Minggu, 11 September 2011

mereka-kah yang akan memimpin masa depan?


Siang kemarin saya bertemu dengan seorang pengusaha bercerita tentang usahanya yang sekarang mulai di handle anaknya yang baru berumur 24 tahun. Ada keberanian sendiri untuk mengelola usaha yang jumlahnya tidak sedikit untuk disuksesi pada anaknya yang nota bene masih muda. Tapi beliau bilang sudah waktunya memberi kesempatan meskipun ada bagian tertentu masih ditangani. Saya tertarik karena usia muda jarang sekali diberi kesempatan untuk memegang jabatan strategis di tengah persaingan yang makin ketat, namun saya tahu putra beliau cukup mampu karena kebetulan saya mengenal mereka semenjak masih kecil.

Apa yang ingin saya sampaikan adalah hari ini puncak strategis di sebuah organisasi seperti perusahaan sudah dipimpin anak-anak berbakat usia muda dengan rentang 25-30 tahun. Rata-rata jabatan managerial telah dipegang sejak usia 24-25 tahun dan mereka memang cukup berbakat . Sempat saya mengenal mereka, yang membuat saya kagum, dari sisi kematangan hmm,,,fantastik usia biologis mereka memang muda tapi usia mental mereka cukup dewasa dan bukan mental artifisial. Jadi memang tidak diragukan lagi, dengan usia muda, tenaga masih fresh, daya tempur mereka cukup menggila, pekerja keras namun santun. Jadilah mereka membawa organisasi untuk melesat ke depan.

Lima tahun yang lalu saya membaca sebuah artikel, dikatakan kalau sampai usia 40 tahun belum mencapai jabatan managerial disarankan untuk keluar saja dari pekerjaan untuk merintis usaha baru karena lima tahun yang akan datang sebuah orgnisasi akan dipimpin orang matang berusia 30 tahun-an, dan ini menjadi kenyataan. Hari ini mereka yang lima tahun yang lalu masih duduk di kawah candradimuka, mulai memimpin organisasi dengan hebat, kreatif dan santun, sangat elegan. Saya percaya merekalah yang akan memimpin masa depan, membawa masa depan dalam perubahan yang signifikan.

Dilain pihak, saya menjadi masygul karena banyak teman-teman mereka di usia yang sama hari ini masih mencari jati diri, menempelkan diri dengan kemajuan modernitas yang berujung pada hedonis, mencari diri mereka di cerukan materialistis yang tak berkesudahan. Sibuk dengan model gadget, pakaian, style terbaru sehingga akan merasa ketinggalan jaman bila tidak mengikutinya. Saya tahu anak-anak muda yang sekarang duduk di puncak cukup modis, sering nongkrong di mall sekedar "hang out". Tapi mereka disana bukan sekedar melepas mata lelah tapi mencari peluang bisnis yang bisa ditangkap dari "teman-teman" mereka. Banyak tempat nongkrong seperti cafe, tempat minum kopi berwara laba di mall, butik, yang sering didatangi "teman" mereka yang haus jati diri setelah dirunut adalah milik anak-anak berbakat itu. Mereka menangkap peluang disana. Saya kadang menyebutnya dengan "kanibalisme generasi". Ironi,,,?bukan,,,ini namanya konsekwensi,,,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar