Selasa, 30 Agustus 2011

kubangan spiritual




Hari Raya atau lebaran,,,tidak selalu yang dibayangkan banyak orang bagi saya selalu berimpit dengan kesedihan, bukan sok atau apa, akhir puasa buat saya seperti berakhirnya sebuah kemanjaan denganNya. Puasa seperti menata lagi semua file dan infrastruktur hati saya yang berhubungan dengan spiritual. Puasa seperti oase dimana saya bisa bermanja dan ge-er untuk merasa dekat denganNya. Jadi kalau ini berakhir berakhir pula semuanya. Dan lebaran sudah terlalu sering saya lewatkan dengan berdiam di kamar seperti sebuah perpisahan,,,detik detik penghujung puasa dan masuk lebaran ada semacam sunyi yang menghampiri hati ini. Sunyi yang menentramkan,,,dan suara takbir di malam yang berkumandang menjadi semacam orkestra untuk meneguhkan itu.

Puasa seperti masuk dalam sebuah kolam kecil dimana saya lama mencari letak kesejukannya, karena "sense" puasa tetap saja menjadi privacy antara saya dan Tuhan. Puasa menjadi semacam inner journey, dan makin jauh berjalan ada semacam sengatan spiritual yang makin kuat hingga begitu "tune in"Ramadhan menjadi kubangan spiritual dimana semua menjadi indah, terasa dekat dan amat dekat enganNya.

Jadi gegap gempita lebaran tidak begitu berpengaruh buat saya, kadang saya heran karena tidak begitu tertarik dengan hal pernak-pernik lebaran, dan ini menakutkan. Tapi apapun juga, lebaran menjadi titik pijak untuk mentas dari kubangan spiritual dan melanjutkan perjalanan kehidupan sebelum sang Khaliq memberi tanda untuk kembali ke rumah sejati kita,,,hai jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha,,,,

Senin, 29 Agustus 2011

A.D.I.N.D.A


Akhir Ramadhan dan awal Syawal selalu saja memiliki kenangan yang sempurna buat saya beberapa tahun ini. Setahu saya setiap akhir Ramadhanselalu mendapat kunjungan istimewa dari orang yang paling saya sayangi. Adinda,,,selalu mengunjungi dalam mimpi di penghujung puasa, selalu begitu. Ada semacam hutang cinta buat saya kenapa itu selalu saya rindui, yaa,,,rindu yang tak bisa diletakkan dimana tempatnya kecuali di hati.

Semalam gadis manis itu tersenyum memandangi saya seperti memberi semangat cinta tak mudah untuk hilang begitu saja, masih ada sisa tempat di relung ini untuk menampungnya, cinta yang berjarak dan enggan untuk hilang begitu saja. Entah mimpi semalam bukan lagi kesedihan namun semacam muara rindu yang berujung pada kebahagiaan. Gadis yang saya sayangi ini berlalu dengan senyum manisnya, hal yang memang telah lama saya menanti diujung mimpi.

Met lebaran yaa,,sayang,,,bahagia selalu disana, hanya butuh waktu sebentar untuk menunggu sebelum nanti kita bersua,,,kamu harus tahu hanya dengan cinta dan sayang yang membuat ini semua bertahan,,,love you

(Tuhan,,,maafkan hamba yang telah lalai hingga harus Engkau sendiri yang turun mengasuhnya)




Jumat, 26 Agustus 2011

,,,tu sei grande,,,


Hari itu ternyata menemukan diri saya tengah berjalan di bibir pantai di sebuah teluk bali utara. Pantai dengan pasir putih ke coklatan dengan ombak selat Bali cukup keras untuk menyapu pasirnya. Bicara keindahannya saya percaya Bali ditakdirkan menjadi potongan kecil surga, teluk yang indah inilah membuat Salvatore dan istrinya sepasang dokter dari Itali tak henti mengagumi pantai indah itu. Kebetulan sore itu saya bisa menemaninya ditengah hiruk pikuk tugas yang tak kenal toleransi. Pertemuan dengan sepasang keluarga muda itu sebenarnya kebetulan saat dia menanyakan dimana dia bisa beli air mineral di toko terdekat. Bali utara waktu itu tidak seramai sekarang, jarang ada toko atau warung. Perkenalan itu yang membawa saya mengantarnya menyusuri pantai indah itu. Banyak bercerita tentang sepak bola makin hangat karena saya dan dia sama-sama romanisti. Inggris kamu terlalu bagus buatku, sindirnya saat kami mulai bicara panjang lebar tentang keindahan Bali.

Yang membuat saya heran, setelah panjang lebar dengan inggris patah-patah dia bercerita, ada hal yang saya tangkap, betapa pasangan Itali ini begitu open mind, tidak harus berfikir runtut, logic, hanya mengalir, terasa betapa pasangan ini begitu hangat dan bersahabat. Ada hal yang saya suka tatkala dia bercerita tentang impian hidupnya, salah satunya Bali. Dia bilang impian untuk bisa ke Bali sudah lama tertanam saat dia masih kecil, demikian juga istrinya. Ada semacam panggilan jiwa untuk bisa kesana setelah melihat pantai Bali dari selembar kartu pos.

"wing,,,keinginan buat melihat Bali sudah menjadi semacam mimpi yang tak bisa di bendung setelah itu, saya diajari kakek untuk membuat mimpi saya bisa menjadi realita"
"Gimana caranya?"
"setiap piknik ke pantai, dengan sepotong kayu, saya akan membuat garis pasir di pantai, walau itu sia-sia karena ombak akan menghilangkannya kembali"saat saya tanyakan kakek, beliau bilang, garis itu mewakili mimpi kamu, pasir yang kamu garis mewakili hati kamu, jadi tekan yang kuat dan dalam pada pasir itu, ombak mewakili waktu masa depan, saat garis itu hilang, ia sebenarnya membawa mimpi kamu ke masa depan untuk diwujudkan, jadi teruslah menggaris"
kelak, disadari atau tidak hati kamu akan dibawa ombak itu untuk menemui semua mimpi itu di masa depan" Apa yang diucapkan tidak saya mengerti, tapi bocah sekecil saya waktu itu hanya punya impian ini bisa menjadi nyata. Dan kamu tahu wing,,,semua impian itu kebanyakan menjadi nyata"
"Bagaimana bisa?" tanya saya
"Saya juga tidak tahu, namun kakek saya benar, sebuah mimpi perlu keyakinan yang kuat, konsistensi dan sedikit imajinasi, itu diwakili oleh tarikan garis yang dalam, dan biarkan ombak bekerja mewakili alam dengan caranya sendiri untuk mewujudkannya" katanya tersenyum.
"Apa semua mimpimu dream come true?" tanya saya
" not,,wing ga semuanya, tapi itu tidak membuat saya kecewa, kakek saya berkata, mimpi kamu yang tak terpenuhi, akan menjadi buih kecil saat menyapu pantai, bukankah itu yang membuat pantai memiliki pesona"

Saya terdiam, dalam banget dokter ini bicara, entah kenapa tiba-tiba saya merasa pantai ini menjadi lebih indah dibanding sebelumnya. Hmm,, salvatore,,,tu sei grande,,,:-). Memang hebat romanisti yang satu ini


Kamis, 25 Agustus 2011

daun masa lalu


Kehidupan ini serupa pohon
daun rimbun mewakili waktu
berisi kenangan, mimpi dan harapan
ditanggalkan kenangan pada daun menguning
karena sebentar lagi tahu
ia akan terbang menjemput kematian dengan sekali hembusan
ditautkan mimpi pada daun hijau pupus
sebab ia berisi tentang kebahagiaan masa depan
disematkan harapan pada daun hijau
karena disana langkah kebaikan merangkai satu demi satu

musim selalu berganti,,,memang selalu begitu
daun yang pupus, kemudian menghijau
berakhir dalam kedewasaan yang berwarna keemasan
kehidupan pun serupa begitu
semua kenangan dan harapan
hanya penggalan mimpi yang berbeda hari
kenangan hanya mimpi yang datang kemarin
harapan adalah mimpi yang datang esok
realita, mimpi yang datang hari ini

kehidupan memang serupa pohon
kenangan seperti daun kering jatuh
menjadi pupuk sehingga akar batin menjadi kuat
merindang daun yang hijau
layaknya mewakili komitmen tentang masa depan
tak bisa tanggal hanya dengan terpaan

Lantas dimana letak kesedihan dan kebencian?
ia hadir seperti musim salah waktu
ketika daun yang hijau tanggal sebelum waktunya
ketika daun yang kering tak jua mau meninggalkan tangkainya
seperti masa lalu yang enggan pergi kembali menuju sepi
daun pupus menjadi kering kehilangan harapan
seperti mimpi kebaikan dan kebahagiaan sempurna
namun tanggal kehilangan konsistensinya
akarnya menjadi rapuh
tak tahan menyangga rimbun daun berisi kemarahan dan kebencian
ranting yang kering menelan sesal
terbungkus oleh kambium batin yang menghitam dan membakar

jadi,,,? ini cerita mimpi atau kehidupan
entahlah saat kepura-puraan hanya menjadikan kebaikan
sebagai kosmetika artifisial
bopeng wajah terasa jadi menakutkan
kebahagiaan sejati hanya jadi slogan
tersembunyi dibalik nadi
jauh dari kebenaran sejati


innermezzo,,,




Saya baru tahu kalau perasaan memiliki yang berlebihan bisa menimbulkan bencana. Mungkin ini agak subyektif, yang bisa dirasakan ketika rasa memiliki ini terlalu besar hingga meluber tumpah, bisa menjadikan rasa benci. Ini memang bukan perkara memiliki benda atau apa, namun juga memiliki ego. Nah,,,kebencian ini awalnya saya tidak menyangka, saya pikir hanya berkutat di pikiran dan di hati, ternyata diluar perkiraan saya bisa berujung pada tindakan. Efeknya lebih merusak memang,,,

Yaa,,yaa, karena efek kebencian ini bisa menuntun orang untuk melakukan hal diluar nalar, diluar logika, dan benci ini seperti sumbu kompor yang dililit minyak tanah, dengan sekali gesekan hooopp,,,membakar semuanya,,kebaikan, kasih sayang, dan kebahagiaan. Energi yang terbuang cukup besar. Yang menakjubkan begitu energinya habis, ia mampu mereka ulang seolah bisa memperbaiki untuk kebencian yang lebih besar.

Jadi,,, ini perkara apa? banyak hal,,,sehari ini saya menyaksikan betapa rasa benci telah membuat mental tekuras habis buat orang yang membenci tapi tidak buat yang dibenci. Pagi tadi saya melihat sendiri betapa kesalah pahaman kolega hanya miskom, bisa merangkai mahluk yang bernama benci sedemikian rupa sampai kebaikan senyumannya tertutupi. Saya yang ga merasa dibenci awalnya enteng2 aja, dan memang demikian akhirnya. Tapi teman saya begitu lelah. Ini baru contoh satu soal, banyak teman saya yang begitu tenteram memelihara kebencian ini sampai akhirnya menjadi paranoid karena mentalnya menjadi lelah luar biasa, dan yang menakutkan sering didatangi yang namanya halusinasi tapi menurutnya ini nyata,,uhh,,,

Kalau begitu, apa yang bisa menghilangkan kebencian? kata Gede Prama dengan memaafkan, memaafkan kebencian itu dan memafkan orang lain, karena dari sana tumbuh benih-benih unggul cinta buat kehidupan, seperti tertulis di buku Gede Prama, seorang bernama Bernie Siegel dalam bukunya Love, Medicine and Miracles bilang : "when you give love, you recieve it at the same time, and letting go of the past and forgiving everyone and everything sure helps you not to afraid" diterjemahkan secara bebas oleh Gede Prama : ketika anda memberi maaf, anda juga menerimanya pada saat yang sama, Kesediaan untuk melepas masa lalu dengan memaafkan, secara meyakinkan membantu anda keluar dari kekuatiran.




Jumat, 19 Agustus 2011

ternyata menyayangi lebih sulit dari mencintai


kalau ada matahari yang bersinar di balik pagi yang mendung
pertanda apakah ini?

kalau ada embun menetes pada bunga yang kelopaknya perlahan tanggal
risalah apa lagi ini?

ketika daun kering lepas dari tangkainya dan jatuh karena hembusan angin
pertanda apakah ini?

ketika seorang bayi menangis kala pertama melihat dunia setelah terlelap di rahim bunda
apa yang bisa didapat darinya?

bukankah semua itu pertanda sayang dariNya
bukankah ada keikhlasan dan kelembutan menyertainya
bukan sembarang cinta biasa
juga bukan cinta retorika

ternyata menyayangi lebih sulit dari mencintai
ia menuntut kesetiaan hanya semata-mata untuk DIA
ikhlas atas kesakitan sebelum datang kelembutan

ternyata menyayangi lebih sulit dari mencintai
karena ia murni dari tendensi untuk dimiliki dan memiliki
luput dari pembenaran makna dan ego semata

ternyata menyayangi lebih sulit dari mencintai
apapun alasannya
ada keindahan tak tertangkap oleh kata disana



Jendela


Saya teramat beruntung mengenal nama-nama ini, karena merekalah yang memberi jendela dan dipaksa untuk melihat keluar apa yang sesungguhnya terjadi ketika melihat melampaui logika dan pikiran. Apa yang terjadi saat dipaksa untuk tidak menggunakan logika dan pikiran, sama saja buta (menurut saya saat itu). Namun akhirnya tahu dibalik semua itu hati telah memberi ruang dalam frame kehidupan saya dan jangkauannya melebihi jarak dan era. Awalnya saya teramat takjub bagaimana mungkin dengan keselerasan hati bisa menjangkau jauh ke "masa depan" sehingga terkagum-kagum dengan mereka.

Orang pertama yang saya kenal baik secara fisik maupun lewat karyanya adalah Emha Ainun Najib. Saya mengenalnya lewat ceramah yang dilakukannya dari kampus ke kampus dan tahu karena saat itu Beliau tidur di asrama mahasiswa. Saya tidak begitu mengenal puisinya kecuali ceramahnya lain dari Da'i yang seumur bahkan lebih tua darinya. Buku pertama yang saya baca adalah kumpulan esai dan puisi yang berjudul seribu masjid satu jumlahnya. Buku itu berhasil memporak porandakan cara saya berkeyakinan dengan Tuhan. Bagi Emha, berketuhanan dilakukan teramat puitis, cenderung akrab dan karib bahkan mesra, bukan karena ketakutan semata. Bahkan puisi yang saya buat (kalau boleh itu disebut puisi) banyak terpengaruh dengan puisi Emha, kata-kata yang sederhana namun memiliki makna yang dalam, hanya bisa terjadi tatkala telah jauh masuk dalam kehidupan

Orang kedua yang berhasil merubah mindset saya tentang idealisme adalah GM alias Goenawan Muhammad. Waktu itu cukup maniak dengan tulisannya di majalah Tempo di rubrik caping alias catatan pinggir. Tulisannya sebenarnya cukup mengena dan penuh kiasan karena mendobrak tentang ketidak adilan di jaman orba. Ada hal yang saya ingat sampai sekarang penggalan tulisannya : Idealisme tanpa pijakan realitas mejadikan orang pemimpi sekaligus pembohong, realisme tanpa nilai ideal menjadikan orang hidup tanpa martabat.

Semenjak itu saya banyak melihat "jendela"dari karya mereka, mengenal orang yang memiliki kemampuan hebat seperti M.Sobary, Jalalludin Rahmat, Quraish Shihab, Umar Kayam, Dale Carnegie dll dan teramat asyik mengikuti alur berfikir mereka lewat karyanya. Akhirnya ini memberi semacam banyak warna pelangi dalam nuansa pikiran saya yang waktu itu masih berproses mencari.

Orang terakhir yang memberi saya jendela cukup lebar adalah Gede Prama, lewat bukunya saya bisa tahu bagaimana Gede Prama bermetamorfosis dari ulat-kepompong dan menjadi kupu-kupu. Secara fisik saya tidak kenal beliau namun dari bukunya bisa tahu bagaimana cara mengenal diri sendiri. Pikiran Gede Prama banyak mempengaruhi kehidupan saya. Bayangkan, saya telah lama membenci apa yang dinamakan sepi, dan telah bersusah payah untuk menghapusnya dari kamus kehidupan. Kesepian adalah mantra yang cukup kuat untuk membuat saya langsung tersungkur. Namun beliau mengatakan bahwa sepi adalah bahasa terindah Tuhan. Sepi adalah tempat semuanya berawal dan berakhir. Sepi adalah puncak kesempurnaan.
Saat itu maknanya tidak saya mengerti, namun setelah mengenal kematian dari orang terdekat, bagaimana mereka sebelum dipanggil Tuhan mengalami kesepian luar biasa, akhirnya saya mafhum, sepi adalah cara Tuhan untuk memberi tahu bahwa AKU dekat, sepi adalah pintu masuk ke rumahNya. Sehingga saya berkesimpulan bahwa kehidupan yang indah adalah melewati "jalan sunyi" baik sunyi dalam arti kiasan maupun sunyi dalam makna yang sebenarnya. Kenapa? yaa,,,menurut saya ada keindahan disana, ada puncak spiritual yang tidak bisa digambarkan oleh kata-kata.

Jadi,,,mungkin benar kata orang bahwa diri ini sebenarnya bukan setumpuk daging yang berdarah, namun diri ini tumbuh dari tumpukan pengalaman. Potongan pemikiran dari orang yang saya sebut diatas yang membentuk saya hari ini. Ada persamaan diantara mereka menurut saya yaitu kesederhanaan dan keikhlasan. Hal yang teramat sulit untuk ditemui hari ini,,,:-)
Makanya saya tidak kaget saat melihat orang-orang yang saya kenal baik masih saja menggendong masa lalu dan menatap masa depan dengan skeptis, tanpa arah, tumpukan pengalaman mungkin telah membuatnya seperti itu, namun bukan berarti tidak bisa dirubah, dengan berjalannya waktu, dengan pengalaman yang baik, secara perlahan akan memberikan ruang bagaimana kebahagiaan dalam definisi yang sebenarnya hadir. Kebahagiaan bukan saja damai dari rasa kekurangan baik materi maupun jiwa, namun damai dalam tiap detik yang berjalan. Hanya saja saya jadi nelangsa saat orang yang telah lama berjalan jauh dalam kehidupan dan hampir kembali menghadap Tuhan namun masih belum menemukan apa yang mereka cari. Ini ironi,,,

Sabtu, 13 Agustus 2011

Hate that there may vanish :-)




Inang-inang sayang
berlari menembus bayangan
menenggak masa lalu dengan sekali tegukan
seolah khamer bisa hilangkan sesal
bukan itu cara mengubur masa lalu
bukankah itu cara menambah luka baru
mengapa tidak kau biarkan saja
dengan melipatnya menjadi perahu kertas
lantas kau hanyutkan di sungai masa kini
disertai harapan kelak akan bermuara
tempat semua yang ada mengendap
menjadi hilang tak bermakna

