Sabtu, 06 November 2010

pesan dari langit

hujan,,,begitu deras mengguyur tuban beberapa hari ini
langit hitam dari laut jawa terlihat pekat
saat kupandang dari balik jendela
seolah membawa pesan dari sana
kalau sang aku sedang mengirim berita
lewat tetes air hujan yang butirannya seperti air mata
membawa bahagia atau kesedihan, entahlah,,,
karena hanya dingin yang terasa
merambat dari benak hingga dasar palung terdalam
bernama kesadaran dan kenaifan

hari ini ada sahabat yang memaksaku bertahan
hingga tengah malam ditengah hujan deras
di sebuah gubuk reyot ditengah hamparan tambak
hanya untuk mendengar tentang makna spiritual hidup
saat hidup mengguncangnya dengan limpahan materi
dan akhirnya bertemu dengan ruang yang bernama
kekeringan,,,
saya tahu sahabat ini sedang mencari cahaya sejati
ketika seluruh hidupnya di bombardir cahaya artifisial
ketika kehidupannya diisi dengan keindahan namun tak membeningkan

saat di puncak karirnyalah dia mengalami kehilangan makna
ketika dengan suatu peristiwa
batinnya terkoyak, hingga bertanya
apa hidup yang sebenarnya
percaya apa tidak,,,seluruh karir yang dibangun bertahun-tahun
dengan kerja keras hingga mencapai puncak
dikalahkan oleh hujan
yaaaa hujan,,bukan hujan deras, hanya hujan
seluruh unit usaha yang dibawahinya
anti klimaks,,,

"wing,,,saat manusia sedang dan akan dipuncak
yang diperlukan sebenarnya bukan kepintaran
yang dibutuhkan hanya kerendah hatian
sebab saat disana, dirimu akan menjadi orang paling kesepian
satu-satunya teman yang jujur untuk diajak dialog
hanya Tuhan,,,
itu yang tidak aku lakukan"
sahabat saya bercerita,
"maka belajarlah hari ini untuk menakar hati
untuk memperhitungkan probabilitas yang bernama ke-Esaan
ini bukan sekedar wacana, retorika, dogma atau apapun istilahnya
ini jalan yang harus dilewati saat dirimu diperkenankan Tuhan
untuk memberi pendar cahaya buat sesama, dirimu bukan cahaya
dirimu hanya pendarnya, maka sederhanalah sikapmu dengan merendah"
"aku telah alami buta, saat cahaya itu menyilaukanku'
kalau hari ini kita berhadapan, aku hanya ingin bilang
kelak saat dirimu disana, di puncak tertinggi
tetaplah seberat besi hingga dirimu masih membumi
jangan jadi seringan kertas, karena saat tertiup angin
dirimu terbang tanpa tahu, kemana arah yang dituju
saat pesan dari langit tiba, terhempas dan terkoyak adalah pilihan utama
dari pada berkalang tanah
"jadi, yang kamu maksud pesan dari langit itu hujan"aku bertanya
"yaaa, pesan itu dikirim agar dirimu memahami"
"maksudnya??"
"carilah sendiri makna itu"
"uhhhh...."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar