Selasa, 05 Desember 2017

Melukis pelangi, menunggangi ombak

Melukis pelangi, menunggangi ombak

Kadang kehidupan memang menyisakan dikotomi yang datang dan pergi. Ada tawa hari ini, esoknya tangis, bahagia pergi, duka menghampiri. Ini mirip melihat hujan gelap dan disana ada pelangi. Pelangi yang indah selalu berbarengan datang dengan deras hujan. Demikian juga, ombak tinggi yang bisa menghempaskan perahu malah jadi berkah untuk peselancar. Artinya hidup selalu berhubungan dengan hal diatas. Bagi jiwa yang telah berhenti mencari, kehidupan yang naik turun awalnya begitu menyesakkan, namun semakin berlalunya waktu, itu adalah sebuah cara untuk mendidik diri ini memahami tidak ada yang buruk, semua baik.

Tinggal, apakah kita menjadi hujan gelap atau pelangi, menjadi perahu atau peselancar. Semua tergantung dari cara berfikir kita. Mudah diucapkan tapi sulit dilaksanakan, perlu belajar lama untuk sampai kesana, perlu keikhlasan dan rendah hati. Jadi jika saya merasa sedih, akan saya bayangkan menunggangi ombak mirip peselancar, butuh keseimbangan awalnya, namun begitu terbiasa, kesedihan adalah cara untuk membuat jiwa sekuat baja, seolah kesedihan adalah vitamin jiwa.

Kadang saat kesedihan datang, suka bayangkan melukis pelangi di kanvas hujan gelap, dengan warna mencolok seperti memberi kedamaian. Karena seyakinnya hidup adalah keseimbangan, yang baik pasti baik, yang buruk juga baik.

Saat sampai disana, tak ada yang bisa diucapkan selain terima kasih karena semua sudah sempurna,,,😊

Tidak ada komentar:

Posting Komentar