Rabu, 21 Maret 2018

Jalan sunyi

Orang yang memilih jalan sunyi
Ia berhikmat pada kehidupan, bukan hidup.

Kehidupan bermuara pada ruh, hidup bersandar pada jasad

Met ultah sayaaang

Jika setiap waktu yang kita lewati bisa menjadi bunga
Aku ingin memilih bunga sedap malam
Agar harum mu ada selalu di relung hati

Jika setiap waktu yang kita lewati menjelma menjadi pelangi
Aku akan memilih warna biru
Biarlah semua haru dan tawa
Hanya kisah yang akan kita kenang dalam benak dan masa

Jika setiap waktu yang kita lewati menjadi hujan
Aku ingin rintiknya membasahi kenangan
Lantas menyublim menjadi doa buat mu

Jika waktu yang kita lewati bisa diputar kembali
Aku hanya ingin bisikkan : meett ultah sayyyyyang
Peluk dan cium buatmu
#mama dan ayah

Senin, 19 Maret 2018

Hidupmu

Hidupmu untuk siapa? Tuhan? Percayalah Tuhan mewakilkan pada orang tua, anak, istri mu dan pada orang2 yang butuh pertolonganmu. Untuk itulah kamu senantiasa berdoa, bukan untuk meminta, namun meneguhkan kesanggupanmu menjalani semua itu.
Pencarianmu bukanlah apa yang didapat, pencarianmu adalah apa yang diperbuat. Pencapaianmu bukanlah sejumlah kuantitas tertentu, pencapaianmu adalah dampak keberadaanmu. Suksesmu bukanlah di puncak, suksesmu adalah merebahkan diri serendah2nya.
Kelak kamu akan mengerti, maqom dirimu adalah serendah2nya di tempat dimana engkau kembali paling rendah di bumi.

Sabtu, 17 Maret 2018

Malam dan kamu : ello


Ketika malammu berisi celoteh tentang anak anak yang selalu ramai di mushalla saat jelang maghrib dan terkadang suatu ketika tak satupun dari mereka berteriak ingin jadi yang pertama adzan dan shalawat, hanya sepi bergeretak hujan sore membuat mereka hanya memandanginya dari balik jendela. Kadang aku pun merindui itu, saat kepolosan bersenandung memuji Nya, anak dengan masa depan yang mereka pun tak mengerti definisinya apa.

Entah kenapa hidup begitu cepat berlalu, malam demi malam yang selalu diakhiri dengan pelukan untuk bilang kita ditakdirkan saling mencintai dalam suka duka. Dan senyum seperti menambah ornamen hari dan waktu sembari melihat mereka berlarian dan ribut dengan suara mikropon yang terlalu keras volumenya sehingga berdenging memekak telinga, namun sumpah,,,aku begitu menikmatinya.

Ya..yaa.kadang kita ingin kembali menjadi kepolosan anak kecil dengan nuansa seperti mereka dan waktu terhentak menatap mata teduh anak anak sehingga rela untuk berhenti hanya untuk menyadari mereka mahluk yang dikirim kesini hanya untuk meyakini, kita semakin menua dan mereka menjadi jiwa yang meng-indah hari demi hari, sedangkan kita makin merenta. Ahh,,, hidup memang menoreh banyak kenangan tentang masa lalu saat hujan kembali mengguyur kota ini dan aku tak menyesal menemuimu dengan celoteh cadel sembari bershalawat : alohuakbal shogilo,,,,,(entah kenapa anak itu akhirnya dipanggil ello)

Jumat, 02 Maret 2018

Pak No,my local barista(obituari)

Kalau saya datang ke tuban, pasti tahu apa yang diperbuat, yaitu membuat kopi hitam tanpa gula atau gulanya sedikit, saya  bilang kopi nggereng alias kopi angger ireng(asal hitam). Dia melayani saya hampir lebih 10 tahun. Orangnya lugu, buta huruf tapi punya hape, dan hafal nomor telpon keluarga di luar kepala. Jangan tanya ketulusannya, entah kenapa orang dengan kekurangan gak bisa baca tulis, tulus menjalani hidup, sampe saya iri dengannya, kepasrahannya luar biasa. He is my barista dan orang baik seperti dia Allah teramat sayang padanya, sehingga kemarin diperkenankan "pulang" kembali ke rumah Nya. Entah kenapa orang2 baik selalu dipanggil terlebih dahulu 😥😥.

Semoga Allah ridha menerima  perjuangannya selama mengarungi hidup, menafkahi anak istri dengan kerja keras di balik senyum lugu. Ajal memang jadi rahasiaNya, dengan melihat cara dia memandang hidup yang teramat sederhana, seolah memberi pesan mendekatlah pada Ku tanpa apapun (harta,pangkat,dan atribut keduniawian lainnya) cukup ketulusanmu,,,,
Selamat jalan pak No, moga Allah berkenan menerimamu di sisiNya
#obituari