Rabu, 22 Maret 2017

HBD sayang

Bukankah kita tak perduli berapa jumlah usia yang telah dilewati?  Kita hanya perduli dengan mengingat semua kenangan indah yang pernah kita lalui bersama.  Kita juga tak mungkin mengingat kecengengan tang tak pernah membuat kita terjaga.  Yang di mau kita hanya ingin setiap moment dalam benak mengalir dalam darah dan menjadi DNA kita seraya berkata,  bahagia ternyata sederhana

Entahlah,  liku hidup telah membuka kebuntuan tentang bagaimana cara mencintaimu dengan teramat bersahaja,  karena kita pernah hidup dengan kenaifan yang berbeda.  Namun apapun itu,  bukankah kita tau bagaimana saling menyayangi dengan cara kita masing masing. Waktu,  dimensi yang semula membentangkan jarak,  dengan caramu ternyata ia hanya lingkaran spiral meskipun seperti jauh namun kita bisa menatap sambil tersenyum,  terlalu dekat bukan,,, 😀.

Jadi apapun dimanapun dirimu,  merindui dan menyayangi sudah jadi hirupan nafas keseharian,  dan meskipun mimpi mengaburkan wajahmu,  di hati terdalam ada sebuah keyakinan,  cinta tak kan hilang oleh masa.  Ketika waktu penggal menemuimu,  ayah hanya pengen bilang: HBD sayang

Kamis, 09 Maret 2017

"Wajah" tuhan

*Kangen sama tulisannya gede prama*
Cerita seorang ibu melihat permennya diambil putranya tanpa seijin sang ibu, sang ibu marah lantas berkata: tidakkah kamu melihat Tuhan ketika mencuri permen mama?. Dengan polos si anak menjawab :lihat ma,,,. Mendengar jawaban itu sang ibu tambah marah, diikuti pertanyaan lebih emosi: Tuhan bilang apa sama kamu?. Dasar anak polos, dia menjawab jujur: Boleh ambil dua.

Ini cerita yang terbuka dari penafsiran, namun dari satu sudut pandang, "wajah" Tuhan di kepala kita tergantung pada kebersihan batin kita. Dalam batin yang bersih anak yang polos dan jujur, Tuhan berwajah pemaaf dan pemurah. Dalam batin yang mudah emosi dan curiga, Tuhan menjadi pemarah dan penghukum
(Gede Prama: Simfoni dalam diri, mengelola kemarahan menjadi keteduhan)