Minggu, 15 Mei 2016

Remind


Malang, minggu 15 mei 2016
Malang pagi ini seperti menyambut embun dengan ritme spiritual yang mengagumkan, setelah berhari hari kemarin menelusuri jalanan Tuban yang berdebu karena lama tak hujan, kembali ke Malang seperti recovery pikiran dan hati. Ada banyak hal yang saya kangeni, diantaranya taman kecil depan rumah beberapa hari ini saya tinggal kemungkinan tertunduk layu, dengan senang hati menyiraminya biar segar lagi mirip dengan badan dan hati, kelelahan memang harus di istirahatkan bukan disingkirkan.

Berbeda dengan yang lain, semenjak Adinda di asuh sendiri oleh Tuhan kami tak memiliki tanggungan apapun kecuali hutang cinta pada kehidupan. Banyak hal yang saya dan istri lakukan setelah lewati bamyak kelokan, yang ujungnya pada kesadaran bahwa hidup adalah pendar cintaNya. Ini membawa pada pemahaman baru bahwa hidup kami adalah mengeja cintaNya. Setiap nafas, tiap niat, tiap doa yang kami pinta, semuanya hanya cinta belaka. Entahlah ini membuat semacam kedamaian dan keindahan yang subyektif buat kami, ada semacam sengatan spiritual disana.

Di dunia barat, saya pernah melihatnya di televisi, spiritualisme dicari dengan treatment diantaranya bercakap-cakap dengan pohon dihutan, menyapa dan menyentuh pohon seolah pohon tersebut bisa mendengar. Hasilnya memang menakjubkan, kadar hormon kortisol turun drastis. Di dunia timur bahkan spiritualisme bisa dicapai dengan bercakap-cakap dengan kematian. Ini menegaskan betapa kehidupan akan bermakna setelah kita paham apa sebenarnya kematian.

Kembali pada pagi, Malang pagi ini dengan matahari yang belum sempurna menyembul, kesejukannya masih terasa, dan setiap hirupannya membawa saya kepada kesadaran bahwa apapun kita hari ini, hidup harus di syukuri, hanya dengan itu kita menghargai setiap detik apa yang diberikan kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar