Senin, 20 Desember 2010

Yang terhormat Saya

Pengalaman hidup saya telah menghantarkan pada sebuah pemahaman kalau sebuah persahabatan yang ujungnya hanya mencederai ketulusan, rasanya seperti harakiri, tidak saja menyakiti diri sendiri, tetapi semuanya. Entah kenapa sejak lama saya agak skeptis dengan nilai persahabatan, bukan karena tidak percaya, namun selalu dihantui dengan apriori siapa memanfaatkan siapa. Trauma mungkin, karena sejak kecil, apapun semua saya pendam sendiri.

Jadi kalau saya ingin meminta sahabat untuk sekedar mendengar ocehan saya,,,mesti harus berputar-putar karena tidak ingin membebaninya dan beranggapan mungkin sahabat saya juga lagi membawa beban yang tidak ringan, ujungnya sebuah permintaan maaf telah berusaha membuatnya repot. Akhirnya saya menyimpulkan sendiri kalau semua permasalahan memang harus berujung diam tanpa perlu seorangpun tahu. Dari sana saya makin akrab dengan sunyi, diam dan menghibur diri kalau itu semua hanyalah bahasa Tuhan. Entah asumsi saya ini karangan belaka atau memang ilusi diri sendiri, yang jelas saya tidak percaya persahabatan melebihi penghormatan pada diri sendiri. Tidak percaya pengorbanan kepada orang lain tanpa tendensi. Yang benar adalah sintesa siapa memanfaatkan siapa.

Itulah sebabnya saya teramat mengakrabi sahabat yang bernama pengkhianatan, karena seringnya menjadi korban. Saya sangat percaya untuk mencapai keheningan perlu ketulusan. Dan ini titik lemah yang menjadi bulan-bulanan untuk dimanfaatkan siapa saja karena terasa naif akhirnya mereka melihat saya. Persis seperti menembak bebek lumpuh. Terlalu sering itu dilakukan sehingga entah kenapa saya kehilangan rasa sakitnya.

Itulah yang akhirnya menyadarkan saya mengapa banyak orang masih "mencari" cinta sejati, cinta yang sesungguhnya, namun gagal menangkap esensinya karena jarang untuk belajar ketulusan tanpa kuatir dimanfaatkan. Mereka selalu meminta untuk dicintai dengan ketulusan namun gagal untuk mencintai diri sendiri dengan ketulusan juga. Ujung-ujungnya adalah kesakitan dan menyakiti. Jadi saya makin percaya yang namanya persahabatan sejati, sebenarnya hanya ilusi dari egoisme diri, keinginan alam bawah sadar. Itulah sebabya, hari ini saya ragu dengan semua bentuk ketulusan. Karena tanpa sadar di dada setiap orang tertulis Iam Very Important Person, orang lain You are very Impotent Person.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar