Rabu, 04 Februari 2015

kemana melangkah ? antara 0 sampai 10


bukankah kita terlalu disibukkan dengan apa yang melekat diraga?
sampai kita tak belajar kemana tujuan kita?tujuan sejati bukan tujuan nisbi
dan saat kita tergopoh gopoh mencari apa, tak berdaya dengan sebutan angka
hati kita, otak kita, perilaku, ego dibombardir dengan angka yang tak tahu asalnya

saat lahir, tak satupun yang melekat semua artifisial semua terasa alami
kita kehilangan itu sehingga tujuan hidup hanya dipetakan oleh angka 0 sampai 10
yang 10 bermakna sukses, yang satu hanya awal, merangklak menuju 10, dan itu hidup?
bukankah menggelikan ketika kesadaran angka mendominasi kesadaran nurani yang telah kehilangan tempatnya
akhirnya kita menyangka dan mendidik diri sendiri, hidup adalah urutan linier angtka 0-10

kita tak sanggup percaya bila hidup hanya berupa bulatan kecil
tak percaya kalau keberhasilan tidak harus berurutan
kita terlalu sibuk mematut diri dengan sematan yang tak pasti
kita tak sanggup untuk mengelak hanya usia yang linier, berurutan, bukan hidup itu sendiri 
kita terlalu sibuk untuk memaknai hidup adalah kemelekatan dan takut untuk kehilangan

saat usia beranjak dengan angka yang makin besar, saat kesadaran akan panggilan genta makin nyaring terdengar, kita tersadar kesalahan menyiakan waktu hanya untuk raga bukan jiwa
kita menangisi kehilangan waktu yang berharga, kita terlalu dinina bobokkan dengan prasangka
diakhir perjalanan kita tahu angka 0 tidak mewakili nista, 10 mulia, karena kesadaran terbuka yang kita sangka 10 adalah puncak segalanya, ternyata bentuk lain dari angka yang kita nista sebelumnya

bukankah kehidupan itu bulat adanya? seperti angka 0, semua terpusat dan berjarak sama, tak ada yang lebih tak ada yang kurang, tak ada yang tinggi atau rendah, semua memiliki jarak yang sma dari pusatnya, mirip saat kita berjalan lurus ke barat sejauh-jauhnya akan  kembali di tempat yang sama dari arah timur. Hidup demikian juga, sejauh-jauh berjalan, kita akan kembali ke tempat yang sama ketika kita berawal, kita melangkah jauh hanya untuk ke btempat yang sama. Kita dinilai sukses bukan seberapa jauh, bukan seberapa banyak, namun seberapa berkualitas perjalan hidup kita.
Mirip seorang yang liburaj, bukan seberapa banyak oleh-oleh yang dibawanya (karena akan menjadi beban), namun kualitas liburan itu yang menentukannya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar