Rabu, 02 Maret 2011

jejaring itu bernama kehidupan


Saya awalnya tidak percaya hidup ini seperti jejaring yang teramat luas dan saling bertautan, karena tetap saja individu yang berperan dalam setiap momen dan saling terpisahkan. Saat saya batuk-batuk di negeri bernama indonesia, apa pengaruhnya dengan kehidupan pinguin di kutub utara, atau kehidupan ikan paus di selatan benua amerika? mustahil kalau itu berpengaruh langsung dan kecil kemungkinannya untuk mempengaruhi mereka. Yaa,,,dengan jejaring yang teramat luas, kecil sekali untuk memotret pengaruh itu dalam skala yang bisa dilihat dengan mata biasa.
Namun saat kita berbicara tentang sebuah tali yang bernama silaturahmi,,,maka magnet itupun menjadi sesuatu yang bisa tergambar dengan jelas,,,teramat jelas

Kapan matahari itu terakhir berkata
aku terlalu penat dengan tugas ini
ijinkan aku Tuhan hanya 5 menit saja
untuk menutup mata
rasa kantukku tak tertahan
setelah ribuan tahun
menatap jagad semesta

Kapan embun itu terakhir berkata
untuk esok hari yang cerah
aku enggan mengguratkan kesejukan
di setiap helai daun yang ada
karena terlalu remeh memang kerjaku
untuk dipandang sebelah mata
oleh keserakahan yang bernama
ego dangkal manusia

Kapan terakhir angin berkata
aku ingin rehat sejenak
untuk tidak menemani awan melanglang
tak menemani pucuk daun bercengkerama
menyapih hujan untuk selalu ada dimana-mana
sebab terlalu berat
saat kehidupan, hanya tunduk pada ia
bukan padaMu sang Maha

saat matahari berhenti memancar
saat embun luruh dari tahtanya
saat angin kehilangan candanya
dirimu akan tahu
makna cinta mereka yang sebenarnya
bahkan ketika semua menjadi terlambat
rasa kehilangan itu
hanya kata yang tercekat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar