Rabu, 04 November 2015

kata kita


Lama saya tidak menyambangi blog ini, tiba tiba ada hal yang dikangeni, ingin kembali merasakan betapa gemetarnya jarti ini mengikuti apa yang ada di benak yang berlalu begitu cepat. Sesiang tadi tiba-tiba keinginan itu muncul setelah sebelum-sebelumnya hanya vakum merasakan kekosongan. Kenapa hal itu terjadi? karena beberapa hal diantaranya Gurpan dulu pernah bilang : broken wing,,,kelak kamu akan menyadari jika kata-kata hanya akan menjadi penjara pikiran. Kalau kamu tidak bijak, kata-kata hanya sebuah alat yang akan menjauhkanmu dari hakikat yang sebenarnya. Waktu itu saya gak mudeng hanya melongo,,,kenapa bisa begitu Gur,,,? Broken wing,,pencarian kesejatian, jalan sunyi, itu tidak memakai kalimat, aksara dan kata-kata, ia hanya perlu diam dan terus berjalan. Saya pusing mendengarnya.

Namun entah ini kutukan atau apa, perjalanan hidup membenarkan itu, kata bisa mengaburkan makna dan tidak lengkap menguraikan makna secara utuh. Awalnya saya heran kenapa bisa begitu, namun gara-gara kata, pernah kesasar pada pemahaman yang tidak mencerahkan. Ajaibnya segera setelah diam, kita kembali on the track. Bingung memang, namun akhirnya saya paham perlahan lahan. Mirip dengan es, laut, sungai, hujan, embun ia adalah bagian makna dari air, namun es, hujan, embun misalnya, tidak bisa mewakili secara utuh tentang air. Mereka hanya bagian yang menempati maqamnya sendiri. Kata, air bisa diwakili moleh banyak sebutan, hujan hanya sebuah sebutan mewakili kata air, namun bukan keseluruhan. Lebih pusing lagi kalau bicara benci, ternyata ia mewakili makna cinta, hanya posisinya yang beda, kitapun bisa terjebak dengan makna yang sebenarnya.

Saya jadi ingat sohib Broedin Van Klompen, dia bilang: mas wing, orang yang kebanyakan berkata-kata, biasanya sering kesasar daripada yang diam. Awalnya saya pikir itu guyonan ala broedin, namun tak dinyana makin jauh berjalan saya mengerti apa yang dibicarakan sampai saya sedikit iri, kenapa broedin yang lugu bisa mengerti makna yang dalam seperti ini? apa mungkin dari kyainya yang bilang sehingga dia sekedar niru yang dibicarakan gurunya itu, entahlah.
 Jadi sekian bulan saya nyepi menjauh karena memang lagi menikmati ke-diam-an ini, akhirnya kangen juga corat coret tulisan yang mengalir dan tanpa makna, ada sedikit pengobat rindu setelah sekian bulan tidak pernah menyambangi "kamar" tempat saya menyepi. Dulu saat lagi asik asiknya nulis, gurpan pernah tertawa terbahak-bahak baca tulisan yang saya aku itu puisi, sampai malu dibuatnya. Dia baca berulang-ulang dan tertawanya bertambah keras sampai akhirnya berhenti kemudian,,,menangis. Ketika saya tanya kenapa? Gurpan bilang : kata-katamu lebay bin alay bin picisan sampai saya mules menahan supaya gak tertawa terus. Tapi kenapa gurpan nangis? apa yang kamu tulis bener,katanya melas. Gantian saya ketawa ngakak, lantas dia bilang: kenapa tulisan ini muncul setelah aku jauh berjalan?kenapa bukan dulu-dulu saat aku masih banyak melakukan kesalahan,,kenapa broken wing,,,saya jawab saya hanya menuliskannya aja gurpan, itu bukan tulisan saya,,,makin keras tangisannya sampai saya melongo heran.

Lain lagi dengan Broedin sahabat saya, saat diperlihatkan tulisan ini dan saya bilang ini puisi, dia baca berulang ulang sambil memandangi wajah saya seolah gak percaya : ini puisi sampeyan? iya Din,,kenapa, jawab saya bangga. Jadi ini tulisan sampeyan mas? iyya Din kenapa?bagus gak? katanya: ehmmm saya iseng aja baca yang ini tapi kapan saya lupa? Hah,,kamu baca dimana Din? dulluuu mas,kalau gak salah dari bungkus kacang, itu tulisannya samma dengan yang sampeyan lihatkan ini? anjriiit(saya inget suka print alias cetak setiap tulisan tapi selalu berakhir ke tempat sampah dan akhirnya,,,



Tidak ada komentar:

Posting Komentar