Ada apa dengan cinta
Dalam tataran cinta, puasa merupakan tingkatan tertinggi, karena S.O.P puasa yang menahan lapar dahaga dari terbit fajar hingga maghrib adalah implementasi bagaimana kita memelihara seluruh nikmat dari Tuhan yang melekat pada diri ini tanpa kecuali. Puasa juga memperbarui janji cinta kita padaNya yang terhubung secara rahasia. Hakikat puasa sebenarnya adalah mengikrarkan secara personal janji kita denganNya dalam ikatan cinta yang paling agung dan rahasia. Siapa yang bisa tahu jika kita mengaku puasa aslinya enggak, kecuali Allah dan kita.
Lantas apa hubungannya dengan perjanjian cinta rahasia kita denganNya? Sesungguhnya dalam tataran spiritual kita akan selalu hidup dengan spirit cintaNya. Implementasinya ialah dengan menyayangi keluarga, istri, anak orang tua yang utama, sesama, dan mahluk lainnya. Seiring kesibukan kita mencari nafkah, aktifitas yang berhubungan dengan duniawi, kualitas cinta itu naik turun bahkan memudar seiring dengan ketertarikan kita secara berlebihan dengan pernak pernik duniawi. Prioritas hidup yang salah, tujuan yang bias, membuat keterhubungan cinta kita dengan orang tersayang, dengan sang Maha cinta perlahan merapuh.
Dengan puasa, secara harfiah kita menjaga jarak dengan kenikmatan ragawi dan menguatkan kembali cinta secara ruhani, ini penting karena kehidupan yang berkutat dengan raga harus di landasi dengan cinta dan ini dibangun dari keterhubungan secara ruhani denganNya. Kalau tidak, sebagai mahluk spiritual akan kehilangan jati diri, ini akan menyebabkan kita mengalami mati suri ruhani. Bukankah ketamakan, keserakahan, hilangnya empati, wujud kita mati suri secara ruhani. Dengan puasa kita di ingatkan lagi betapa keterhubungan cinta kita denganNya begitu penting untuk kelanjutan hidup kita di keabadian, saat ini dan kelak. Itulah sebabnya kenapa di akhir puasa kita dinamakan kembali ke fitrah, kembali pada jalur cinta yang sebenarnya bukan yang lain. Jika tidak, kita akan pertanyakan diri kita : Ada apa dengan cinta?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar