Selasa, 25 Oktober 2022

Hai jiwa yang tenang

"Hai jiwa yang tenang.... "
Kala pikiran kita riuh dengan pernak pernik dunia,  mana mungkin jiwa kita tenang,  hening,  sunyi.  Mungkin ada benarnya setelah umur 40 tahun sudah saatnya masuk fase hening, fase sunyi,  bahasa saya : meniada,  ada yg bilang madeg panditha. Sebuah proses butuh waktu(rasulullah butuh waktu 15 tahun, sejak umur 25).

Jaman yang seba cepat dikejar kebutuhan makin banyak,  salah satu kendala masuk fase ini.  Bahkan sampai usia lebih setengah abad,  masih ramai, hiruk pikuk pikiran kita dengan keinginan dan pencapaian. 

Benar kata pak Gede Prama , berani berkata cukup,  enaugh is enaugh. Tanpa masuk fase ini,  saat usia bertambah,  jiwa makin menggedor2 ada kesepian luar biasa ditengah keramaian.  Mirip masuk peron bandara,  kita tidak bisa boarding, tidak tahu di gate berapa kita akan terbang. 

Sejak awal Gurpan (my virtual mentor) kurleb  2010 sudah menyuruh saya memasuki jalan sunyi hanya dengan ucapan : minum kalau haus, makan kalau lapar tidur kalau ngantuk
 Sebuah ucapan yg sulit dikerjakan namun sekarang sadar,  itu cara gurpan memaksa memasuki jalan sunyi,  fase panjang yang terasa baru sekarang. 

Saat Tuhan memanggil dengan sebutan mesra : hai jiwa yang tenang,,,,, namun kita masih riuh,  bisa bayangkan kita tidak mendengarnya karena fokus dengan yg lain.  Lantas saat malam2 kita berdoa meminta segala hal,,,,,,, happy dunia akhirat,,,,,,, kata broedin : kan hasuuhhh bro tuhan bisa disuruh2....


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar