Rabu, 29 Agustus 2012

di puncak sunyi

Satu
manusia,,,apapun hirarkinya,,entah di strata bawah atau strata paling tinggi,,,selalu memiliki gunungnya sendiri, demikian Gurpan memulai percakapan. Entah itu dalam pengertian harfiah atau perlambang, manusia selalu akan mencarinya, sadar atau tidak. Gunung sebagaimana kita ketahui broken wing, sesuatu yang besar, dan lebih tinggi dari kita, tempat kita menyandarkan sesuatu karena merasa ia lebih perkasa. itulah sebabnya, ada saat dalam sejarah peradaban manusia, gunung memiliki tempat terhormat.

Ada yang memiliki gunung bernama harta sehingga ia menumpuknya sampai setinggi gunung. Ada yang mencari gunung bernama pangkat dan kuasa sehingga saat di puncak, manusia semacam ini menjadi pemimpin yang perkasa. Ada yang memilih gunung beneran sehingga saat sampai di puncaknya kebingungan harus kemana lagi,,,hehehe,,,Gurpan pun terkekeh. Apapun gunung yang mereka miliki punya kesamaan
"apa tuh Gur?"
mereka menjadi kesepian, jangan pernah menyangka pemimpin, orang nomor satu di puncak, mereka nyaman disana, mereka orang paling kesepian di dunia.
"kalau penuturan gurpan seperti itu, gunung yang bagaimana yang dimiliki Gurpan?"(kena kau Gur batin saya)
"ahhh,,,kau mau bermain pancingan kata-kata dengan aku wing,,,hehehe,,apapun jenis gunungnya aku pernah disana, masalahnya bukan apa, tapi harus bagaimana saat disana"
"maksudnya Gur?"

"hmm,,,broken wing,,,aku pernah sampai di puncak sebuah perusahaan nasional, memimpin karyawan berjumlah ribuan orang, aku orang nomor satu disana,  bersinku, batukku bisa membuat bersin dan batuk perusahaan itu. Aku seperti "tuhan" bagi mereka, namun disanalah puncak kesepianku, merasa sunyi sendiri, sampai suatu kesalahan membuatku terjun bebas dari kursi puncak kekuasaan. Dan aku merasa senang karena akhirnya tahu, puncak gunung itu terasa indah kalau dilihat dari bawah, tahu kenapa di puncak gunung yang sebenarnya gersang. Aku pernah disana dan merasakan sakitnya broken wing, dan baru menyadarinya kenapa di puncak harus seperti itu.

"kenapa Gur?"
 "kelak,,dalam level apapun dirimu di puncak, pasti akan merasakan kesunyian yang luar biasa, karena siapapun orang disekeliling kamu berpotensi untuk tidak netral dan tendensius, satu-satunya "teman" yang bisa kamu percaya adalah Sang Maha Sunyi. Rasa itu adalah pintu masuk ke rumahNya, mendekatlah dalam logikaNya, mendekatlah dalam cahayaNya, masukilah rumah sejatiNya.
"Gur,,,kalau untuk masuk ke rumahNya,,ngapain pake mendaki sampe puncak segala, udah gitu pasti kedinginan disana"
"hey geblek,,,kamu pikir hidup ini flat,,datar-datar saja" bentak Gurpan  mengagetkan saya
"ya,,ya,,,Gur, hidup ini fluktuatif kadang dibawah kadang di puncak, kadang merasa sepi ditengah keramaian dan semua perasaan yang mengaduk aduk batin ini, semua berpacu dengan keinginan dan entah kenapa semakin turbulance makin kesepian diri ini"
"lantas apa yang kamu lakukan saat kondisi itu?"
"mencari pintu untuk keluar dari keruwetan itu Gur"
"ketemu?"
"hmm,,,hehehe,,,kagak, yang saya kira pintu ternyata seperti labirin waktu, dan akhirnya terjebak disana selamanya Gur"

Dua
persoalan yang teramat lazim broken wing, akhirnya kamu tahu kematian di puncak karena kedinginan diluar saat mereka mengira itu pintu keluar bukan mencari pintu ke dalam.
"lantas dimana pintu yang mengarah ke dalam Gur ?"
'tidak ada"
"hah,,,kaga ada gimana?, sebentar-sebentar, perlu diluruskan logika ente Gur, ini tadi kan ceritanya saat di puncak sunyi kita harus berteman denganNya, mencari pintu untuk memasuki rumahNya adalah jalan keluar, kenapa Gurpan bilang malah tidak ada pintu jalan keluar yang ada pintu mengarah ke dalam"
"broken wing,,kalau kedinginan diluar ya harus masuk kedalam, kamu harus cari pintu ke dalam bukan jalan keluar, sama aja bohong,,hehehe" (saya jadi bingung dengan permainan kata-kata ini).
"jadi bagaimana?" saya mulai tersudut
"pintu itu sudah ada di depan kamu, hanya kamu kebalik ngetuknya, seolah kamu pengen pintu itu terbuka, dan kamu bisa masuk ke dalam, sampe modar pun pintu itu ga akan terbuka orang kamu sudah di dalam,,,hahahah,," (ahhh,,,saya jadi ingat penggalan kalimat Rumi).
"jadi saat di puncak sunyi, gimana dong Gur biar rasa sunyi itu bisa menjadi oksigen di tiap hirupan nafas"
"jiahhh,,,gundul pacul sok pake bahasa puitis segala "
"ini serius Gur"
"meniada wing" itu aja?,,,,ya,,,dengan meniada kamu akan mejalin koneksitas denganNya, memulai komunikasi denganNya, bercakap-cakap dengan bahasaNya,
"caranya Gur?" mulailah untuk terbiasa dengan doa, kerangka doa bukanlah sesuatu yang harus meminta karena kesulitan, doa itu seperti kita berdialog denganNya. Bukankah dalam kesepian dan sunyi yang luar biasa, doa menjadi lebih intens karena gangguan sekecil apapun gak ada.
"hmmm,,,,betul juga"

Tiga
"Apa yang kamu tangkap dari uraian tadi broken wing?"
"puihhh,,,berat banget Gur,,,perlu mengeja satu-satu makna itu, pertanyaan terakhir: untuk apa Gurpan panjang lebar menguraikan hal diatas kalau sampai disini pun saya hanya mengerti sedikit"
"hahahaha,,,,maap broken wing,,,kan ente dulu pernah ngerasa kehilangan karena ditinggal orang tersayang dan ente juga berjanji kalau suatu saat pasti pengen menemuinya lagi, dalam bahasa kemaki ente bilang: cinta tak bisa dikalahkan jarak dan waktu,,,hahaha,,,preettt" (rasanya muka saya merah padam, campuran marah dan malu).
"yahhh,,,saya juga manusia Gur,,,ada kerinduan yang meyakini kalau kehidupan tidak mungkin berhenti disini"
"wiiihhhh,,,,buku apa lagi yang kamu baca bro,,hahaha,,,teori dunia paralel yaa,,,hahaha,,,"
"begini broken wing,,kamu boleh baca semua buku itu terus lakukan hal sederhana seperti yang aku bilang diatas, aku tidak tahu seberapa besar kadar kemampuanmu, tapi satu hal, saat sampai disana kamu akan menemui keindahan, sehingga apapun kata-kata alay kamu itu (karena kamu yang ucapkan) menjadi lebih maskulin saat diucapkan dengan penuh kesadaran ruhani"
"keindahan gur? mang Gurpan pernah sampai disana?" saya coba pancing emosinya
diluar dugaan Gurpan malah menjawab dengan kalem : kalau aku bisa cerita, kamu tau sendiri seperti apa hehehe,,,,
(,,,masih saja bisa ngeles), tapi jujur diatas kekurang ajaran saya , seyakinnya beliau tidak marah dan tiba-tiba saya sadar, apa yang diceritakan tentang gunung, ternyata Gurpan itu sendiri gunungnya,,,ahhh






Tidak ada komentar:

Posting Komentar