Inang-inang sayang
berlari menembus waktu
mencari bahagia di bukit bernama asa
seolah dipuncaknya engkau bisa melihat masa depan
berharap menemukan damai dan bahagia
hmm,,,terus saja berjalan
apapun yang bermakna impian
adalah penggalan doa kita
dan menunggu dikabulkan pada saatnya
letakkan saja di tangan yang tengadah
biar angin membawa menuju angkasa
pasti Tuhan akan menerima dengan gembira

Inang-inang sayang
kehidupan bahagia yang engkau dambakan-kah?
mungkin sudah terlanjur tercetak pada DNA kita
berharaplah ia menjelma setiap saat
karena itu seperti bayangan yang mengikuti erat-erat
bahagia,,,bukanlah akhir perjalanan
juga bukan tujuan kehidupan
ia hanya kendaraan dalam kualitas perjalanan
jadi,,,bahagialah dengan seksama kapanpun saja
apapun kebencian, sesal ,perih, dan luka
biarkan semua menjadi jejak masa lalu
kelak,,,ketika kedamaian menjadi keseharian
saat dirimu menoleh ke belakang
niscaya hanya senyum yang ada
seraya berkata :
"Tuhan terima kasih Engkau telah memberi hidup begitu sempurna"

Apapun yang bernama kebencian, sesungguhnya ia wujud cinta yang tidak mendapat tempat
(Emha Ainun Nadjib)


Senin, 08 Agustus 2011

Jujur saya iri dengan mereka

Kadang,,,saya merasa trenyuh sekaligus bersedih karena beberapa teman yang saya kenal baik dan tidak diragukan dari sisi kepintaran namun menyasar (untuk tidak mengatakan terjebak) dalam frame kehidupan yang buram, padahal mereka cerdas untuk tahu kapan masuk dan kapan keluar. Sekali mungkin bisa di toleransi, namun kalau itu berulang saya hanya bisa mengelus dada seraya berdoa semoga Tuhan selalu membimbing mereka. Saya tahu betapa hati mereka telah terbakar amarah dan terluka. Air mata tak cukup untuk menyejukkannya.

Yaa,,,ini bercerita tentang sepenggal hidup yang diamanatkan Tuhan lewat kehidupan dan cinta, namun ada yang salah menangkap persepsinya sehingga ibarat menggali sumur yang didapatkan hanya dangkal dan air keruh belaka., Padahal kalau mau bersabar dan menggali lebih dalam mereka akan temukan air jernih. Saya paling suka mengutip tulisan Gede Prama, beliau bilang kehidupan ini seperti taman di halaman rumah. Kita bisa bersikap dengan mengabaikannya dengan skeptis dan pesimis dengan tidak merawat taman kita. Hasilnya taman itu tetap ada dan yang tumbuh hanya rumput dan tanaman liar, tidak enak dipandang. Atau kita mau membuatnya indah dengan memangkas, memupuk, memotong hingga indah dipandang.

Begitulah kehidupan serupa taman, apapun sikap kita, skeptis, pesimis, hidup terus berjalan namun tanpa arah, tujuan. Kehidupan indah yang didambakan memang selalu dilewati dengan air mata, dipangkas dengan keadaan, disana kita belajar dewasa sehingga kehidupan ini meng-indah. Namun sebagaimana kita tahu mudah untuk berkata susah dilaksanakan. Hanya tinggal kita, akan kemana "taman" hidup kita dibawa.

Agak susah memang ketika kehidupan diisi dengan kebencian dan sesal, seperti memelihara taman hidup kita dengan tanaman berduri, tidak saja melelahkan, namun mudah sekali terjebak dalam hidup yang menguras energi, berat memang hidup di masa kini dengan menggendong masa lalu, saya tahu karena pernah alami kondisi begini. Tak mudah memang membuang kebencian yang diakibatkan masa lalu, lebih susah memaafkan diri sendiri dari pada memaafkan orang lain. Sama tak mudahnya berbuat ikhlas ketika beban kehidupan makin menyempitkan mimpi masa depan.

Kembali lagi dengan teman-teman baik saya yang hari ini mengalami kepedihan hidup, skeptis, pesimis dan dizalimi oleh orang lain sehingga gelap memandang masa depan, saya tidak bisa berbuat apa-apa selain berdoa semoga Tuhan memberi mereka pundak yang kuat. Karena saya tahu betul hanya orang yang dipilihNya kelak akan menjadi kekasihNya dengan diberi beban kehidupan semenjak mereka masih muda. Saya yakin kelak Tuhan akan mengangkat beban itu dan menjadikannya mereka bercahaya asal bersabar dan ikhlas. Mereka menjadi pendar cahaya bagi kehidupan ini dan sesama. Kalau ini terjadi, jujur saya iri dengan mereka.


Jumat, 05 Agustus 2011

intermezo,,,(sudut yang sempat terlewat barusan)


.
Sebuah pesan singkat masuk ke ponsel saya : wing,,,tolong aku,,,
Siang tadi begitu menyengat, klop dengan puasa yang begitu sempurna seolah hari ini ditakdirkan untuk dijalani dengan penuh usaha sekedar menahan sergapan dahaga.

Seorang teman sedang terperangkap turbulance masalah dimana satu-satunya jalan adalah minta bantuan saya buat melihat dari kaca mata yang jernih,,,menurutnya (saya juga tidak akan bilang kalau sedang alami hal yang sama). Entah kenapa teman itu begitu percaya dengan "kemampuan" saya melihat sesuatu seolah bisa melihat masa depan dan melihat isi hati orang. Dia sodorkan sebuah foto dan meminta pendapat saya tentang orang yang bersangkutan. Ughh,,,layaknya seorang cenayang palsu,,,akting saya pun begitu sempurna sehingga sejumlah pertanyaan kecil dia jawab dengan cepat. Pertanyaan biasa sebenarnya, mulai dari kerja dimana, tinggal dimana, asli mana dll sehingga saya bisa menarik kesimpulan sementara siapa dia. Dengan gagah sayapun bilang padanya: siapkan tabungan air mata, karena akan diperlukan nanti pada saatnya. Teman saya pun lemas.

Entah kenapa, aktifitas saya mengharuskan bertemu dengan banyak orang dari lapisan atas sampai bawah, dari berbagai profesi mulai tukang becak, sampai pengusaha, lengkap dengan atribut dan karakter masing-masing hingga memperkaya khasanah berfikir. Saya pun jadi tahu bahwa sikap, sifat, dan perilaku seseorang amat dipengaruhi oleh behavior tempat kerja dan akan berpengaruh besar pada pembentukan pribadi, cara bertindak dan berfikir. Saya juga tahu dari cara berjalan, berucap, profesinya apa dan sifatnya bagaimana.
Anehnya, sikap seseorang ini akan terbawa pada pergaulan sehari-hari bahkan dalam urusan cinta (hehehehe,,,).

Kadang saya trenyuh dengan teman saya satu ini, berpendidikan tinggi dengan jabatan tinggi, IQ juga tinggi tapi begitu mudah masuk dalam permainan emosi yang menguras energi. Dimata saya ini sebenarnya permainan yang gampang dikendalikan jika kita tahu kalau tiap orang memiliki sifat VIP alias very important person, tapi begitu kita masuk secara emosional menjadi diluar kendali (kadang saya pun terhanyut tidak bisa dikendalikan :-D). Saya percaya teori tendensi, kalau setiap tindakan pasti memiliki maksud, terlepas baik atau jahat. Hanya orang yang bisa mengendalikan emosi orang lain akan menang dalam permainan kehidupan, terlepas dari sisi moral atau etika . Ini banyak dibuktikan saat beberapa teman terkapar.

Jadi dengan mengenal seseorang dari profesinya saja bisa tahu cara bertindak dan berfikirnya. Saya tidak kaget ketika seseorang membabi buta secara emosi membenci sesuatu, atau suka mendzalimi orang lain tanpa sadar. Saat ditarik ke wilayah profesi, saya hanya bisa mengelus dada karena di tempat kerja, orang itu dibenci dan didzalimi. Dalam urusan cinta yang melibatkan emosi begitu dalam, hal ini begitu kentara, apakah ia akan gampang menjadi seorang possesif, pengecut, suka menyakiti atau malah tulus menyayangi. Bahkan sekaliber artispun ketika masuk urusan ini begitu mudah terbaca.

Hanya satu profesi yang sampai hari ini saya tidak bisa "membaca" yaitu komedian alias pelawak, entah kenapa saat mereka membikin orang lain tertawa, saya melihat satu hal yaitu ketulusan,,,sesuatu yang langka dalam kehidupan sekarang.

Kamis, 04 Agustus 2011

hati manusia itu seperti,,,


hati manusia seperti bawang merah, umbi terluar berwarna merah, semakin dikupas kedalam akan semakin memudar warnanya, di umbi yang terdalam hanya menyisakan warna putih dan,,,air mata (Gede Prama)

Saya suka sekali dengan cuplikan diatas, menggambarkan betapa hati manusia sebenarnya putih, suci, betapa terasa kesucian itu hingga mampu melelehkan air mata kita. Apapun orangnya, siapapun ia, hati manusia sekali lagi suci.
Dalam perjalanan hidup saya, terlalu sering menemui manusia penuh luka dengan menggendong banyak penyesalan , saya pernah alami hal ini. Tak bisa dipercaya memang, betapa menggendong sesal tidak saja melelahkan fisik, batin terlebih lagi. Beruntung saya menemukan jalan sunyi dimana perlahan penyesalan masa lalu lepas satu demi satu. Tak mudah memang.
Namun terlampau banyak orang yang saya temui terjebak dengan situasi ini, hanya kesakitan yang dibawa dari waktu ke waktu.

Apa yang ingin saya katakan adalah ketika harapan, asa, sirna, tidak saja mencabik-cabik hati putih kita, tidak saja menguras tabungan air mata, terlebih ia menjadi luka yang susah sekali untuk menutup saat memori berisi hanya pedih belaka. Entah kenapa saya merasa dengan menepi menemui sunyi adalah jalan untuk memaafkan diri apa adanya. Sialnya,,,kebanyakan orang menganggap sunyi adalah mahluk menakutkan, menepi berarti keluar dari gegap gempita dan itu berarti mati.
Saya mengibaratkan manusia yang luka ini hanya perlu menata semua file, memori untuk ditempatkan pada asalnya. File masa lalu ada tempatnya, begitu juga masa kini dan esok. Caranya mungkin dengan menghilangkannya atau menatanya, istilah bahasa komputer dengan disk cleanup dan men-defrag semua file yang tersimpan dalam hati dan batin, baik yang terluka, amarah yang hitam, kehilangan kesetiaan, kepercayaan,,,semuanya. Caranya...? menepi ke bilik sunyi dengan membawa doa,,,detailnya,,,? dengan PUASA

Inilah kehebatan Tuhan,,otak, hati, jiwa, roh yang dicipta akan memiliki kepenatan tersendiri, dengan puasa sebenarnya kita sedang menata semuanya sehingga menjadi lebih men-cahaya, men-jernih, mata kembali melihat yang sebenarnya, telinga mendengar yang seutuhnya, hati kembali menerima cahaya yang sejati, ruh menerima kemuliaannya kembali. Entahlah ini seperti jalan yang saya alami meskipun masih tertatih.
Ketika hati dan batin kita terluka begitu lama oleh sesal, terkotori dengan debu masa lalu, terobsesi dengan buramnya masa depan, saya berusaha untuk melepas semuanya, kembali ke jalan sunyi jalan menuju telaga bening tempat dimana semua menjadi fitri kembali. Telaga bening tempat hati menjadi memutih lagi, dan telaga bening itu bernama PUASA