Kamis, 27 September 2012

bermainlah dengan senja


aha,,
bermainlah dengan senja
bukan karena pagi selalu menyela tidur panjangmu
hingga berusaha mencarinya seperti menangkap bayangan
engkau coba mengadu, kenapa enggan menemuimu
pagi tertawa, prasangka apa lagi yang kau bawa
aku hanyalah kisah waktu yang tak bisa jadi abadi, katanya
dirimu tak mungkin menemuiku untuk menemuiNya
kalau engkau menginginkan perjalanan panjang
tanyakan pada senja, dia akan menjawabnya

aha,,,
kamu selalu saja berkilah senja selalu lambat datangnya
kemudian bercerita kalau ia menemuimu dengan membawa ketakutan
seolah menjadi ancaman dibalik keelokannya
lantas cerita selalu berakhir dengan membandingkan
senja selalu membawa gelap setelahnya
dan itu cukup membuatmu pucat pasi

berhentilah untuk membisikkan pagi dengan kata cinta
menyanjungnya dengan tatapan mesra, sebab ia tak memerlukannya
kenapa tak coba menjadi intim dengan senja
sebab akan memberimu pelajaran hidup paling berharga
kalau pagi adalah nisbi dan keabadian diletakkan setelahnya



Selasa, 25 September 2012

kemarau ini akan segera berlalu sayang,,,*


mungkin angin kering itu tak bisa menepiskan hasrat
ibu akan tetap melangkah demi kamu nak,,,
(aku hanya bisa menatap ibu yang bibirnya kering dan kelu)
kemarin mungkin kita lewati dengan sedikit perih
hari ini ibu lihat angin berlalu seperti akan membawa hujan
semoga ini harapan yang tak terlewatkan
bukankah kita telah lama menunggunya
(ibu tersenyum, aku tahu bibirnya terluka menahan betapa hidup telah menggores batinnya)
mari sayang hilangkan sedikit penat dengan mulai berjalan ke depan
jangan menoleh karena keindahan akan terlewat saat dirimu menengok
(ibu menggenggam erat tangan kecilku dengan hangat, meski aku tahu tubuhnya telah penat)

yaa,, kemarau ini akan segera berlalu sayang,,
ibu yakin itu,,,(ibu menatapku dengan senyum, entah apa makna senyum itu)
esok kamu akan menemui  gembira, biarkan tak usah berteduh
karena hujan akan segera tiba, biarkan membasahi kita
(aku tahu itu diucapkannya sembari menahan tangis)
kamu masih hafal doa yang ibu ajarkan sayang,,,
(aku mengangguk)
mari kita lantunkan perlahan (ibu kemudian melafalkannya)
Tuhan pasti mendengar doa kita gadis kecilku
percaya Tuhan tak pernah tidur sedetikpun
(entah kenapa aku yang menahan tangis, rambutnya yang mulai kaku karena lekat debu,
debu yang melekat di wajahnya seperti bedak menjadi penanda seberapa lama luka itu ada)

pasti kemarau ini akan segera berlalu sayang,,,
ibu yakin itu,,,
(ibu mengucapnya terbata-bata seolah mengatakannya bukan buatku)

*suatu hari di akhir september di Tuban






Selasa, 18 September 2012

memberimu lupa


laut begitu tenang sore itu, riak ombak hanya seperti alun yang memilin harap
mirip jejak kaki yang menapak dalam di pasir putih membentuk silhuete
saat dipandang dari jauh seperti mengular mengikuti garis pantai dan perlahan,,,
sebagian jejaknya hilang lembut tersapu air laut seolah hendak berpesan:
saat kau hanya menafikan kemarin dan menyembunyikan ketakutan
aku akan memberimu lupa,,,
semuanya?
semuanya,,,apapun itu,,seperti genggaman telapak kaki yang menyentuh pasir
kemudian meluruh sesaat alun yang lembut menggelitik kakimu
menghilangkan jejaknya

jadi ini perkara apa?
ahh,,bukankah engkau telah lupa, kenapa harus bertanya pula
mirip dengan hujan yang membasuh wajah tangismu bukan,,,
kau tak bisa bedakan mana air mata dan titik hujan 
maksudnya?
ahhh,,,tangisan bukan kecengengan juga bukan pertanda lemah
ia hanya moment untuk menatap resah dengan cara tak biasa
biarkan saja bila masa lalu bercerita tentang sejarah
toh telah lupa (demikian kata yang terucap)
lantas,,,akan kemana setelahnya?
hmmm,,,kamu lihat kemana sang ufuk pergi saat bintang segera menyambangi?
tak tahu,,
dia hanya singgah sebentar sebelum pergi menuju gerbang sunyi
(apakah ia akan kembali?)
engkau bertanya padaku?
yaaa,,pada siapa lagi
tidak,,,ia hanya masuk pada syak wasangka yang gembira
dimana itu?
tempat ia menemukan Tuhannya
jawabanmu membingungkanku
tempat semua kedamaian hanya dipahami dengan meletakkan dirimu
dalam ikhlas yang sebenarnya

jadi,,,engkau telah memberinya lupa?
yaa,,dia bukan yang kemarin
terus apa katanya?
 itu hal yang teramat bijaksana
dimana dan siapa dia sekarang ?
diatidak kemana-mana dan bukan siapa-siapa, bukan apa-apa, entitas tak bernama
dia hanya dia




Kamis, 13 September 2012

of the body into the soul


sebuah cadik
tak akan sempurna mengayuh di ombak senyap
ia hanya butuh berkawan angin
lantas mengajak menari ombak yang  pendiam
meliuk tinggi rendah disela kelembutan awan
yang memandangi dengan nada heran
sejak kapan ombak menari penuh penghayatan
sebab bukankah terkadang ia tak bisa melihat diri sendiri
tak pernah bisa berkaca dengan kedalaman
melihat hidup dengan mata terbuka, bukan dengan mata hati

sebuah cadik
menjadi bermakna bukan karena tempat dimana ia berlabuh
namun seberapa tahan melihat alun tiba-tiba dipenuhi kemarahan
kemana coba,,,
bukankah itu selalu yang ditanya
yaa,,,selalu saja ombak menerka kemana perginya
pernah suatu saat sang ombak bertanya:
kenapa tak diam saja saat musim barat hampir tiba
berlabuh di teluk dimana airnya bening dipenuhi pasir yang makin hari,,,
menawan seperti mata gadis kecil yang meminta sepotong permen kesukaannya

kamu tahu,,,
demikian ombak suatu hari bercerita
ia pernah mendengar, kemanapun cadik pergi
melewati gunung ombak yang tinggi
melewati angin yang tiba-tiba menghampiri buritan
ketakutannya bukan hempasan yang membuatnya tenggelam
namun bila tiba-tiba ombak menjadi senyap, buatnya itu kematian
sebab tenggelam baginya tempat rumah berpulang
berpulang di kedalaman dimana sang jiwa menemukan hidupnya
(awan termangu heran mendengar ombak bercerita, baginya apapun yang tampak dari atas sana, semuanya penuh eksotika)

Selasa, 04 September 2012

filosofi rujak cingur

saya temukan serpihan masa lalu dalam berkas bernama: kenangan
dengan rasa ingin tahu saya buka kembali lembarnya satu demi satu
entah kenapa, selalu saja setiap fragment hidup tak bisa lepas tarikan emosinya
ada jejak tawa dan membuat senyum simpul seolah itu terjadi baru saja
ada jejak keringnya tangis, terlihat dari mata yang terlihat bengap
selalu mengingat kenapa itu sempat terjadi,,dan akhirnya harus tahu
tak semua kesalahan itu pantas disandang diri sendiri
(setiap kepedihan selalu saja saya yang paling pantas disalahkan)
namun apapun semua itu selalu memiliki kemiripan yang sama
rasa terluka, rasa bahagia, memiliki siklus hidup yang terpola
tumpukan kepedihan memang seperti sampah yang harus dibuang jauh-jauh
agar baunya tidak menginduksi hari ini dan masa depan
sedangkan bahagia kalau bisa menjadi sebuah keabadian sampai masa depan

namun sebagaimana kita tahu,,,
terlalu sering kita hidup dari tumpukan sampah kepedihan masa lalu
bukan bagaimana cara membuangnya jauh-jauh dan emoh menemuinya lagi
namun bagaimana cara memfermentasikannya hingga menjadi pupuk jiwa
bukan menghilangkannya karena tak akan bisa selama masih ada bahagia
namun bagaimana caranya menjadi "sludge" yang berguna
saya hanya sadar saat semua kenang yang tak bisa hilang (apapun warnanya)
akan coba kembali melukisnya dengan campuran warna yang beda
ternyata bermain dengan warna dramatis begitu mengasyikkan
(saya beruntung kecengengan akhirnya menemukan tempatnya hahaa,,,)
dan ini mirip dengan filosofi rujak cingur:
ada bagian-bagian rujak berasa pahit, sepah, dan asam, hal  yang tidak kita sukai, saat mencampurnya dengan takaran yang pas hasilnya luar biasa,,,
ada bagian-bagian hidup diri ini; bahagia, sedih dan terluka, saat kita "mencampurnya" kembali menjadi pengalaman yang indah dan hasilnya luar biasa
(buat saya hidup tidak hanya sekedar menjadi apa dan kemana, tapi bagaimana menikmatinya dengan kadar kemesraan yang sama, apapun ronanya) dan itu salah satu makna cinta


Minggu, 02 September 2012

beauty sunday morning

melesat seperti awan bergerak
pergi kemana ikuti saja
bukankah sepenggal bahagia hanya bisa di gapai
dengan rasa ikhlas menerima apa adanya
semua rasa,,,(semua rasa)
seperti utas nyali memberi warna di setiap detiknya
jadi,,,kalau pagi ini memberi harap
cukuplah secangkir kafein yang menjawab
(seperti endorfin yang menguasai darah)
sumpah,,, pagi ini memberi riak bahagia
disudut hari menelisik mentari
aku terkapar senang disudutnya