Kamis, 15 Maret 2012

Topeng


Kemarin, masa lalu, seperti lembaran kertas yang menjadi buku dan berisi jejak terpahat sehingga paling suka untuk dilihat . Ada banyak kenaifan disana sehingga tak pelak selalu menimbulkan tawa sekaligus trenyuh. Yaa,,,ketika jati diri dicari esensinya apa, saya sering sekali tertipu dengan hal yang awalnya dikira "emas' namun ternyata hanya kepalsuan. Sering bertemu dengan segala hal yang memanjakan raga namun setelah jauh berjalan isinya hanya kepedihan.Namun buat saya itu hanyalah sebuah jejak, bisa mengerti yang "asli" setelah bertemu banyak kepalsuan. Bisa mengerti ini nisbi setelah mengira ini sejati. Bisa bertemu dengan kegembiraan setelah mengalami bahagia artifisial. Tahu makna kesedihan karena bertemu banyak keindahan semu. Buat saya ini indah, dan memperkaya jejak kehidupan untuk dijadikan lompatan spiritual ke depan, bahwa kebahagiaan paling sejati ada dalam diri, di dalam sini bukan dicari diluar. Itu kesimpulan saya setelah bertemu banyak kebohongan, kepalsuan, keindahan semu.

Bukannya sok tahu, hanya trenyuh melihat sahabat-sahabat saya masih saja berkubang dengan hal yang sama. Bukannya ke tepi untuk "mentas" malah saya lihat makin asyik dengan permainan yang banyak menguras air mata. Bergerak dengan topeng palsu dan menghindari kesedihan hanya menunggu waktu untuk tiba di kepedihan yang lebih besar, itu yang saya lihat. Trenyuh karena waktu yang berjalan begitu cepat hanya digunakan untuk hal yang bersifat memanjakan raga.
Tidak ada jaminan saya tidak akan bertemu kepalsuan lagi, karena di satu sisi wajah naif saya gampang sekali untuk "ditopengkan". Bukannya tidak tahu, kadang malah lebih dulu tahu kalau akan difetakompli sehingga demi memberi kepuasan rela "terkorbankan". Apa saya sedih? hmm,,,sesungguhnya bahagia bisa memberi mereka sedikit kepuasan ego, daripada memberi nasehat yang berujung pada makian. Kadang saya juga rela menjadi keranjang sampah persoalan yang berujung pada cacian hanya sekedar memberi kelegaan sementara, dari pada mereka lari pada hal yang tidak-tidak. Sehingga tidak jarang memanggul kesedihan yang mereka tinggalkan. Buat saya itu tidak seberapa.

Jadi,,,sampai pada batas tertentu kadang saya kangen untuk dikorbankan, dijadikan tumpuan kekesalan, jadi sasaran tembak atau sumpah serapah seluruh kebun binatang dengan harapan setelah itu mereka lega. Apa daya hanya itu yang bisa diberikan, sebab untuk memberi nasehat saya bukan guru kehidupan, malah masih nyadong ilmu sama Gur Pan. Hanya saat terlampau sarat beban itu saya panggul, tiba-tiba menjadi cengeng dan menangis. Yaa,,,karena dalam sekelebatan bisa tahu dimana mereka nanti di masa depan. Nelangsa karena mereka bergerak dan berputar dengan masalah yang sama. Paling menakutkan saat awalnya mereka memakai topeng hanya sekedar permainan namun akhirnya menjadi wajah asli yang susah dilepaskan. Jujur saya menyayangi sahabat-sahabat saya yang lelah mencari kebahagiaan dan mencoba melepaskan topeng ini. Namun itu terlampau susah ketika topeng itu terlepas, tidak siap untuk menerima cahaya. Jadi mereka lebih nyaman berlindung dengan topeng itu. Saya sedih dan menangis, karena buat saya itu absurd. Sampai kapan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar