Kamis, 07 Maret 2019

Citizen jurnalism

Citizen jurnalism
Saya tidak paham awal pembuatan sosial media seperti FB, twitter, WA dsb arahnya kemana,  sebab pembuatnya rata2 orang barat yang memang dikenal individualism.  Mungkin karena hal ini sehingga platform nya dibuat untuk menghubungkan silaturahmi sekaligus berbagi informasi dari keluarga, teman dekat. Sebab kita tahu semenjak duduk di bangku kuliah rata2 mereka sudah pisah dengan ortu nya.

Namun siapa sangka saat jejaringnya sudah mendunia sehingga ada istilah  WWW;  world wide web (padanan indonesianya jejaring jagat jembar alias JJJ dan akhirnya geje 😁)  efek silaturahmi yang dulu ingin dikenalkan seorang bernama zuckerberg dkk mirip angin sepoi2 berubah menjadi puting beliung,,,, kata orang Jawa ngedab2i. Jejaring dunia maya berubah menjadi gerakan moral beserta efek sampingnya,  sehingga informasi yang beredar begitu masif,  tidak hanya individu yang ditelanjangi secara terbuka,  pemerintahan yang korup dan otoriter terimbas juga sehingga ada beberapa negara melarang twitter.

Ingat bagaimana amerika kehilangan muka saat seorang bernama Julian
Assange dengan wikileaks-nya mengeluarkan dokumen sensitif yang anginnya sempat berimbas ke Indonesia juga (saat itu kita berusaha menangkis info itu mirip menangkis angin, hingga akhirnya masuk angin).

Sampai2 konon beberapa negara  dijatuhkan oleh gerakan netizen(istilah untuk menyebut warga dunia Maya) semisal beberapa daerah di timur tengah seperti Mesir , Irak,  Libia dsb. Sehingga "menguasai" sosial media adalah cara membuat sunyi warga negaranya.  Namun apa daya gelombang informasi yang di bungkam se-erat apapun ia mengalir deras,  sehingga strateginya adalah dengan meng-counter informasi dengan membuat informasi palsu alias hoax yang saat ini ramai berseliweran di medsos Indonesia.

Efek hoax ini begitu merasuk,  sampai ada gerakan anti hoax yang kadang diproduksi oleh pusat hoax,,,,,, 😁😁, karena pada saat mencapai ketinggian tertentu hoax yang disebar malah menjadi paradoks dan merugikan pembuatnya.

Sosmed yang semula adalah ajang silaturahmi dalam kelompok kecil,  berubah menjadi gerakan politik yang melibatkan warga dunia maya mulai dari isu lingkungan,  pendidikan, ketimpangan,  dan exploitasa alam. Hari ini setiap orang punya hak untuk bicara apapun dari hal yang remeh2 hingga yang berat. Keterbukaan ini membuat ada sebagian orang berniat jahat dengan mencuri data pribadi,  melakukan penipuan baik perorangan hingga organisasi.

Sungguh sosmed hari ini,  sunyi di darat tapi ramai di angkasa,  tanpa pemakaian yang bijak, kita, keluarga,  anak2 kita yang masih belum ngerti efek samping sosmed akan ditelanjangi habis2an. Jadi saya kadang suka kuatir saat mereka bersosmed tapi mengindahkan tatakrama sebagai seorang netizen.  Sehingga citizen jurnalism  yang awalnya baik,  berubah menjadi dracula jurnalism (iki istilahku dewe,,,,)  merujuk informasi dan status yang dibuat netizen malah membuat kita naik darah,,,,, 😁😁😁
So,,,,, be wise bersosmed, lindungi anak2 kita dari intipan predator jurnalism (iki yo istilahku dewe maneh,,,,), karena tidak semua keterbukaan baik bila akhirnya malah menelanjangi kita untuk dilihat semua orang,  mirip ikan dalam akuarium, mulai minum sampai eek aja kelihatan,,,,,, 😄

Tidak ada komentar:

Posting Komentar