Jumat, 09 September 2011

Mencari Jejak Tuhan


Malam baru saja masuk di pertengahan saat saya terdampar disudut alun-alun kota tuban. Lampu-lampu yang bertebaran disemua sudut menghasilkan eksotisme sendiri buat kota kecil ini. Disudut sebelah selatan, penarik becak rela antri dengan sarung yang menutupi tubuh demi sekedar kehangatan yang memang hawa malam itu begitu dingin. Malam bulan syawal begitu banyak peziarah lalu lalang, dari selatan dan utara wajah-wajah lelah namun lega begitu khusuk menghampiri sebuah gang kecil dimana terletak makam Sunan Bonang, salah satu wali 9 penyebar agama islam di Jawa.

Setahu saya para peziarah datang dari berbagai penjuru pulau Jawa, terlihat dari plat nomor luar kota. Wajah-wajah lelah setelah menempuh jauh perjalanan menjadi wajah ikhlas dan gembira begitu turun menyusuri alun-alun sejenak rehat di masjid Jamik Tuban, ada semacam panggilan spiritual nampak dari wajah yang kebanyakan telah keriput itu. Entah kenapa melihat mereka saya seperti ditarik ke belakang saat pencarian akhirnya berhenti disebuah persimpangan. Yaa,, dikatakan persimpangan karena untuk sampai kesana banyak energi dan air mata yang keluar. Saya bisa lihat, betapa wajah itu sebenarnya mewakili saya dan banyak ribuan orang yang hari ini mencari sekedar kedamaian jiwa, mencari ketentraman hati namun salah menyasar entah kemana.

Lusuh karena capek perjalanan namun tulus, itu yang saya tangkap dari mereka, sekilas ada semacam kedamaian jiwa, hati seperti telah menemukan jejak Tuhan disana. Seolah ini seperti perjalanan terakhir sebelum menemui Sang Maha Sunyi. Ketentraman yang tidak bisa diurai kata-kata. Saya seperti merasa bersalah karena sekian tahun di Tuban, telah ratusan kali mungkin sekedar "hang out" di sudutnya, tak pernah sekalipun masuk kesana. Sedangkan mereka datang dari jauh karena ada semacam panggilan hati untuk menemukan jejak kedamaian disana, ada semacam daya tarik spiritual yang mengharuskan mereka untuk sebisa mungkin menemuinya.

Ironis,,,ketika kedamaian dan ketentraman hati dicari-cari di ruang bernama hedonis, dengan ongkos yang tak murah, malam itu saya melihat sesuatu yang teramat sederhana, ketentraman yang diperoleh dengan menemukan "jejak" Tuhan dengan ziarah pada makam Sunan Bonang. Jujur saya iri dengan apa yang telah mereka temukan, jujur dihadapan wajah-wajah lusuh namun damai, saya minder. Mereka telah "bertemu" namun saya masih "mencari" entah sampai kapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar