Minggu, 28 Agustus 2016

"Selamat jalan prof"

Pagi tadi saya terima kabar duka, profesor pembimbing skripsi saya di Brawijaya berpulang. Beliau seorang ahli genetika yang mumpuni di bidangnya. Beruntung sempat dibawah bimbingannya dulu,yang mengotak-atik proses pembuahan untuk memperoleh galur murni. Banyak kenangan saya saat di bimbing almarhum,diantaranya tentang filsafat hidup dari pemahaman ilmu genetika. Sejujurnya saya agak kedodoran waktu itu hingga penelitian yang memakan waktu lebih setahun berujung pada lambatnya kelulusan sehingga harus masuk 10 besar dari belakang dari satu angkatan, namun ini sepadan.

Kehidupan memang terus berlanjut,usia makin merenta,namun manusia selalu mencari cara untuk hidup abadi. Penemuan tentang cara sel membelah pada proses mitosis,menjadi dasar pencarian itu dimana sel memiliki alarm alami yang bergerak mundur perlahan untuk bisa memastikan sel itu mati.

Keinginan manusia hidup abadi sesungguhnya berangkat dari pemahaman tentang kematian itu sendiri yang akhirnya berpacu dengan waktu berlomba mencari cara memperlambat sel menua. Namun apapun itu,ilmu yang dipahami mungkin belum mencapai kesana. Ini juga yang akhirnya harus disadari hingga profesor Rustija wafat dengan batasan ilmu yang dipelajarinya.

Selamat jalan prof,semoga semua ilmu,amalan Anda diterima olehnya,hidup memang harus bisa memberi arti,jika tidak,kematian tidak hanya sebuah pertanda kehidupan apa yang telah dijalani,namun juga terminal waktu untuk perjalanan kehidupan abadi hal yang sangat di cari di dunia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar