Senin, 08 Februari 2016

Sore disudut kota


Hujan di malang memang memberi semua kemungkinan untuk hadir
Mulai dari cucian yg enggan kering, jalanan yang macet selama liburan hingga menempatkan tubuh ini di kamar. Mendung dan hujan tak harus membuat mood juga demikian, ia malah menyuruh seluruh saraf ini untuk  rehat, recovery dari semua penat

 Entah tiba2 sore ini saya terdampar disudut kedai kopi di bilangan mall disana, sembari menyeruput kopi dengan iringan lagu sendu norah jones: dont know why, lagu paporit saya, terasa lengkap sudah hidup yg dijalani. Saya hanya coba merekonstruksi di tahun monyet, kira2 apa gerangan yg harus saya lakukan, biasanya inspirasi datang dari laku lalang orang dan rintik hujan di luar. Sesekali melirik istri yg tengah asik dengan kwetaw menu baru yg dicoba, sembari membiarkan ramen yg jadi santapan saya yg mulai mendingin.

Kota ini masih seperti yg saya rasakan hampir beberapa tahun lalu, mendung yg sama, rinai yg sama, dgn asa yg beda, satu hal mungkin kualitas oksigennya ttp sama, hingga memberi goresan kanvas hidup yg rupa2. Ada semacam dejavu yg membiarkan badan ini seperti pernah menyentuh waktu esok dan membiarkannya mengalirkan benak sampai ujung kesadaran berkisah. Kesimpulannya adalah hidup apapun ronanya pantas disyukuri dengan segala kelebihan,kekurangan. Saat kesadaran itu ada, ajaibnya waktu berhenti dan terfokus pada hal yg kini. Apa ini efek kopi atau yg lain, saya tidak tahu, yg jelas hujan mmg segera berhenti, dan saya makin menyayangi kota ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar