Kamis, 04 Agustus 2011

hati manusia itu seperti,,,


hati manusia seperti bawang merah, umbi terluar berwarna merah, semakin dikupas kedalam akan semakin memudar warnanya, di umbi yang terdalam hanya menyisakan warna putih dan,,,air mata (Gede Prama)

Saya suka sekali dengan cuplikan diatas, menggambarkan betapa hati manusia sebenarnya putih, suci, betapa terasa kesucian itu hingga mampu melelehkan air mata kita. Apapun orangnya, siapapun ia, hati manusia sekali lagi suci.
Dalam perjalanan hidup saya, terlalu sering menemui manusia penuh luka dengan menggendong banyak penyesalan , saya pernah alami hal ini. Tak bisa dipercaya memang, betapa menggendong sesal tidak saja melelahkan fisik, batin terlebih lagi. Beruntung saya menemukan jalan sunyi dimana perlahan penyesalan masa lalu lepas satu demi satu. Tak mudah memang.
Namun terlampau banyak orang yang saya temui terjebak dengan situasi ini, hanya kesakitan yang dibawa dari waktu ke waktu.

Apa yang ingin saya katakan adalah ketika harapan, asa, sirna, tidak saja mencabik-cabik hati putih kita, tidak saja menguras tabungan air mata, terlebih ia menjadi luka yang susah sekali untuk menutup saat memori berisi hanya pedih belaka. Entah kenapa saya merasa dengan menepi menemui sunyi adalah jalan untuk memaafkan diri apa adanya. Sialnya,,,kebanyakan orang menganggap sunyi adalah mahluk menakutkan, menepi berarti keluar dari gegap gempita dan itu berarti mati.
Saya mengibaratkan manusia yang luka ini hanya perlu menata semua file, memori untuk ditempatkan pada asalnya. File masa lalu ada tempatnya, begitu juga masa kini dan esok. Caranya mungkin dengan menghilangkannya atau menatanya, istilah bahasa komputer dengan disk cleanup dan men-defrag semua file yang tersimpan dalam hati dan batin, baik yang terluka, amarah yang hitam, kehilangan kesetiaan, kepercayaan,,,semuanya. Caranya...? menepi ke bilik sunyi dengan membawa doa,,,detailnya,,,? dengan PUASA

Inilah kehebatan Tuhan,,otak, hati, jiwa, roh yang dicipta akan memiliki kepenatan tersendiri, dengan puasa sebenarnya kita sedang menata semuanya sehingga menjadi lebih men-cahaya, men-jernih, mata kembali melihat yang sebenarnya, telinga mendengar yang seutuhnya, hati kembali menerima cahaya yang sejati, ruh menerima kemuliaannya kembali. Entahlah ini seperti jalan yang saya alami meskipun masih tertatih.
Ketika hati dan batin kita terluka begitu lama oleh sesal, terkotori dengan debu masa lalu, terobsesi dengan buramnya masa depan, saya berusaha untuk melepas semuanya, kembali ke jalan sunyi jalan menuju telaga bening tempat dimana semua menjadi fitri kembali. Telaga bening tempat hati menjadi memutih lagi, dan telaga bening itu bernama PUASA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar