semut itu ,namun cuek karena pertimbangan kepentingan diri sendiri. Sedangkan mata batinmu melihat dan kasihan sehingga kamu hentikan wudhu untuk menolong semut kecil biar gak mati tenggelam meskipun akhirnya dhuhurmu hilang. Mudah-mudahan Tuhan mengampuni kelalaian itu Jo,,,Tidak banyak orang bisa seperti kamu, kebanyakan mereka  egois dalam berketuhanan.

Ada tipe manusia yang merasa Tuhan miliknya sendiri sehingga saat menghadapNya harus face to face secara imaginer, terang mbah Kasan,  kepentingan diri sendiri jadi prioritas. Padahal manusia adalah pemimpin bukan saja untuk manusia tapi juga alam hewan bahkan semut kecil tadi. Ada manusia yang nenyegerakan kepentingan dirinya namun melambatkan urusan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak.Tuhan ada dalam setiap kesempatan termasuk dalam hal kecil seperti kamu tadi siang. Kalau mata batinmu awas alias peka, Tuhan hadir pada kejadian semut kecil itu Jo,,,namun sekali lagi kebanyakan tidak menyadarinya. Mata kang Bejo berkaca-kaca mendengar uraian mbah Kasan, ada semacam kedamaian yang terasa mengena dihatinya, telah lama dia mencari rasa itu, baru kali ini menemukannya, semacam sengatan spiritual, dengan lirih kang Bejo bilang : Gusti,,hamba orang yang pandir selalu bimbing hamba dalam ketidak tahuan, hamba hanya ingin menemuiMu dalam kedamaian.







Senin, 14 Juli 2014

menjadi bening


D suatu siang yang panas saya bertemu Gurpan, bukan hal yang aneh sebenarnya karena telah berulang kali. Namun yang membedakan adalah cara berpaakainnya biasanya hitam sekarang putih,  dengan jelas saya baru tahu kalau Gurpan memiliki kulit yang putih. Gurpan baru mandi yaa,,tuh kelihatan segar. "hehehe panas broken wiiing". Tumben sesiang ini panggil saya Gur. " begini broken wing, ada hal yang aku tanyakan". Tentang apa? kan gurpan buat saya sudah tahu segalanya. " Bukan hal yang penting, aku hanya ingin tanya, bahasa inggrisnya puasa apa". Ohhh itu ,kalau gak salah fasting gur,,kenapa? "tadi ketemu bule ditawarin makan aku jawab lagi puasa, tapi lupa apa bahasa inggrisnya". Oohh gitu ceritanya, gur gantian saya yang tanya, kemarin bilang tujuan puasa adalah membebaskan manusia sehingga kembali fitrah, setelah fitrah terus apa gur?. "hehehe,,,,fitrah manusia apa dong saat muncul dimuka bumi?". Sebagai pemimpin gur. "pemimpin siapa?". Pemimpin manusia, hewan, gunung bahkan alam jagat raya ini. " kalau begitu supaya pemimpin bisa sukses memimpin, kualitas apa yang harus dipunyai broken wing?". Wahhh banyak gur, salah satunya harus dekat dengan yang dipimpin. "Dekat dalam artian fisik, mental, pola pikir atau hal lainnya?". Yaa,,, semuanya gur. "Lah itu kalau yang dipimpin manusia, padahal kita juga ditakdirkan mermimpin alam semesta, bahkan jagat raya, galaksi dsb, pendekatannya gimana broken wing?". Saya garuk-garuk kepala, kalau yang ini saya gak paham gur. "hehehehe".

"Broken wing, siapa yang dimaksud dengan entitas manusia?, apa yang membedakannya dengan mahluk lainnya". Yang saya tahu manusia terdiri dari badan dan ruh dan manusia dianugerahi Tuhan akal gur. "nahh,,dengan akal itu apa yang bisa diperbuat agar dia bisa menjadi pemimpin ?". Wahhh gak tahu gur saya malah bingung. "broken wiiing,,,akal adalah tools alias alat yang membuat kualitas diri manusia  makin berkualitas, namun akal memilikli keterbatasan dia harus dipandu oleh kalbu yang senantiasa menjaga agar tidak kelewatan alias semena-mena". Memang bisa gitu gur?. " kalau tidak, untuk apa kita diperintah puasa broken wing, salah satu fungsinya adalah agar karat yang menghubungkan kalbu dan akal bisa hilang". Lantas kualitas pendekatan dengan alam seperti gurpan bilang dimuka dengan puasa  apa hubungannya?. " kalau puasa kamu benar, bukan sekedar nahan haus dan lapar, mudah-mudahan setelah ramadhan kamu menjadi fitrah, kalbu dan akal kamu menjadi bening ". Maksudnya dari sisi fisik atau ruhani Gur?. "hmm,,bisa dua-duanya, saat diri kamu menjadi bening baik kalbu dan akal, pada saat yang sama kamu akan menyatu dengan alam sekitar".

Maksudnya menyatu gimana gur?. "menyatu secara fisik, mental, emosional, kamu merasa dekat dengan mereka ditandai dengan kepekaan yang makin tinggi, makin toleran, mungkin kamu gak merasa, namun saat kamu menjadi bening, kamu seperti menghilang, menyatu dan tak terlihat, pada saat itulah kamu dekat dengan yang kamu pimpij, manusia, alam semesta". Ahhh yang bener gur?. " maybe hahahaha,,,jalani saja susah kalau diomongin?". Seandainya gak bisa?. " bukan aku atau manusia yang mengatakan gak bisa atau bisa, Tuhan yang menilai, sebab sekecil apapun kamu menjadi pemimpin, bahkan bisa berguna dalam lingkup terkecil, baik buat sesama, atau buat rumput, bunga yang ada dihalaman rumah, setidaknya Tuhan akan menilai kualitas itu". Ya ya ya, saya manggut-manggut separo paham (hehehe puasa membuat glikogen ke otak berkurang sehingga tampilan saya jadi o-on). Gurpan bisa cerita, ciri-ciri orang-orang yang berhasil menjadi fitrah gimana. "hehehe sudah aku bilang dia menjadi bening gak akan kelihatan, karena bisa jadi dia hanya biasa-biasa penampakannya, namun Tuhan memberikan peran yang sangat hebat dimuka bumi ini". Masa gurpan ga tahu, kalau sudah biang ke saya pasti pernah ketemu gur. "terus kalau ketemu memangnya mau apa broken wing?". Ahhh pengen sungkem aja, dan pengen ngaji pada beliau. "hahahaha,,," gurpan terbahak-bahak. Ada yang salah ya gur. " enggak wing,,,nanti kalau kamu lulus puasa pasti pernah nemui orang-orang seperti itu". Beneer gur,,."selesaaikan aja puasa kamu ga usah muluk-muluk, Tuhan nanti yang akan nilai kamu berhak menyandang fitrah apa gak, udah ah aku mau pergi dulu". Kemana Gur? tapi gurpan gak menjawab langsung menghilang di tikungan. Tiba-tiba saya gemetar, bukan saja menahan lapar, namun saya baru bertemu orang yang baru diceritakan Gurpan, beliau salah satu orangnya.






Kupu kecil yang indah


Di sebuah saluran BBC saya melihat bagaimana seorang yang sangat muda dengan usia dibawah 25 tahun telah menjadi pebisnis dengan omzet jutaan pound. Acara tersebut bukan mengisahkan mengapa mereka menjadi seperti itu tapi menceritakan sisi dari mereka dengan membantu usaha yang hampir bangkrut yang dimiliki oleh orang yang usianya 2 kali lipat. Yang menarik bagaimana orang tua dimentori anak muda tentu ada penolakan, namun harus melihat fakta bahwa anak muda ini mempunyai bisnis yang bagus bernilai tinggi . Saya tidak ingin bercerita bagaimana acara ini berjalan, namun  bagaimana anak semuda itu telah memiliki bisnis yang begitu besar. Yang membuat saya takjub ada beberapa hal yang melekat pada anak muda ini.

Pertama, mereka begitu santun dan rendah hati sehingga orang tidak akan menyangka ia anak muda luar biasa. Kedua, mereka begitu fokus dengan pekerjaan, sekaligus pekerja keras. Ketiga. mereka melihat dari sisi yang tidak biasa di luar pakem alias out of box. Keempat, rasa tanggung jawab dan konsisten dengan pekerjaan. Gabungan ke empat ini membuat mereka seperti bukan anak muda usia belia, apalagi  mereka memulai bisnisnya umur 14 tahunan alias kelas 2 SMP. Buat saya ini seperti kupu kecil nan cantik ditengah belantara. Jarang sekali ada anak muda memiliki gabungan sifat tersebut. Dari cara bicara, mengutarakan pendapat, pikiran visi ke depan dan memecahkan masalah dengan pendekatan yang humanis bukan agresif membuat mereka lain dari yang lain.

Saya hanya ingin mengatakan, kupu yang kecil dan indah memang jarang, namun ia bisa dijadikan cermin pada anak muda lainnya, betapa definisi sukses bukanlah apa yang terjadi hari ini, tapi sebuah proses panjang. Saya yakin, mereka sebelum sampai ke puncak pasti menemui banyak kegagalan, cara mereka menemukan jalan keluar, konsistensi dan semangat yang membuat mereka sampai di puncak.  Dengan bantuan teknologi yang pesat membuat anak-anak muda ini menjadi dimudahkan. Sementara di belahan lain, banyak anak muda memiliki kesempatan yang sama namun gagal berproses bukan karena tidak bisa namun tidak tahan dengan proses yang keras, maunya instan. Bahkan ada yang mencoba menikmati masa  muda dengan hal yang tidak membangun diri malah membiarkan waktu melewatinya tanpa peduli kelak akan menjadi apa. Entahlah kalau melihat cara anak-anak muda sebelum usia 30 telah di puncak saya bisa melihat bagaimana anak muda yang lain ke depannya hanya dengan membandingkan proses mereka. Benar seperti yang pernah saya baca, anak-anak muda dengan usia 30 an yang akan memimpin dunia ini.








Jumat, 11 Juli 2014

salam 3 jari ala Broedin van Klompen


Semenjak Belanda kalah lawan Argentina di piala dunia, sobat saya Broedin patah arang sehingga mengganti namanya menjadi Broedin van Klompen, bukan van Persie. Yang lebih aneh kemana-mana setiap ketemu teman selalu mengucapkan "salam 3 jari". Awalnya beberapa temennya mengira broedin sudah agak miring kewarasannya, karena tim kesayangannya keok atau dia lagi niru-niru slogan kampanye. Tapi saya haqqul yakin, bukan Broedin kalau melakukan itu karena gak waras. Sehingga saat ketemu di jalan saya "seret" dia untuk di interogasi.

Dia bilang ada hubungan erat antara kemajuan sepakbola dengan keimanan seseorang, makanya saat saya jagokan Belanda karena guyubnya team itu mas,,katanya. Namun saat mau melangkah ke tangga juara kelihatan takaburnya, sehingga Tuhan pun gak suka dan dikalahkan lewat adu penalti. Saya pun mengangguk-angguk paham. Itulah sebagai protes sama team oranye saya ganti nama van Klompen. Klompen bakiak itu din? Iya mas, biar mereka tahu kalau main bola pakai klompen itu susahnya setengah mati biar ga takabur,,,din,,,din,, ngawur ya jangan keterlaluan lah,,,

Lantas napa ente kemana-mana pake salam 3 jari, tim sukses siapa ente? wahhh,,ini kan dalam rangka puasa bukan yang lain. Terus maknanya apa? tanya saya. Puasa, katanya punya 3 aspek, rahmat, maap, dan pembebasan,,,3 itu akan memberi konsekwensi pada yang 3 juga. Apa itu din? Aspek rahmat itu bergandengan dengan hablum minallah, Maap bergandengan dengan hablum minannas, yang terakhir pembebasan merujuk dengan hablum minannaar. Hah,,yang terakhir ane kok baru denger, ente ngarang sendiri din? hehehehe,,,kreatif dikit mass yang penting intinya. Apa tuh,,,

Saat di awal Ramadhan kita berniat puasa tujuan akhirnya adalah pembebasan dari neraka, baik itu makna secara kontekstual maupun secara nyata. Pembebasan dari semua belenggu ego yang menghalangi kita menjadi manusia sejati. Proses awal sebagai rahmat yang datang dari Tuhan harus jadi pijakan bahwa Tuhan menginginkan ramadhan menjadi hadiah terbaik yang diberikanNya. Saat hadiah itu kita terima, langkah awal berikutnya adalah memaknai puasa sebagai sarana membersihkan diri dengan cara memberi maap kepada sesama, baik itu sesama manusia atau pada makro dan mikro kosmos,,,napa bisa gitu din, pake bawa-bawa merek magicjar?,,,maksudnya pada alam, bumi semesta juga kita minta maap mas,,karena kita selalu merasa superior sama mereka sampai mengeksplorasi tanpa pandang bulu padahal kita ini gak ada apa-apanya.

Lantas,,yang terakhir din? nah,,mas kalau 2 aspek itu telah kita lakukan sebaik-baiknya, maka makna pembebasan itu perlahan muncul dari diri ditandai dengan melihat hidup dari sisi yang beda, lebih toleran dengan perbedaan misalnya, lebih memahami nilai asketis,,entahlah mas coba jalani aja susah diucapkan. Kalau itu gak kecapai din? broedin menatap saya dalam, itu yang saya bilang mas naar,,,jangan sampai kesana, makanya kemana-mana saya selalu ingatkan dengan salam 3 jari agar mereka ingat. Terus apa kata mereka,tanya saya. Hmmm,,, saya hanya trenyuh puasa belum separuh jalan mereka gagal memaknai rahmat dan maap, lihat saja mereka sibuk bicara nanti buka dimana, makan apa, bahkan sudah ga sabar pakai baju lebaran apa, mereka hanya dapat haus dan lapar, karena ego mereka masih lapar, padahal puasa melatih itu. Saya terdiam, bukankah itu yang kita lihat selama ini,,,Kamu ko bisa ngomong gitu, ngaji dimana ente din,,tanya saya,,,namun begitu saya tengok orangnya sudah hilang entah kemana.

Rabu, 09 Juli 2014

dalam jeda ( for 8 juli)


bertahun-tahun kuketuk pintuMu, lama tak terbuka
setelah terbuka baru tahu aku mengetuknya dari dalam
(rumi)

kita pernah merasa waktu terhenti
saat orang yang tersayang tiba-tiba
menjadi embun pada dedaunan
tak ada waktu yang bisa ditanya mengapa?
apakah ini hanya episode perjalanan
atau sepenggal cinta yang menyublim menjadi kelembutan

kita pernah terdampar pada ketidak pahaman
betapa untuk mengerti sebuah kata : tiada
harus terbata-bata dan beriuh rendah dengan isak
walau akhirnya tetap kembali pada sunyi
dan terheran heran kenapa bisa begitu

perjalanan apa yang tengah kita lalui?
itu pernah kita tanyakan pada Tuhan
seolah menunggu jawaban meski akhirnya tahu
kalau Tuhan hanya bisa mengangguk,,,
seraya berkata:"semua manusia alami jeda yang sama
bertanya kepadaKu, meminta dan berharap"



Senin, 30 Juni 2014

hamba hanya bisa berlutut


hamba hanya bisa berlutut
saat hamba belajar menemui harapan,,,
hamba hanya bisa berlutut
ini bukan hidup yang hamba pahami
sebuah kesalahan yang bukan hamba inginkan
hamba hanya ingin mengeja : e-s-o-k
tanpa terbata-bata

hamba hanya coba untuk mengerti
namun apakah dunia mengerti hamba?
itu bukan persoalan... ketika kesempurnaan
hanya ada di tiang langit jauh dan sulit terhampiri
tetap saja ada tanya : mengapa?
mengapa ketidak sempurnaan yang Engkau titahkan pada hamba
hanya jadi cara untuk menghalangi menemuiMu
hamba hanya bisa berlutut
tak bisa lebih lagi



kembali ke fitrah


Awal puasa saya selalu menemukan cara untuk bertemu Gurpan, entah dia tiba-tiba datang atau saya secara tak sengaja menemuinya seperti awal puasa pertama saat ngabuburit cari takjil di sepanjang jalan banyak yang jualan makanan kecuali ada satu orang lain daripada yang lain, jualan sapu. Menjual sapu ditengah riuh jualan makanan adalah hal aneh, setelah saya amati saya pun mafhum, Gurpan dan seolah tau saya lihat dia pun melambaikan tangannya agar mendekat. "Gurpan apa kabar,,,kemana aja selama ini ko sekarang malah jualan sapu, apa untuk menyapu semua kotoran yang ada di bulan puasa?" saya pun nyerocos."hehehe broken wing,,,betul,,,hanya orang banyak yang melirik makanan dari pada dagangan saya". Saya maklum bertemu Gurpan di bulan puasa berarti semacam pendadaran alias ujian.

Namun Gurpan malah bercerita banyak hal seolah dia ingin menunjukkan kalau kebanyakan orang berpuasa hanya mendapat lapar dahaga saja. "broken wing, puasa diniatkan untuk berjarak dengan benda termasuk makanan dan minuman, tapi lihatlah sebelum buka banyak orang membeli makanan apapun jua seolah tidak ingin kehabisan. Sehingga puasa hanya ritual tahunan yang tidak jauh-jauh amat dari makan minum sampai tiba hari raya". Padahal kalau mereka tahu puasa adalah jalan membebaskan. "Membebaskan Gur, membebaskan dari apa?" tanya saya. Bebas dari kemelekatan terhadap benda, sosok, orang, tendensi dan kecenderungan, yang ada hanya kebebasan yang membahagiakan. "Seperti apa itu Gur?". Gak bisa diterangkan wing,  hanya bisa dijalani.

Broken wing, ada tiga tahap dalam berpuasa, pertama tubuh diajari berjarak dari  makanan, kedua nurani diajari berjarak dari hal yang menyenangkan jiwa, ketiga membebaskan dari kedua hal diatas maka kamu akan tiba di sebuah kondisi dimana hidup dijalani dari sisi yang lain. Kebanyakan orang berpuasa gagal di tingkat pertama, tidak mampu berjarak dari makan minum." tapi bukankah hal yang wajar Gur, sekedar mencari makanan berbuka". Boleh saja bro tapi kalau itu berlebihan akan menghilangkan niat puasa itu sendiri kamu liat sendiri kan di pasar, mall orang sibuk dengan hal yang sebenarnya dihindari, tapi malah sebaliknya makin ramai. Berjarak bukan berarti menghindar wiiiing, hanya mencoba mendidik diri sendiri seperti pernah aku bilang dulu. " yaa,, gur makan jika lapar, minum kalau haus, tidur kalau ngantuk". Terus yang kedua ?

Saat dirimu lulus tahap pertama, tahap ke dua lebih sulit karena mengontrol semua panca indera kamu, batin kamu untuk berjarak dari semua keinginan yang tak ada habisnya, mampu mengontrol keinginan ego diri dan mentransformasi semua energi, potensi semata-mata hanya untuk kebaikan orang lain, sesama, lingkungan ekosistem bahkan jagat raya sampai alam semesta. Saya pun bengong gak mudeng atau bloon. Bagaimana caranya Gur?. Broken wiiing,, puasa adalah cara instan untuk menjadikan dirimu meniada dihadapanNya. Dengan belajar meniada, secara tidak langsung kamu akan alami rasa kematian ego dan badan walau sementara. Hasilnya kamu akan lebih menghormati badan, jiwa diri kamu untuk tidak men sia-siakannya buat hal yang bodoh dan tak berguna. Kala kamu lulus di tahap ke dua kamu masuk tahap ke tiga, membebaskan dari kemelekatan dua hal diatas, bebas sekali lagi bukan menjauh dan menghindar malah mengakrabinya namun tak tunduk, sehingga kamu di akhir puasa akan tiba seperti yang dikatakan banyak orang: kembali fitrah, kembali pada awal jati diri manusia saat bernama ruh. Saya pun mengangguk-angguk tanda tak mengerti.

Tiba-tiba ada pembeli seorang wanita paruh baya : bang saya beli sapu berapa,,,Gur pan pun menyebut harga, tanpa banyak tanya wanita itu langsung membayarnya. Bukan karena dagangannya laku yang membuat Gurpan tertawa-tawa, namun wanita paruh baya pakaiannya ketat dari atas sampai bawah, iseng saya komen: ahhh,,Gurpan masih belum buka udah dapet rejeki,,tuhh...Husssshh aku tertawa bukan karena itu? lantas? wanita yang baru mampir beli sapu ada dua kemungkinan, satu, siapa tau dia malaikat yang menyamar untuk menguji puasa kita, dua dia kalah maqom sama kamu bro,,,(sambil cengengesan meledek,,,). Apa hubungannya dengan maqom Gur, saya sih gak perduli. Gak peduli kok melotot,,hahahaha,,,(ancrit ketahuan juga). Terus yang kedua maksudnya apa Gur? gini broken wing, orang kembali ke fitrah sering diibaratkan kembali seperti bayi yang baru lahir, telanjang tanpa apapun jua, nah ibu tadi sedang berproses kesana, pelan tapi pasti pakaiannya makin minim dan sampai tahap tertentu mungkin hilang seperti bayi baru lahir, kembali ke fitrah,,,,hahahahaha,,,,ammpun Gur,,,,saya pun ketawa


Jumat, 20 Juni 2014

rindu itu seperti burung

rindu itu seperti burung
pagi mencicit melihat matahari
mulai mengembara dengan melenggang sayap menguasai hati
melihat dunia hanya dengan sekedipan mata
padahal jarak yang jauh hanya menyisakan semu
itu antara jarak bumi dan surga

rindu itu seperti burung
saat senja kelelahan hanya coba
sembari mengingat-ingat seharian tadi untuk apa
sebelum lelap menyergap,
sempat memandangi cakrawala
melihat awan merah membentuk wajah
dan sebelum terpejam, menggumam doa
semoga akan melesat dan berhenti di pintu surga

dalam diam

Dalam diam
angan berjarak dengan keinginan
keinginan hanya menempati kalbu
kalbu berdiam dalam cahaya
lantas semua menari-nari dengan takzimnya
ikuti putaran waktu seraya menunduk

Dalam diam
tubuh yang ringkih terpapar matahari
setelah semalam memeluk bulan
merindukan kekasih dalam tilam
lantas pagi membisikkan kata rahasia
"sejauh-jauh pergi hanya untuk kembali"




cangkul yang dalam (selamat datang puasa)


Pernah dengar lagu :....cangkul cangkul cangkul yang dalam, tanahnya longgar jagung ku tanam,,lagu menanam jagung karangan ibu sud mungkin tak asing buat kita. Hanya dalam perspektif spiritual lagu itu bermakna dalam. Ini berkisah tentang betapa hidup akan berakhir indah bila dilakukan dengan benar. Menanam kebaikan harus dilakukan dengan proses bila ingin akhirnya indah, salah satunya adalah proses mencangkul. Lantas mencangkul dalam kehidupan ini seperti apa?

Hidup, kata salah satu sahabat saya tidak pernah bilang tidak, ia selalu mengangguk, mau benar monggo mau salah monggo, hidup hanya bisa mengangguk. Susahnya hati manusia kadang dipenuhi keinginan yang tak bisa berhenti, sudah punya ini ingin yang lebih dan begitu seterusnya. Tanpa sadar manusia telah di selimuti oleh ego yang ujungnya membuat hati ini makin lama makin keras bukan melunak. Ibarat tanah semakin sering dipupuk bukan tambah gembur tapi makin keras. Saat itulah kita harus mulai mencangkul, kegiatan ini bertujuan untuk mengembalikan habitat hati (tanah) ke tempat aslinya, penuh kelembutan dan lentur sehingga bisa menerima kebaikan, cahaya dengan mudahnya.

Proses mencangkul sebenarnya membiarkan tanah terpapar matahari dan membiarkan proses kerja bakteri berjalan untuk memfermentasi semua kotoran dirubah menjadi hal yang berguna. Kotoran hati yang dibiarkan lama akan mengeras dan butuh waktu lama untuk membuatnya lembut. Puasa,,,adalah proses mencangkul, menggemburkan hati ini dengan menjauhi makan minum dalam waktu tertentu, ini mirip proses fermentasi menghilangkan kotoran hati dengan menawarkan ego untuk ditempatkan di tempat yang sebenarnya. Memang kadang akan terasa menyakitkan, menjauh dari makan minum bukan hal mudah, namun dengan seiring waktu dampak "mencangkul" hati akan memberi kebaikan pada tubuh dan "hati". Selamat datang puasa, selamat mencangkul hati.







Jumat, 06 Juni 2014

saat aku merindukanmu/Mu,,,(for march)


waktu bukan hal yang harus kita masalahkan bukan
jarak bukan pula jadi penghalang
bukankah itu hanya sekat yang mengukuhkan rindu
tatkala semua terangkum dalam keyakinan
kalau semua kebaikan, kenangan dan air mata
kita rangkai dalam puisi cinta

kita mungkin pernah berjarak dan mendekat
saling memahami dengan cara masing-masing
saling mencari apakah ini sebenarnya sebuah cara
untuk memahamiNya dengan eksotika
seperti awan memeluk hujan
seperti embun membasahi bunga

begitulah,,,hidup memiliki keindahannya sendiri
ia punya cara kapan saat tertawa, kapan menitikkan air mata
mirip dengan titik hujan, seperti itu rindu yang yang kita miliki
dan kita jadi teramat tahu hanya denga doa
kelak semua akan bermuara
menjadi bunga

Senin, 02 Juni 2014

lelaki pendo(s)a


kalau dosa hanya mahluk yang disia-sia kan
karena selalu menemani setiap kesalahan yang tak elok
mungkinkah doa akan membersihkannya?

andai dosa dilakukan dimana doa bersemayam ?
mengintip dibalik tirai bernama dogma ?
atau ia hanya wajah sama namun raut beda
seperti mata uang memiliki dua sisi?

bukankah setiap langkah, waktu yang aus kita jalani sebenarnya janji menuju abadi
kalau dosa berwajah muram lantas doa menjadikannya menyesal, ini lakon apa?
bukankah rasa cinta dan kerinduan padaNya kadang menjadikan langkah meniada,,
menjadikannya kita tergesa-gesa ingin menemuiNya dengan rasa yang beda

(lelaki itu pun termangu, dia hanya membisu sambil perlahan bibirnya gemetar mengucap sesuatu,,,lirih dan air matanya mengalir,,,,untuk apa,,,,untuk apa gumamnya)


perempuan dan kata-kata


angin benar tak memberi kasihan
melekuk tubuhnya diterpa tanpa alasan untuk siapa
seolah dirinya terjebak dalam bingkai kata
dan menangislah ia berurai 
mericau tentang rindu yang tanggal di pelupuk pelangi
dia tahu angin yang menghempaskannya 
dan rindu itu pun pergi tanpa tanya

kepada siapa mengadu? aku hanya perempuan yang tertelikung waktu, katanya
merangkaklah sembari punguti sisa asa yang meremah
berharap hujan datang karena itu yang diinginkan
aku akan merebah ke tanah menyambutnya, katanya
sambil memejam mengingat langit mana yang menolongnya
dan meliuklah tubuhnya diterpa angin sebelum isakan terakhirnya
kemudian sunyi memeluknya

Kamis, 29 Mei 2014

Pinkan poem

Kita berlari menembus ilalang hanya untuk mengejar awan sesaat sebelum hujan datang,  sore indah bertabur burung pipit yang enggan pulang saat menatap jingga dibalik kelabu
hmmm bukankah itu cara menghabiskan sore di padang, sebelum malam kita berlari keluar
hanya sekedar menyapa bintang dan memastikan bulan tak menghalangi keindahannya

Kalau memang hidup hanya seringai tawa, andai kepedihan tiba,,entahlah seperti kau bilang:
kita coba menyeringainya sambil menahan tawa,,,,bahkan saat kesakitan tiba dan perlahan air mata meleleh lewati lekuk pipi dan berakhir di lesung pipitmu, engkau bilang ini bukan menangis, ini cara aku memahami bahagia,,dan aku mengangguk sambil menggaruk, ini bukan yang pertama buatnya.

Satu-satunya dirimu merasa menangis ketika melihat sinetron televisi sambil berkata, aku menangis bukan melihat jalan ceritanya, tapi hanya aneh ada yang bisa buat skenario picisan seperti ini (aku pun tak tahan menahan gelak tawa). Jadi makna sedih buatmu hanyalah ketika melihat dengan gemas semua channel televisi aku pindah hanya untuk menghindar iklan dan melihat sepakbola.

Ini sebuah cara hidup bukan,,setelah lewati semua ini cara kita hidup, berlarian seperti anak kecil bermain layang-layang, melewati semua tanpa rencana dan tiba-tiba terdampar di sebuah waktu tanpa tahu kemana lagi nanti. Katamu kegembiraan seperti memainkan candy crush dan kita berjalan lagi menuju sebuah tempat dimana seseorang tengah menunggu tak sabar hanya untuk berkata : sugar crush,,,




Hidup penuh keajaiban


Manusia yang sudah "sampai" serupa pohon, diluarnya tenang, tapi bekerja 24 jam sehari. Ia jauh dari kemarahan untuk memandang yang salah, jauh dari keserakahan untuk menggemgam yang benar; Nyanyian sunyi-Gede Prama

Beberapa hari ini seperti dibukakan, menyadari hidup ini penuh keajaiban hal yang tidak saya percayai sebelumnya, karena itu hanya ada di kisah-kisah dongeng, namun akhirnya melihatnya sendiri. Keajaiban apa? entahlah saya menemukan orang yang jauh dari rasa benci meskipun dengan terang-terangan ditipu, disakiti oleh sahabat baiknya. Buat saya ajaib karena dibutuhkan mental luar biasa untuk bisa seperti itu. Sahabat saya sebut saja Kang parmin masih dengan ramah  menyuguhkan kopi kesukaan kawannya yang terang-terangan telah menyakitinya. Saat saya tanya kenapa dia hanya menjawab terkekeh, apa salahnya memberi secangkir kopi buat tamu,,tapi dia sudah menipu sampeyan kang?ahhh,,,biarlah wing,,,gusti Allah ora sare. Saya hanya terdiam, karena di jaman yang serba keras sekarang ini langka ketemu orang seperti kang Parmin.

Keajaiban lain adalah hidup ternyata semudah memindah channel televisi, saya agak terkejut awalnya karena setelah jauh berjalan di dunia kerja yang penuh tawa dan air mata dan perlu perjuangan agar bisa mencapai puncak, baru sadar kalau salah memilih channel, itulah hidup yang kita jalani. Buat saya, apapun hidup yang kita jalani seperti memindah channel TV, ada yang suka melodrama, ada yang suka dengan tawa bahagia tergantung diri sendiri mau memilih yang dimana. Anehnya begitu banyak orang ingin sukses dalam hidup ini dengan mengumpulkan materi melebihi keperluannya akhirnya berakhir dengan penyesalan, mirip drama opera. Padahal awalnya hanya ingin tenteram dan bahagia namun salah channel.

Jadi kalau memang semudah itu kenapa banyak orang menjadi lupa? saya tidak bisa menganalisa secara utuh, mungkin,,,ini mungkin,,,sejak kecil dalam otak kita sudah tertanam kalau ingin bahagia kamu harus pilih channel: sekolah setinggi tingginya kemudian kerja mengumpulkan materi maka kamu akan kaya, otomatis tentram dan bahagia (meskipun tidak selalu begitu),seumur hidup ini kita pegang tombol remote control yang itu-itu saja, pilihan lain tidak terlihat. Saya pernah alami itu sampai orang yang saya kasihi mengadu pada Tuhan supaya saya memindah channel yang lain dan Tuhanpun mengabulkan dengan berkenan mengasuhnya, butuh waktu lama untuk melihat pilihan dan begitu tombol kita "pencet" ajaib hidup menjadi lain walau tawa dan air mata masih ada namun dengan warna yang beda.

Saya teramat beruntung bertemu dengan banyak  sahabat yang telah "sampai" seperti kang Parmin, dari penampakan luar biasa saja namun dari tutur katanya saya bisa tahu bagaimana kedalaman hatinya,  begitu mengagumkan. Mungkin orang seperti dia mirip pohon, diam tak perlu banyak bicara namun  tulus menjalani etika kehidupan dalam keseharian, hal yang sangat jarang sekarang ini. Dan bukanlah sebuah kebetulan bertemu mereka, mungkin seperti kang Parmin bilang : kita memencet channel yang sama, sebuah ungkapan kerendah hatian. Buat saya ini indah



Senin, 19 Mei 2014

kenangan seperti peluru


Dia yang saya ingat adalah teman satu kelompok praktikum saat kuliah dulu, satu-satunya wanita dalam kelompok yang pake kerudung dan ramah, logat kental khas malang menjadi ciri khasnya padahal rata-rata dalam kelompok itu dari luar kota sehingga kadang menjadi seru karena harus mengernyit arti kata-katanya yang memang dibolak balik. Jumat kemarin, sahabat saya yang baik ini berkenan memenuhi panggilanNya setelah sekian lama berjuang melawan kanker tulang yang menggerogoti ketahanan tubuhnya. Tuhan berkenan memanggilNya agar bisa mendekap sahabat saya supaya kesakitannya hilang. Saya selalu merasa kehilangan bila ditinggal sahabat yang baik dan kalau orang lain ungkapkan duka dengan selamat jalan saya hanya bisa bilang selamat datang, selamat kembali pulang ke "rumah" sebuah tempat dimana semua pedih dan kesakitan sirna menjelma menjadi bahagia abadi.

Shinto, nama sahabat saya sebenarnya memiliki karir cemerlang di pemkot Batu, namun dengan halus ditolaknya dengan alasan ingin mengabdi pada keluarga, hal yang teramat jarang ada di jaman sekarang, dimana karir menjadi parameter sukses. Dia malah bertindak hal sebaliknya, menolak semua kesempatan yang diberikan, dan cukup bahagia dengan apa yang ada. Entahlah apa memang Tuhan selalu memanggil dulu orang-orang baik untuk menemaniNya, yang jelas apapun jalan kehidupan seseorang selalu memberikan hal yang terindah buat kolega teman dan keluarganya. Dan seperti sebuah jalan yang harus ada akhir, perjalanan sahabat sayapun  begitu, meninggalkan orang yang disayanginya dan meninggalkan kenangan. Apapun kenangan itu, ia  seperti sebuah peluru, melesat ke depan dengan meninggalkan jejak bernama: sunyi.