Sabtu, 06 Juli 2019

Sekul(nasi) vs school (sekolah)


School ke sekolah
Kalau saya bilang anti sekolah,  pasti banyak yang gak setuju.  Anti bukan dari cara kita memperoleh pengetahuan, tapi sistem nya. Saya adalah produk sistem sekolah orde baru dimana didalamnya menekan kan kecerdasan IQ.  Dengan adagium : sekolah adalah cara menuju sukses,  maka yang pintar IQ nya logikanya meraih sukses. Kebetulan saya bukan salah satu yang pintar 😁😁. Saya tidak tahu apakah pintar sama sengan cerdas,  dijaman saya sekolah, kecerdasan lainnya belum diperhatikan,  seperti kecerdasan EQ dsb. 

Dunia sudah berubah,  dulu sekolah sebenarnya diarahkan untuk mengisi lapangan pekerjaan yang memang mengadopsi dari barat dimana pekerjaan(korporasi) identik dengan logika (sekolah) bahkan kata sekolah sebenarnya sarapan dari kata school.  Apakah sekarang sekolah penting? Jika merujuk pada pembelajaran mengenai hidup,  teramat penting,  tapi jika hanya menghafal sejumlah pengetahuan,  kita bisa mendapatkannya di google (mega ensiklopedia). 

Misal,  tak semua jurus2 tentang budididaya udang diperoleh di bangku kuliah,  mereka menyediakan dasarnya saja (default mode).  Sehingga saat terjun langsung ditengah derasnya arus mainstream perubahan yang cepat pada budidaya,  agak gelagapan awalnya dulu.  Namun mengikuti derasnya aliran tanpa punya standar basic juga agak mengerikan karena kontrolnya akan lemah. Proses perubahan di lapangan akan menjadi pengetahuan baru yang akan terus diuji keberhasilannya. 

Kembali lagi,  sekolah hanya menyediakan default mode, sisanya harus cari sendiri.  Jika anda merasa bangga sebagai sarjana baru, saya akan bilang anda hanya raw material . Pengalaman interview dengan kandidat calon pekerja, sampai pada kesimpulan itu,  dan perusahaan tidak hanya menerima karena anda pintar,  tapi juga memiliki sikap emosional bagus.

 Saya pernah bekerja sama saat kuliah, dengan beberapa temen bule londo, dalam sebuah penelitian kebetulan satu bidang dengan skripsi,  mereka bilang disana tidak ada S1, tapi D3 sehingga saat lulus bisa langsung diterima bekerja,  sedang temen londo saya ini lanjut sekolah untuk jadi peneliti sehingga lulus langsung master setara S2.

Jadi kesimpulannya,  apakah sekolah perlu? Jawabannya perlu sebagai sarana sosialisasi kelak saat kamu reuni . Makanya saya gak suka home schooling,  membayangkan reuninya gimana.  Masalah ilmu pengetahuan bisa diperoleh di mbah google.  Satu2 yang harus menemukan guru,  buat saya adalah bagaimana membuat sikap ahlaqmu bagus,  sisanya bisa diperoleh sambil jalan, (jangan mengira kamu bisa merubah dunia saat hanya hal kecil saja seperti budipekerti tak bisa, sebab dunia saat ini telah dikuasai nafsu berlebihan pada benda sebagai parameter kesuksesan,  dan itu diperoleh berawal dari kamu rajin berangkat ke sekolah) 
udah gitu aja,,,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar