Kamis, 06 Oktober 2011

Ketika awan enggan menjadi hujan


"Penderitaan terjadi ketika daun yang putaran waktunya sudah jatuh memaksa bertahan di pohon, awan yang sudah saatnya berubah menjadi air, ngotot bertahan sebagai awan" "Kesedihan, kegembiraan, kesuksesan, kegagalan, pujian, cacian, semuanya akan bernasib seperti pecahan salju yang jatuh ke danau. Beberapa saat memang menimbulkan guncangan di permukaan air, tapi tidak lama kemudian menghilang" (Gede Prama)

Kebencian,,,warna yang selalu mengikuti beberapa hari belakangan ini, awalnya terkaget-kaget juga karena lama saya tidak merasa dibenci seperti ini, sampai saya menduga duga orang yang membenci saya ini mencoba membuat diri saya seperti yang diinginkannya, seperti perang psikologis. Namun setelah sekian lama berjalan, saya merasakan ada sesuatu dibalik kenapa ada orang begitu membenci saya. Ada persamaan antara benci dan cinta, yaitu perhatian dan fokus dengan orang yang sama, bedanya yang satu dengan tawa kalau benci mungkin dengan air mata. Jadi saya malah menikmati kebencian itu, terlepas apakah dia benar-benar membenci saya atau hanya pura-pura.

Kadang saya terlalu bosan ketika hidup dibidik dengan scope itu-itu saja, tidak terlalu menantang pikiran untuk bergerak. Memang benar, tawa, bahagia membuat kehidupan begitu nyaman, namun dengan benci dan kepedihan kualitas bahagia begitu indah di mata saya. Jadi apa yang ingin saya katakan adalah, apapun kondisi kita hari ini, perih, bahagia, sedih, tawa, bahkan benci hingga ubun-ubun kepala, jujur saya bisa menerimanya. Awalnya memang ada sentakan, tapi seperti Gede Prama bilang ia akan segera menghilang dan kembali tenang.

Kalau hari ini ada yang masih membenci saya, saya ucapkan terima kasih atas sebentuk perhatian, tidak menjadi masalah untuk membenci saya selama itu ada di dalam ranah hati, karena apapun bentuknya ia sebenarnya wujud cinta. Syukur-syukur kalau benci itu bisa menyublim menjadi cinta atau kasih sayang. Sebab kalau tidak, sama saja daun yang menguning namun enggan terlepas dari tangkainya, awan yang menjadi mendung namun enggan melepas menjadi hujan. Mungkin ini yang dinamakan bibit penderitaan, semoga tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar