Jumat, 05 Agustus 2011

intermezo,,,(sudut yang sempat terlewat barusan)


.
Sebuah pesan singkat masuk ke ponsel saya : wing,,,tolong aku,,,
Siang tadi begitu menyengat, klop dengan puasa yang begitu sempurna seolah hari ini ditakdirkan untuk dijalani dengan penuh usaha sekedar menahan sergapan dahaga.

Seorang teman sedang terperangkap turbulance masalah dimana satu-satunya jalan adalah minta bantuan saya buat melihat dari kaca mata yang jernih,,,menurutnya (saya juga tidak akan bilang kalau sedang alami hal yang sama). Entah kenapa teman itu begitu percaya dengan "kemampuan" saya melihat sesuatu seolah bisa melihat masa depan dan melihat isi hati orang. Dia sodorkan sebuah foto dan meminta pendapat saya tentang orang yang bersangkutan. Ughh,,,layaknya seorang cenayang palsu,,,akting saya pun begitu sempurna sehingga sejumlah pertanyaan kecil dia jawab dengan cepat. Pertanyaan biasa sebenarnya, mulai dari kerja dimana, tinggal dimana, asli mana dll sehingga saya bisa menarik kesimpulan sementara siapa dia. Dengan gagah sayapun bilang padanya: siapkan tabungan air mata, karena akan diperlukan nanti pada saatnya. Teman saya pun lemas.

Entah kenapa, aktifitas saya mengharuskan bertemu dengan banyak orang dari lapisan atas sampai bawah, dari berbagai profesi mulai tukang becak, sampai pengusaha, lengkap dengan atribut dan karakter masing-masing hingga memperkaya khasanah berfikir. Saya pun jadi tahu bahwa sikap, sifat, dan perilaku seseorang amat dipengaruhi oleh behavior tempat kerja dan akan berpengaruh besar pada pembentukan pribadi, cara bertindak dan berfikir. Saya juga tahu dari cara berjalan, berucap, profesinya apa dan sifatnya bagaimana.
Anehnya, sikap seseorang ini akan terbawa pada pergaulan sehari-hari bahkan dalam urusan cinta (hehehehe,,,).

Kadang saya trenyuh dengan teman saya satu ini, berpendidikan tinggi dengan jabatan tinggi, IQ juga tinggi tapi begitu mudah masuk dalam permainan emosi yang menguras energi. Dimata saya ini sebenarnya permainan yang gampang dikendalikan jika kita tahu kalau tiap orang memiliki sifat VIP alias very important person, tapi begitu kita masuk secara emosional menjadi diluar kendali (kadang saya pun terhanyut tidak bisa dikendalikan :-D). Saya percaya teori tendensi, kalau setiap tindakan pasti memiliki maksud, terlepas baik atau jahat. Hanya orang yang bisa mengendalikan emosi orang lain akan menang dalam permainan kehidupan, terlepas dari sisi moral atau etika . Ini banyak dibuktikan saat beberapa teman terkapar.

Jadi dengan mengenal seseorang dari profesinya saja bisa tahu cara bertindak dan berfikirnya. Saya tidak kaget ketika seseorang membabi buta secara emosi membenci sesuatu, atau suka mendzalimi orang lain tanpa sadar. Saat ditarik ke wilayah profesi, saya hanya bisa mengelus dada karena di tempat kerja, orang itu dibenci dan didzalimi. Dalam urusan cinta yang melibatkan emosi begitu dalam, hal ini begitu kentara, apakah ia akan gampang menjadi seorang possesif, pengecut, suka menyakiti atau malah tulus menyayangi. Bahkan sekaliber artispun ketika masuk urusan ini begitu mudah terbaca.

Hanya satu profesi yang sampai hari ini saya tidak bisa "membaca" yaitu komedian alias pelawak, entah kenapa saat mereka membikin orang lain tertawa, saya melihat satu hal yaitu ketulusan,,,sesuatu yang langka dalam kehidupan sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar