Kamis, 15 Desember 2011

I saw this movie


Kehidupan ini seperti sebuah puzzle, menurut saya begitu, bedanya, kalau puzzle asli bentuk akhirnya telah dirancang sejak awal, kita tinggal beradu cepat dan pintar memasang hingga terbentuk pola tertentu. Dalam kehidupan memang mirip, sejak awal, tujuan akhirnya telah diputuskan, namun pola puzzle kehidupan ini lebih rumit dan tidak menuntut kepintaran sebenarnya, hanya perlu kesabaran dan keikhlasan. Bukankah ada pepatah cina berbunyi : orang bodoh kalah dengan orang pintar, orang pintar kalah oleh orang beruntung. Jadi tidak ada korelasi antara kepintaran dan keberuntungan. Keberuntungan hanya bisa dicapai (menurut saya) dengan kesabaran dan keikhlasan. Kesuksesan hidup tidak hanya memerlukan kepintaran, tapi perlu banyak hal.

Sebuah keberuntungan buat saya beberapa hari ini dihadapkan dengan dua model puzzle kehidupan yang bertolak belakang, seperti melihat dua film kisah nyata sekaligus. Yang satu kesulitan menempatkan diri pada peta kehidupan karena menanggung hutang cinta yang sedemikian besar, sehingga apapun keberuntungan kehidupan yang telah dimilikinya malah menjadi beban kehidupannya. Yang satu lagi berjuang melukis kanvas kehidupannya sendiri dengan keindahan, polanya telah nampak, hanya kesulitan (sementara ini) untuk mewujudkannya karena keterbatasan energi pendukungnya.

Yang satu mencoba memahami kehidupan ini dari lensa mikroskop (melihat dari atas ke bawah) sehingga agak terkaget-kaget ternyata setelah dilihat, hidup sebenarnya rumit dan terlalu banyak aturan ini itu yang mesti dituruti meskipun dari sisi logika tidak mengena, namun apa daya saat terbentur dengan dogma, berujung pada banyak tanya dan kegamangan yang didapatnya walau sekuat tenaga melawan, akhirnya pasrah, kalau tidak dibilang menjadi skeptis.
Yang satu melihat kehidupan dengan lensa teleskop (melihat dari bawah ke atas), keindahan hidup terlihat masih jauh saat ini, namun ada keinginan kuat untuk melihat bulan dari dekat, membuatnya membiayai seluruh cita-citanya dengan pikiran dan tenaga, tidak ada pilihan disana kecuali terus berusaha ke depan. Sebab tidak mungkin surut ke belakang

Jujur saya trenyuh dan menangis buat keduanya, dua anak manusia berjuang demi impian yang sama di masa depan namun ditempuh dengan cara yang berbeda. Saya hanya berdoa agar BELIAU menggamit jemari lemah mereka, sehingga dengan cara rahasia "tangan" Tuhan selalu menuntunnya. Kadang berkhayal untuk menjadi "tanganNya" atau sekedar menjadi pendar cahayaNya. Entah kenapa hal itu ditolak. Mungkin saya bukan malaikat, saya hanya manusia biasa yang masih punya tendensi, sehingga wajar kalau disalah pahami. Yang bisa dilakukan hanya berharap semoga skenario ini berakhir happy ending, kalau tidak, hmm,,, saya akan bertanya padaNya, kenapa diciptakan mahluk bernama cinta kalau ujungnya hanya berakhir dengan keperihan luka dan air mata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar