Minggu, 17 September 2017

Andai


Saya ini senang berandai andai yang memungkinkan dalam kapasitas tertentu mungkin setengah ngayal, bagaimana tidak, ini kisah anak jaman sekarang yang diberi kemudahan teknologi namun malah lemah di struggle, ga ngotot, malah manja iya, sehingga andai adinda masih sugeng, pasti sebaya dengan mereka tapi bapaknyaa kan membuat perbedaan sendiri. Misanya, saat sekolah ga masalah dia mau belajar apa tidak, ga masalah mau nilai baik apa gak, yang penting bisa lulus. Saya akan tekankan nilai bukan representasi dirimu, kamu labih tinggi dari sekedar angka-angka, jadi sekolah buat kamu adalah menggali potensi dirimu, hobimu dan kembangkan sejauh kamu suka. Berteman sebanyak-banyaknya di dunia realita bukan di dunia maya. Bersikap seperti spons yang menyerap apapun jua sekaligus menyaringnya. Saya akan ajari dia bagaimana kegiatan outdoor begitu menyenangkan sekaligus bagaimana memasak di rumah mirip praktikum kimia, mencampur apapun bumbu namun masih bisa dimakan. Saya akan ajari main guitar karena bapaknya jago walau dikit, agar kepekaannya muncul. Kegiatan outdoor akan membuat kedekatan dengan alamnya terasah, mirip bapaknya yang dulu seneng mendaki gunung.

Nah,,,untuk urusan perempuan, saya libatkan mama-nya, agar pintar menjaga sopan santun, menutup aurat dan pinter tartil seperti simbok-e. Sehingga saya tinggal mengisinya dengan menjelaskan bahwa kehidupan yang indah ini bukan dilekatkan pada benda namun pada ketaatan cinta nya pada sang Maha. Saya ijinkan dia kritis dalam porsi tertentu asal dengan logika yang baik, ojo ngelunjak sehingga kecerdasannya  bukan dari cara dia mendebat namun cara dia menggiring opini supaya bisa meyakinkan saya. Kalau kecantikan, saya dan mamanya akan tekankan yang namanya inner beauty, bukan asal nempelin kosmetik  mirip boneka. Saya pasti ngamuk kalau dia ga melakukan apa yang sudah jadi komitmen bersama, akan memuji dan menyanjungnya atas aktifitasnya dia yang mengedepankan humanisme dan asketisme. Saya tak akan mewariskan apa-apa berupa materi, hanya akan membebaskannya berkarir apa yang dia suka. Dan kalau dia pilih suami pun saya akan proppertest secara ketat dengan sebuah klausul: "  kalau kamu kelak menyakitinya saya akan ambil Adinda kembali, karena kamu tidak bisa merasakan bagaimana melahirkannya dengan kesakitan"

Apakah saya protektif? enggak, karena saya akan bilang, nduukk,,,kamu  apes jadi anakku karena bapakmu ini ngerti yang namanya browser history, sehingga dunia maya hanyalah hal yang ga perlu kamu pelototi dan saya kasih tahu kehidupan ini sebenarnya fata morgana, alias senda gurau belaka, kemudian saya jelaskan teori fisika kuantum dsb bla,,bla,,bla, mbuh dia ngeti apa ga. Dan pada akhirnya saya akan berkata begini saat dia jadi pengantin : nduuk,,,tugas kami, ayah dan mama sudah selesai, kami sudah mengantarmu ke depan pintu kehidupanmu sendiri, setelah ini kamu akn jadi milik suami dan anakmu kelak, belajarlah apa yang kamu lihat dari kami jika baik, jangan terbebani oleh kami saat kami merenta, kami tak butuh pertolonganmu, ingatlah selalu memegang tali terkuat yaitu imanmu pada Allah, ayah dan mama, akan selalu berdoa agar kamu sekeluarga selalu dilindungi oleh Nya"
Setelah itu, akan saya serahkan foto dia mulai waktu bayi sampai dewasa, pasti Adinda akan nangis bombay terharu, setelah itu saya dan mamanya masuk kamar  tertawa karena sudah bisa ngerjain dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar