Jumat, 27 Desember 2019

Retrorika

Retrorika
Karena pemahaman yang bersimpang mirip perempatan,  kita mengayuh asa dengan tidak legawa,  saat kamu menakar hidup dengan harga,  aku memulainya dengan keikhlasan semata.  Saat kamu melihat kehidupan harus mengumpulkan gemerincing pundi dan harta,  aku berusaha tak menyisakannya .

Jadi kemana arah berjalan jika kamu ke Utara,  aku buta kesana.  Aku merasa ke barat,  kau bilang itu bukan jalan yang nikmat,  mestinya kita ke timur,  namun mata wadag ku bilang itu jalan yang lamur. 

Ahhh susahnya ketika pertikaian pikiran hanya menghantui setiap perjalanan yang ujungnya toh kita semua tahu,  ada di titik resonansi sebelum tubuh kita lenyap menjadi energi.  Saat aku cerita itu, tampak ketakutan memenuhi bola matamu seolah hidup bergerak dalam frame lambat. 

Akhirnya aku hanya menakar hidup dalam titik titik cahaya,  dan kau menakar dalam benda,,,,, bukankah lengkap sudah,,,,, hidup yang kau inginkan tapi semu di mataku,,,,,, 
#jalansunyi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar