Senin, 22 Mei 2017

The night

The Night
Malam mungkin akan melewatimu sebentar diantara desah nafas yang selalu menyebut namaMu,,,esok juga akan ada matahari yang akan memberimu asa,,,bukankah ini hanya jeda untuk memberimu detik yang akan menghilangkan hina. Buakankah ini kesempatan dirimu buat menguntai doa dengan siraman air mata. Di sudut sudut malam, diantara kantuk yang menggenang, rasa, dera, dan kepahitan, hanya goresan di ujung pena. Saat mengering, kau akan tahu itu jadi bagian lukisan hidup yang indah dengan memandangnya dari kejauhan. Waktu memberi itu, senyuman,,,

Jadi, kecemasan apapun yang hari ini dan esok ada, mirip dengan suara rintik hujan yang sebenarnya segera sirna ketika jatuh, tak ada yang harus dikuatirkan, dan tak usah dipahami dengan jargon apapun, semua akan terlewati tanpa ada apa-apa. Satu hal yang harus kalian lakukan hanyalah satu hal: biarkan segala hal menyelesaikan masalahnya sendiri dengan cara apapun, yang penting diantara bait-bait doa yang terucap, kamu hanya meng-agungkan nama Nya, bukan hal pinta, karena itulah cinta sesungguhnya

Inner self

Diujung kehidupannya,  merasa malaikat maut segera menjemput, pak tua itu memanggil ketiga anak lelakinya,  si sulung,  tengah dan yang bontot."anakku,  ayah mungkin tidak lama di dunia ini, aku panggil kalian bertemu untuk menentukan siapa yang berhak menerima warisanku berupa tanah dan rumah". Ketiga anaknya manggut2 tampak berseri kecuali anak bontotnya yang begitu bersedih sebab selama ini dia yang merawat ayahnya.

Lantas pak tua melanjutkan : ayah Kasih uang 1juta, penuhi kamar kalian dengan barang apapun dari uang itu,  yang bisa memenuhi kalian berhak atas warisanku.

Segera setelah itu ketiga anaknya keluar membeli barang,  si sulung membeli garam, dgn pikiran garam murah dan bisa dapat banyak. Tapi dia hanya bisa memenuhi separuh kamar,  si sulung pun kecewa.  Ganti si anak tengah membeli kapuk, karena kapuk ringan dan mengembang harapannya kamar bisa penuh,  namun lagi lagi kecewa karena hanya bisa penuhi 3/4 nya.  Akhirnya si bontot kembali dengan membawa korek api dan lilin.  Kemudian di nyalakannya sebatang lilin yang segera cahayanya memenuhi kamar tersebut. Akhirnya sesuai kesepakatan warisan jatuh ke anak terakhir namun ditolaknya,  malah harta warisan tersebut diserahkan pada kakaknya,  dan dia hanya minta bisa merawat ayahnya sampai meninggal,  setelah itu pergi meninggalkan semua hal yang pernah menjadi haknya.

Moral cerita diatas adalah, kehidupan selalu memiliki arah dan tujuan, ada yang "berenang" di sungai2 kebendaan,  ada yang berjalan2 menyusuri jejak Nya. Si bontot memilih itu,  bukan berarti tak mau materi, namun diperlukan dalam kapasitas tertentu, selebihnya buat dia malah jadi beban yang harus dipanggul,  dan ia rela melepaskan.

Minggu, 21 Mei 2017

Alif-hamzah ya

Saya hanya bisa meniti alif ba ta tsa
mengulanginya berkali kali namun
tetap saja hamzah,,,ya hanya ada di kejauhan
khatam hanya jeruji yang pandai bersembunyi
tabir semu yang sengaja tak akan nampak dimatamu
namun batin berkata itu sudah cukup mengena
tatkala orang bijak berkata: hidup tak hanya meniti huruf
melakoninya tanpa penghayatan itu sia2

Mungkin saya terlalu naif kalau yang bisa di eja
hanya huruf-huruf yang menguntai menjadi terbaca
C-I-N-T-A,,,dan tiba tiba angin mengangguk daun menjuntai
pagi ini serasa pagi yang lain
entah kenapa

Ga ada judul

Saat kami terpaku menatap embun yang hilang
ditengah gempita angin menelisik satu persatu relung
di kedalaman kewarasan ini mengejawantah jadi debu
perlahan menghilang menjadi cahaya berpendar dibalik mentari
episode ini kami selesaikan saat daun pun perlahan menjuntai
menunduk syukur di ribuan dengung suara lebah diantara kelopak bunga
kau tahu?ini mirip suara dzikir yang begitu lembut mengagungkanMu
hanya sedikit yang bisa mendengar, hanya sedikit yang bisa melihat
betapa ritmis kehidupan ini, betapa cinta telah jadi DNA dalam nafas kami
dan dimana egoisme dan keserakahan bersembunyi tatkala semua hanya,,,
bagian terkecil dari esaNya,,,?

Late post(jalan sunyi)

Kami hanya coba merunuti jalan dimana embun pernah memberi kesejukan, kami juga merunuti jalan yang sering dianggap gegap gempita dengan  menamainya "jalan sunyi". Angin, matahari, hujan, hutan, gunung hanyalah persinggahan sementara untuk memahami betapa berkah hanya bisa dicapai dengan kerendahan hati. Kami mengagumi pohon yang diam namun selalu bersyukur selama sehari semalam hanya untuk bertumbuh mengikuti cahaya.

Jalan di depan kami adalah mencari bukan "mencari", kami tidak bergerak keluar namun ke dalam, memahami kalbu dengan membawa kenikmatan dari mata wadag dan mata batin untuk mengerti betapa jalan sunyi hanyalah cara bergerak menemui berkah dan karuniaNya. Tidak semua kami memahaminya dengan urutan logika yang bisa memenjara, terkadang hanya dengan mata buta.  Bila semua terukur dengan dikotomi dan angka, dualitas yang membuat kami tak bisa bergerak dan menjebak, ijinkan memaknainya dengan kelembutan dan keindahan, inti dari kemanusiaan. Kami bukanlah filsuf, bukan pula pencari kebenaran, hanya seorang yang nyadong keikhlasanNya, kasih sayangNya, mengemis cintaNya.

Baju kami hanyalah syukur, selimut kami rendah hati, sepatu kami adalah keikhlasan, dan perjalanan kami hanyalah cinta. Mungkin sudah terlalu biasa jika ini disalah pahami, sebab kesepian tak menyingkirkan dan menghindari menuju tempat sepi. Kami menjalaninya di lahan-lahan keramaian, pusat ego manusia di sudut sudut jaman. Mengolah sampah peradaban yang ter(di)singkirkan menjadi cahaya dan keindahan, lahan subur untuk ditanami dengan nafas ke-esaan, dan merawat menumbuhkannya dengan cinta. Biar kelak ketika nafas dan darah tinggal satu hirupan, harapan kami adalah meninggalkan jejak yang akan mengilhami angin, hujan, pohon, batu,embun, matahari dan semua mahluk bumi untuk selalu berendah hati dalam syukur dan keikhlasan. Sebab buat kami dunia bukanlah tempat memiliki sesuatu namun menakar keikhlasan cintaNya dalam satu tarikan nafas. Dan itu terlalu cukup buat kami, sebutir debu yang pongah mengharap kasih sayangNya,,,:-).

Selasa, 09 Mei 2017

Semua akan indah pada waktunya

"Semua Akan Indah Pada Waktunya"

Siang tadi saya berkesempatan jadi cerewet dengan menemui yunior saya eks pengurus jurnalistik kampus.  Layaknya senior yang harus dihormati,  saya bombardir mereka dengan jargon dunia kerja yang tentu saja membuat mereka bengong, saya merasa bangga sedikit , melihat yunior begitu terpana. Di akhir waktu saya beri mereka kesempatan bertanya,  tentang dunia pekerjaan dengan harapan saya bisa menjawab semua yang ada di benak mereka. Namun pertanyaan mereka membuat lemas kehilangan daya walaupun pertanyaannya cukup sederhana : "pak abis ini saya kerja kemana?"
Runtuh kewibawaan saya sebagai senior dengan pertanyaan itu,  jadi sekian jam saya bombardir dengan idealisme,  realisme seputar dunia pekerjaan bahkan sedikit angkuh saya sisipi tentang spiritualisme dengan harapan mereka melihat seniornya kelihatan digdaya,  akhirnya ngelimpruk,  nyesel banget saya bercuap2. Kalau pertanyaan itu yang nanya broedin pasti tak pisuhi,  seluruh kebun binatang pasti habis saya sebut.

Tapi ini,  pertanyaan yunior,  sama saja mereka bilang: "ente cuap2 sampe berbusa ga ngefek buat saya yang saat ini melihat dunia aja ga jelas", minjem istilahnya syaripah alias nyonya broedin : auk ahh gelap. Tiba-tiba dunia yang saya lihat juga jadi gelap,  entah karena Malang lagi turun hujan,  namun dinginnya seperti menusuk kewibawaan saya. Dalam hati saya misuh: jangkrikkk,,,,,lapo aku mau crito iku. Saya mewakili senior minta maaf (dalam hati, karena gengsi) dengan hal tersebut,  saya melihat kepedihan di wajah mereka sehingga ada temen2nya melihat jadi sarjana adalah bencana. Penelitian yang jadi prasyarat kelulusan sarjana seperti pintu madesu. Saya ga berani menyalahkan sistem pendidikan saat ini,  bisa dibilang subversif nanti 😀😀😂, saya juga enggan bilang kalau mereka tidak siap masuk dunia pekerjaan sebagai tenaga fresh graduate karena minim skill. Karena saat awal karir dulu saya juga alami hal yang sama, harus mencari sendiri, mirip bebek yang dilepas ke sawah buat nyari makan sendiri, matuk sana sini,,, 😀😀😀😂😂😂😂

Saya tatap mata lugu mereka, tak akan banyak yang akan duduk dipuncak nantinya, sebagian akan perlahan menghilang dari peredaran,sebagian yang lain akan menyadari, meskipun terlambat, pilihan2 hidup mereka. Jujur saya merasa bersalah,  karena bukankah itu juga jadi bagian tanggung jawab seniornya buat ngasih cahaya semampunya,  jalan mana yang baik buat ditempuh,  mulai dari pilihan awal masuk hingga keluar. Di akhir waktu saya hanya titip sama mereka,  kuatkan mentalmu,  dunia ini tidak butuh orang pintar,  tapi butuh orang bermental baja(mbuh bener apa ga saya bilang sedikit ngawur biar ga kelihatan panik). Saya hanya bilang "semua akan indah pada waktunya".

Setelah itu saya buru-buru pamit,  takut dengan pertanyaan lanjutan yang akan membuat hati ini makin galau,  duhh Gusti,,, kuatkan hati mereka saat memulai berlayarnya "perahu" kehidupan mereka.
#buat Anas and izis

Selasa, 02 Mei 2017

Mo limo ala gurpan

Mo limo,,,,
Saya terlampau hafal, tiap menjelang Ramadhan,  Gurpan selalu menemui saya dengan caranya sendiri, entah kebetulan atau tidak,  kali ini saya nemui seorang dengan gaya sporty,  celana jeans dan kaos polo plus kaca mata bening,  namun anehnya tanpa tangkai,  saya juga bingung ko iso nempel. Di pojokan mall ada tenant dengan tulisan mencolok,  gurpan corner,  menjual mo limo.  Saya ketawa hampir pingsan dibuatnya,  gurpan jualan mo limo.

"Gurpan,,,apa kabar? Lama ga ketemu,,, saya memeluknya sambil berkaca kaca. "Broken wing,  katanya sambil tertawa,  ketemunya mesti selalu disini, jarang banget di warung kopi hehehe... Ini yang ingin saya tanyakan gur,,, jualan mo limo, kamsutnya opo? Kamu tahu kenapa saya bikin corner di pojokan toilet? "Gak ngerti gur kenapa". Kamu pernah nanyakan dimana jalan sunyi berakhir? Aku bilang ditoilet tempat manusia menjadi apa adanya,  ga ada jaim2an, mau pejabat,  mau artis atau orang biasa,  gitu kebelet,  ga ada mau pipis dibuat akting secantik mungkin, mau BAB ga bisa dibikin se eksotika mungkin, semua wajar dan manusiawi. "Terus apa hubungannya dengan jualannya gurpan mo limo? ".

"Aku hanya jualan ide,  tempat pojokan kita bisa duduk sebagai manusia,  apa adanya,  kita bisa ngobrol tentang keluh kesah manusia dalam hidupnya atau apa saja". Memang ada yang mau? Pertanyaan yang naif sebenarnya,  di gurpan corner ada kursi pijat plus musik lounge yang memanjakan orang,  disana betah berjam2. Lantas apa hubungannya dengan mo limo gur? Ini bukan mo limo seperti biasanya broken wing,  mo limo yang saya maksud adalah :Mondokk, moco, mowo, moso, mandheg. " artinya apa gur?

Banyak manusia kehilangan habitat sejatinya broken wing,  hingga mencari kebahagiaan diluar dan lupa sejatinya mereka harus ngapain.  Mondok,  bukan berarti harus nyantri,  ibaratnya mondok adalah tiap orang harus menuntut ilmu,  apapun usianya,  gendernya,  karena hanya dengan itu dia bisa membuka hatinya.  Moco,  adalah kelanjutan dari mondok,  setelah menuntut ilmu orang akan bisa "membaca" alias iqra.  Membaca situasi,  membaca alam,  apapun. Setelah kamu bisa moco,  selanjutnya mowo,  alias bara,  alias api,  hidupmu harus bisa menerangi sekitarnya,  memberi kegunaan buat sesama,  dan untuk itu kamu perlu menahan diri alias moso alias puasa,  itu membuatmu tetep berjalan dijalur yang benar,  sehingga dalam totalitas pengendalian dirimu,  dirimu mandheg alias bisa mengendalikan diri mana yang perlu msna yang tidak.

Saya bengong denger gurpan berbicara mo limo,  baru kali ini dia bicara begitu,  namun saya tahu kenapa dia bilang begitu,  ini hampir puasa,  dan selalu gurpan ngasih petuah untuk bekal saya.  Saya hanya bisa tertunduk terharu,  its emotional for me. 😭