Jumat, 17 Februari 2012

Let it flow,,,(titik nol)


Tanpa disadari, kehidupan keseharian yang dijalani selalu bergerak dan berpindah tempat dari satu titik ke titik yang lain. Persis seperti simpul waktu yang berjalan dari terminal waktu menuju yang lain, mengharuskan saya senantiasa untuk selalu aware. Kebetulan, definisi kantor dalam pemikiran bukanlah sebuah tempat, gedung, atau ruangan ukuran tertentu dengan meja dan komputer didepannya beserta asesoris yang melengkapinya sehingga menjadi sebuah kotak kecil yang nyaman untuk ditinggali sepanjang hari. Paling merasa tidak nyaman kalau diharuskan berada disana, sebuah tempat yang dibatasi partisi dari kaca seperti akuarium dengan saya sebagai ikannya.

Kantor buat saya ada di benak, atau sebuah kabin kecil yang selalu mobile sehingga orang Malang menyebutnya "libom". Tempat yang ideal untuk munculnya semua ide, dan seringnya begitu. Karena selalu bergerak itulah mungkin agak sedikit aneh kalau kurang suka dengan kemapanan dan stagnant, rasanya seperti bukan habitat saya. Jalanan selalu saja menyediakan sumber berlimpah untuk menjadi inspirasi, seperti sebuah potret besar yang alami bernama kehidupan manusia dengan segala aroma, karakter, tawa, tangis dari bahagia sampai tragis, semua bisa ditemui disana. Entah kebetulan atau tidak itu mengasah empati untuk melihat semua persoalan dengan cara yang paling tradisional : let it flow. Buat saya itu jalan yang anggun dan mengagumkan seolah alam membimbing kalau semua masalah akan selalu ada muaranya, maka biarkan itu mengalir.

Bukanlah sebuah keanehan, kalau sebuah stasiun radio yang selalu mengabarkan kondisi lalin di Surabaya yang makin macet dari hari ke hari , memiliki acara bernama Titik Nol, disiarkan saat pergantian hari menjelang maghrib, isinya tentang anjuran, introspeksi, definisi sukses yang muaranya adalah makna hidup. Itu diucapkan oleh beberapa pengusaha terkenal, kalau dilihat dari redaksi kata-katanya paham sekali dengan asam garam kehidupan. Titik Nol seperti hulu sekaligus muara dan oase untuk menoleh ke belakang, apa saja yang telah kita lakukan hari ini untuk kehidupan. Apakah kebaikan, keburukan, membesarkan ego kita yang tak ada habisnya, atau memberi waktu untuk lebih bermakna bagi diri dan orang sekitarnya.

Kantor bergerak menjadi rumah kedua sehingga saat diri ini menjadi sasaran tembak dan difetakompli sampai menjadi toksik, saya akan menawarkannya dengan masuk kabin "libom" membiarkannya bergerak mengalir tanpa rencana sembari mengamati dari dalam bagaimana lalu lalang orang dijalanan manapaki hidup. Sehingga pada saat tertentu saya mencoba mencari dimana titik nol berada sekedar intro bagaimana kehidupan bisa memuliakan hanya dengan mencoba mengalir dan ikhlas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar