Sabtu, 14 Februari 2015

ketika berlalu



ketika berlalu, sang waktu menemuiku dan menyapa dengan satu kata : bisa?
aku hanya menggeleng tertunduk dan hanya bisa bergumam, harus bagaimana?
waktupun mendekap dan membisikkan: mau aku kasih mantra rahasia
tentang apa , kataku. Tentang bagaimana mendekap hidup tanpa derai air mata
bukankah itu bagian dari perjalananku, ada sedih-gembira, terus untuk apa?
waktu tersenyum simpul, apakah kamu bisa menerimanya?
aku menggteleng, kadang tidak, kadang pasrah menemaniku
waktupun mendekat ke telingaku : hidup hanya bisa mengangguk
aku tak mengerti maksudmnu?
sedih-gembira, tawa-tangis memang bagian perjalanan hidupmu
berusahalah menerimanya seperti tamu terhormat, salami dengan takzim
terasa sakit awalnya, tapi percayalah dengan penghormatan padanya
itu cara untuk memahami kehidupan yangs ebenarnya, dan ia akan datang pergi kemudian berlalu

aku mengangguk-angguk, lantas apa mantra rahasiamu?
sang waktu membisik: merendah serendah rendahnya
itu saja? waktu tersenyum mengangguk
lantas apa lagi? kataku
satu hal katanya: ketika merendah jadilah lautan, bergeraklah kemudian menjadi awan
saat menjadi awan bersiaplah menjadi mendung, dan saat itu jangan enggansegera  menjadi hujan
lantas,,bagaimana dengan matahari? tanyaku
matahari, embun, angin adalah sahabat yang menemanimu, ia mewakili keikhlasan
belajarlah kamu padanya, karena mereka mahluk yang tahu bagaimana belajar merendah
bagaimana belajar mengubah cinta jadi kasih sayang
kalau tentang dirimu, aku bertanya
hmmmmm,,,waktu tersenyum, ketika engkau berada di ujung sunyi
kamu akan menemukan diri sejatiku
dan,,ia pun berlalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar