"Hai jiwa yang tenang.... "
Kala pikiran kita masih riuh dengan pernak pernik dunia, mana mungkin jiwa kita tenang, hening, sunyi. Mungkin ada benarnya setelah umur 40 tahun sudah saatnya masuk fase hening, fase sunyi, bahasa saya : meniada, ada yg bilang madeg panditha. Sebuah proses butuh waktu(rasulullah butuh waktu 15 tahun, sejak umur 25). Demikian gurpan mulai menatar saya.
"Bromen wing, jaman yang serba cepat, selalu mengejar kebutuhan yang makin banyak, jadi kendala masuk fase ini. Bahkan sampai usia lebih setengah abad, masih ramai, hiruk pikuk pikiran kita dengan keinginan dan pencapaian" katanya.
Benar kata pak Gede Prama , berani berkata cukup, enaugh is enaugh. Tanpa masuk fase ini, saat usia bertambah, jiwa makin menggedor2 ada kesepian luar biasa ditengah keramaian. Mirip masuk peron bandara, kita tidak bisa boarding, tidak tahu di gate berapa kita akan terbang.
Sejak awal Gurpan (my virtual mentor) kurleb 2010 sudah menyuruh saya memasuki jalan sunyi hanya dengan ucapan : minum kalau haus, makan kalau lapar tidur kalau ngantuk
Mudah diucapkan tapi sulit dikerjakan, namun sekarang sadar, itu cara gurpan memaksa memasuki jalan sunyi, fase panjang yang terasa baru sekarang.
Saat Tuhan memanggil dengan sebutan mesra : hai jiwa yang tenang,,,,, namun kita masih riuh, bisa bayangkan kita tidak mendengar Nya karena fokus dengan yg lain. Ironisnya saat malam2 kita berdoa meminta segala hal,,,,,,, happy dunia akhirat,,,,,,, kata broedin : kan asuuhhh jadinya mas bro tuhan bisa disuruh2....
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar