Minggu, 26 April 2015

waktunya menepi



Saat kecil seumuran anak SD kelas 3, setiap anak pasti ditanya gurunya cita citanya apa, selalu beramai ramai bersahut sahutan, ada yag ingin jadi dokter, pilot, tentara, guru, insinyur. Dengan keterbatasan informasi saat itu, anak sepolos saya saat itu selalu menyebutkan hal diatas, tidak ada yang lain. Saat beranjak SMP, cita cita pun beralih, malah pingin jadi pemain band, seperti the police, sexpistols, beegees, atau godbless, pemusik yag tengah berjaya saat itu, karena kelihatan keren. Begitu bisa merasakan aura kehidupan SMA, saya malah pengen jadi pendaki gunung, karea referensi kesana lagi gencarnya wanadri, ujungnya satu kelihatan keren. Namun seperti hidup yang lebih bicara realita  akhirnya kesasar di kampus yang nengurusi ikan, hal yang awalnya di tolak karena bukan pilihan sendiri tapi teman, sebagai pilihan ke 2. Dulu memang ada kesepakatan dengan " geng" saya, pilihan 1 ditulis sesuai keinginan, namun pilihan kedua, ditulis oleh yang lain. Apa daya pilihan teman yang masuk, yang seiring waktu malah menyukai pilihan ini.

Masuk dunia pekerjaan, makin menyadarkan diri ketika lelah bertarung hanya untuk sebuah pilihan semu, setelah terbentur sana sini, membawa pertanyaan sebenarnya apakah ini pilihan hidup, entah kenapa saya melihat cita cita yang keren adalah menjadi petani. Karena petani teramat bergantung dengan keikhlasan berhubungan dengan alam, perniagaannya langsung dengan sang hidup. Entah itu petani padi, petani ikan, petani udang, setiap benih yang ditebar selalu mengandung kebaikan, menebar benih kebaikan,,,buat saya itu teramat elegan, cool,,,. Bayangkan para petani berniaga langsung dengan kehidupan, dasarnya bukan siapa yang paling diuntungkan namun siapa yang saling mengikhlaskan.

Berkaca dari hal diatas, mungkin saya harus menepi dari hiruk pikuk pencapaian yng membuat jiwa ini lelah, setelah disibukkn dengan perniagaan sesama yang terkadang mengabaikan etika dan nurani, saya malah ingin kembali ke awal, ingin menjadi petani, pekerjaan yang menurut saya keren,,,

Sabtu, 25 April 2015

waktu


waktu, mungkin hanya itu yang tersisa buat kita
setelah semuanya berjalan melewatinya
bukankah awal dan akhir baginya(waktu) hanya permainan indah
itu seperti menjentikkan jari dan tiba-tiba diri ini tersasar
betapa menggelikan saat semua kita cari tanpa henti
kepuasan, kebahagiaan, semua yang menguji raga
setelah tiba disana, kamu liat ia(waktu) tersenyum
seperti membodohi kita dengan berkata:
semua itu hanya akan menyiakan dirimu dalam tanya kenapa?kenapa,,,
kenapa ini hanya berujung pada,,,dan kita bergumam tak mampu meneruskannya

Waktu hanya tergelak,,,terlalu menggelikan bukan,,,bahkan aku mulai bosan, katanya
aku telah berjalan ribuan kali hanya untuk menyaksikan episode yang sama,,,datar
namun hanya denganmu aku merasakan beda? beda?..kataku
yaa,,kamu melangkahiku seolah dirimu adalah sang punya,,,dan aku biarkan
hanya untuk tahu sampai dimana itu,,,dan kamu tahu,,aku terkesima,,,
terkesima kenapa? akhirnya ini episode yang aku terlena, katanya
maksudnya?tanyaku
kamu menangis, kamu tertawa di sepanjang liku diriku, aku biarkan, waktu menerawang
karena aku tahu akan berakhir dimana itu, namun ini beda
ketika tiba diujung kewarasan raga, engkau malah tertawa,,,,

aku tak tahu maksudmu wahai sang pengembara hidup
aku bukan pengembaras, waktu bergumam
aku hanya saksi kepedihan manusia, hanya kamu beda
berkali-kali engkau berkata beda tanpa tahu maksudnya. kataku
hanya satu-satunya manusia telah mengelabuhiku, engkau bermain begitu indah
tangisanmu menyayat ketika aku memberimu luka
tawamu bak memecah malam saat bahagia memelukmu
kamu tahu, aku memandangmu dengan sebelah mata
nmun aku terkesima saat melihat kedalaman dirimu
engkau menangis sebenarnya tertawa, tertawa malah menangis
ilmu apa ini, ribuan tahun aku lalui baru ini yang tak kumengerti

aku hanya tersenyum : hanya itu yang tersisa untuk ku punya
siapa?siapa yang kau maksud?waktu bertanya
hanya dirimu wahai sang waktu, yang meletakkan maapku di pangkuanmu
hanya dirimu yang meletakkan tangis dalam tawa dan sebaliknya
dan hanya dirimu yang membuat embun, matahari hujan,awan dan angin
menampakkan wajah aslinya,,,,aku makin tak mengerti, katanya
wahai sang waktu, hanya kamu satu-satunya yang bisa mendekatkan cinta
dalam bingkai kasih sayangNya, dan itu cukup bagiku
(entah kenapa tiba-tiba waktu meneteskan air mata)

Jumat, 17 April 2015

hujan pagi


Pagi mungkin tak akan pernah menyesali bila matahari tak nampak di singgasananya
seperti galau yang berujung pada mendung namun kelembutan hati masih terjaga
ini bukan sekedar melampaui rindu yang tertahan dikelopak lantas bulir air mata nampak
ini hanya mencoba menghayati mendung yang datang di pagi,,,bukankah ini terlalu dini
hujan di pagi hari bukan hal terbaik untuk dinikmati, biarkan intuisimu mengalir menjauh dan lena
bukankah hujan hanya akan mendekatimu dengan keniscayaan cangkir kopi panas
asap yang mengalir terhirup seperti meyakini DNA mu kalau ini adalah hidup
dan tatkala hujan benar-benar tak memberimu kesempatan buat menghela nafas
gumammu: pagi, hujan, kopi hanya sedikit keindahan yang aku lewati dengan anggukan