Rabu, 18 September 2013

waktu: kemarin yang disalah pahami


waktu, hanya bisa tertegun saat dirinya selalu disalah pahami
bukan dengan sebuatan kini, namun ia disebut dengan ucapan :
esok yang tak mungkin bisa dijumpainya dan masa lalu yang telah dilewatinya
dan perlahan air matanya menetes ketika orang yang disayanginya tersakiti

hidup, demikian sang waktu bertutur
bukanlah sekumpulan kejadian yang meronce jadi sebuah cerita
ia adalah perjalanan memahami diri sebelum kelak 'menjadi'
mirip proses kepompong sebelum menjadi kupu-kupu cantik

jadi, ketika dirimu merasa dimakzulkan karena pernah menjadi kepompong
hanya mau melihat kesempurnaan kupu-kupu cantik hari ini
sama saja telah melukaiku dengan sebutan: kemarin seperti wajah yang buruk
demikian waktu bercerita dengan gundah

bukankah naif memotret diri dengan kerangka baik-buruk, kemarin-esok
dikotomi yang menjebak dan menyakiti diri sendiri
sebab ia menghilangkan kebahagian dan rasa syukur
hadiah terindah yang diperoleh hari ini

waktupun coba memeluk orang yang disayanginya
menghiburnya seraya berkata:
kelak saat dirimu mencapai keheningan
kehidupan apapun ronanya, ia adalah sebentuk cinta




Tidak ada komentar:

Posting Komentar