Senin, 28 April 2014

(kadang) cinta datang terlambat


tak ku mengerti mengapa begini
waktu dulu ku tak pernah merindu
tapi saat semuanya berubah
kau jauh dariku pergi tinggalkanku

mungkin memang ku cinta mungkin memang kusesali

pernah tak hiraukan rasamu dulu
aku hanya ingkari kata hatiku saja
tapi mengapa cinta datang terlambat

 Syair diatas adalah potongan dari lagu berjudul cinta datang terlambat yang dunyayikan Maudy Ayunda, sepintas lagu itu memang terasa mellow karena berkisah tentang sebuah penyesalan kalau "maudy" akhirnya merasa jika dia menyayangi seseorang, sesuatu,,,entahlah. Yang jelas setelah waktu berlalu cinta menjelma menjadi sebuah keniscayaan meskipun datangnya terlambat.

Saya bukan sedang membicarakan lagu itu dalam kondisi tertentu, hanya coba bayangkan sepanjang hidup kita mencari jawaban apakah Tuhan menyayangi kita, kalau benar kenapa kadang memberi kepedihan, sebentuk cintakah itu? sehinggga sepanjang hidup kita berusaha meyakini jawaban dan tak jarang malah kesasar mencintai hal-hal diluar itu. Saat nafas hampir hilang  apapun diri ini ternyata Tuhan teramat menyayangi kita tanpa embel-embel syarat apapun.  Mungkin Maudy sedang bernyanyi tentang cinta dan penyesalan, bukan dengannya tapi denganNya dan akhirnya menyadari lewat gumam :,,,tapi mengapa cinta datang terlambat,,,


Selasa, 22 April 2014

sekolah dan sekul


Semula Kang Darmin terkejut dengan keputusan anak perempuan terakhirnya setelah lulus kuliah malah balik ke kampung untuk mengajar anak-anak yang tidak mampu. Dibanding 2 kakaknya yang menempuh karir di kota, anak perempuan semata wayangnya dan paling pintar  lulusan universitas ternama di Surabaya dengan cum laude memilih mengajar jauh dari bidangnya sebagai enjinering. Kedua kakaknya satu perempuan dan satu lelaki telah mapan dari sisi karir di Surabaya dan Jakarta. Sedangkan satu-satunya anak ragil yang disayangainya diharap bisa menyusul jejak kakaknya. Apa daya kekerasan hati anak tersebut membuat Kang Darmin akhirnya merelakan dia mengajar. Awalnya hal itu tak bisa diterima, namun alhirnya Kang Darmin sadar keputusan anak ragilnya tepat, malah sekarang bangga pasalnya apa yang dilakukan oleh anaknya dengan mengajar anak kurang mampu akhirnya mendapat dukungan dari masyarakat dan setelah berjalan beberapa tahun menjadi pilot project untuk kabupaten dan beberapa kali mendapat kunjungan dari pusat. Kebanggan itu tidak ahanya milik Kang darmin semata namun juga desa masyarakat dimana ia tinggal.

Kang Darmin yang tidak pernah makan bangku ingat bagaimana pontang pantingnya cari biaya saat ketiga anaknya kuliah hanya dengan mengandalkan sawah,  hingga anak-anaknya mentas, dia menyadari sekolah bukan saja jalan menyiapkan masa depan namun sekarang menjadi tempat komersialisasi yang teramat kejam. Dia ingat bagaimana anaknya berargumen tentang keputusannya dulu :,,pak sekolah bukan mendidik saya untuk mencari sekul (nasi/penghasilan) tapi membuat mata saya terbuka dengan berbagai ketimpangan yang ada di kampung ini, masalah rejeki biar ini urusan saya dengan Tuhan.
Kata anaknya sekolah bukan untuk jalan pintas mencari masa depan alias penghasilan namun sekolah mendidik anak untuk tahu kebaikan dan kebenaran. Kalau akhirnya sekarang institusi bernama sekol(ah) mendidik untuk mencari sekul sehingga harus dikomersialisasi sedemikian rupa sehingga hanya orang berduit yang bisa sekolah,  anaknya ingin membalik anggapan tersebut. Buat anaknya sekolah tidak saja mendidik IQ namun EQ bahkan SQ dan ini dibuktikannya. Kang Darmin akhirnya bilang : anak ragil saya yang paling pintar, saat dia pulang saya hanya melihat masa depannya yang suram, namun bayangan saya tidak terbukti, sekarang malah jadi kebanggan lingkungannya. Sekolah yang hanya mendidik anak menjadi pintar namun jauh dari kepintaran budi pekerti hanya kan menjadikan anak tersebut seperti robot bukan manusia seutuhnya. Loh Kang ko bisa bilang gitu? anak saya yang bilang gitu hehehe, nampak matanya berkaca-kaca.

Jumat, 18 April 2014

kemarin yang tak ada


saat hari berkata kalau waktu tak mungkin yang berjalan kembali
sang waktu hanya mengangguk seraya menoleh ke belakang dan muram
dengan menggumam ia berkata: lantas kemana akan berjalan
hari pun bertanya : siapa?
semua orang yang berjalan hari ini namun pikirannya ada di kemarin
meraba-raba hanya untuk memastikan tak lakukan kesalahan yang sama
dan ketika hari pun berganti tetap saja ia masih disana mancari
mencari? yaaa,,,mencari hanya untuk membenarkan kekalahan hidup yang dibuat
dan menanamnya dalam vas bernama benak untuk dipelihara sepanjang jaman
melelahkan bukan,,

jadi hari pun mengernyit tak mengerti kisah sang waktu yang baru saja
dan ia pun berkata padanya : mengapa harus begitu, aku tak tinggal disana
waktu kemarin dan esok hanyalah maya, absurd dan tak bernama
kenapa harus mengeja kepalsuan yang tak ada
sang waktu pun berkata : aku telah ingatkan bila diriku hanyalah pengandaian
yang berjalan meniti dirimu, aku hanyalah langkah panjang sebelum akhir bertemu diujung sunyi, aku hanya lelah menyaksikan betapa banyak orang berdiam di masa lalu sedang aku terus menatap ke depan, kesakitan apa yang sanggup mereka bawa sebelum akhirnya sirna

merekapun terdiam, menerka-nerka kelak akan berakhir seperti apa
sesaat sunyi bahkan terlalu sunyi untuk bisik angin



don't


Minggu-minggu ini saya begitu disibukkan dengan menerima tamu bernama "penyadaran", kenapa nama itu baru disebut? karena saya bertemu dengan banyak orang dengan berbagai latar belakang namun memiliki hal yang sama : mengeluh atau secara harfiah ingin diartikan i'm very important person alias VIP yang samar di tatto di keningnya :-D. Sebenarnya mahluk bernama mengeluh bukanlah negatif selama keluhan itu tidak jauh dari kekurangan diri untuk bisa memperbaiki kebaikan. Namun kalau yang dikeluhkan adalah ego yang tidak mendapat tempat semestinya :) sehingga harus merasa jadi orang "termiskin" sedunia dan menjadi toksik buat yang lain, ini jadi masalah.

Entah kenapa,,,perjalanan selalu menemukan orang-orang terbaik untuk menjadi cermin,  berawal dari sebuah keinginan yang berujung kegagalan seorang sahabat mulai mencari-cari apa yang salah pada orang lain (bukan diri) yang menyebabkan dirinya jatuh dari harapan yang telah dibangunnya lama. Di lain hari saya tersandera hampir seharian untuk mendengarkan  perdebatan yang ujungnya hanya sepele (menurut saya) siapa yang paling benar. Dan di lain waktu menjadi keranjang sampah untuk mendengarkan seorang sahabat tentang sakitnya yang tak kunjung sembuh sehingga menguras tabungannya berpindah dari rekeningnya ke rekening dokter, padahal analisa lab tak satupun penyakit ngendon.

Saya mengalami penyadaran bahwa semua keluhan itu alami sifatnya dalam takaran tertentu, reaksi diri terhadap problem, dan saat itu berlebihan maka ego yang mendorongnya. Kalau itu tak segera dipadamkan ia seperti memberi bensin pada jerami dan terbakar dengan cepat. Ego memang menuntut kalau tiap diri adalah V.I.P, namun memberi peluang seluasnya pada ego sama saja berjalan dengan mata buta alias tidak mendengar orang lain.Efeknya jelas seperti yang  diceritakan diatas. Hari ini ditengah semua kesulitan dan persaingan yang makin keras, keluhan teriakan ketidak puasan makin nyaring terdengar, dibutuhkan kearifan sendiri buat menegoisasi dengan ego agar ia berjalan menjadi cahaya bukan penghalang buta.


Rabu, 16 April 2014

reminder


kelak,,,
ketika kesadaran manusia telah sampai pada kenyataan
bahwa apapun yang ia lakukan sepanjang hidup
semua kerja keras dan ambisi yang menghantar ke puncak
ia hanya akan kembali ke jalan sunyi
meniada dihadapanNya untuk kembali ke fitrah
dari tiada kembali tiada dari sunyi kembali sunyi
dari fitrahnya kembali ke fitrah

kelak,,,
manusia akan tiba pada sebuah kesadaran
sejauh-jauh berjalan ia hanya menggenggam keyakinan
kalau diri ini bagian dari cahaya 
cahaya yang memastikan semua menjadi indah apapun ronanya
tugasnya hanya satu, menghantar semua yang ada
kembali meniada dengan cara eksotika
berangkat dari keindahan kembali menjadi indah











Senin, 14 April 2014

(tanpa judul)


luka yang menambal hati kita
kelak akan tanggal satu satu
dan kita merasa kehilangan
ada segenggam kesakitan yang tiba-tiba sirna
setelah sedemikian lama mengendap hingga menyatu dalam nafas
saat tiba-tiba pergi hidup menjadi lain
gabungan antara rasa hilang dan senang
dan kelak saat ia kembali kita menerimanya dengan tangan terbuka
aneh,,,

luka yang menambal batin kita
seperti serpihan kesedihan yang telah menjadi sayap
membawa kita terbang menemui kehidupan dengan muram
dan tiba-tiba kita mengenalinya sebagai kawan lama
sebagai cinta yang terhalang prasangka
seperti cahaya terhalang rinai hujan
tiba-tiba kita tersadar apapun hidup dengan ronanya
tetap saja itu sebentuk cinta





vitamin jiwa


Kita memang memerlukan keyakinan untuk memastikan hari esok seperti yang diinginkan, namun sejujurnya kadang kita perlu kekuatiran dan kecemasan agar tidak terlena. Misal bila hidup bisa diprediksi tidak terbayangkan betapa tawarnya hidup itu sendiri.
Saya menemukan itu pada seorang sahabat yang hidupnya telah mengalami fluktuasi sedemikian rupa hingga kelelahan batinnya telah sedemikian mendalam sehingga tidak bisa disebut ini luka atau bukan. Hidup memang berjalan dalam gelombang dan kita memastikan saat naik  tidak terlalu senang dan saat turun juga tidak terlalu sedih. Walaupun sudah tahu itu akan bergantian tetap saja masih terkejut jika pertama mengalaminya, namun seiiring berjalannya waktu kejutan itu kadang terasa menyenangkan. agak aneh memang ketika dapat masalah malah senang padahal sebisa mungkin kita hindari.

Luka jiwa apapun namanya terlalu lama untuk bisa hilang bahkan mengendap bertahun tahun hingga mengenalinya bukan hal yang harus kita hindari bahkan bisa diakrabi. Pada tataran tertentu memang bisa menjadi toksik namun bisa juga menjadi vitamin penguat jiwa. Aneh? hmm tidak, sebagaimana tubuh daya imunnya naik saat diberikan virus yang telah dilemahkan, jiwa juga demikian saat diberi luka dengan kedalaman tertentu ini akan menguatkan sehingga saat tiba dengan yang lebih berat secara refleks akan mengantisipasinya.