Sejauh jauh berjalan kelak dirimu akan menyadari bahwa akan kembali pada diri sendiri.
Mungkin kesedihan dan kebahagiaan adalah titik terminal yang akan datang silih berganti
Namun dirimu akan tetap ada, mirip kampung halaman yang nun jauh disana.
Kadang rindumu telah menepis keasingan karena keterlanjuran
Lantas di sudut waktu diatas usia yang makin menua dirimu bertanya : siapakah saya?
Ahhh,,,, kecengengan apalagi ini, dirimu mestinya telah menemukan "rumah", home,,,, bukan house, bukan pula kesombongan kecil berupa angka namun tak bermakna
Bukankah dalam lubuk hatimu terdalam, ada rasa penyesalan namun tak terungkapkan.
Bahkan saat langkahmu menyusuri hidup, sempat menafikan teman seperjalanan, lantas bertanya dimana ia sekarang?
Bukankah terlambat menanyakan itu saat matahari hampir tenggelam?
Jadi, sebelum langkahmu menjauh dan makin mendekat tenggat waktu, dirimu berusaha menemukan kesejatian namun dengan hati yang membatu, mungkinkah itu?
Sebab hidupmu tak bisa dirancang dengan asumsi, kecenderungan, bahkan tendensi.
Hidup tak semudah itu, ia yang kan menuntunmu, walau terkadang ia memberikan potongan teka teki.
Karena bukan seberapa banyak kelak yang akan digendong (materi, pangkat, maqom dan harkatmu) .
Kamu hanya akan disambut dengan gembira saat dirimu kembali ke rumah kesejatian dengan ikhlas dan rela, membawa cerita perjalanan langkahmu dengan gembira.
Saat kau sadari itu, kamu akan tersungkur menangisi kebodohan dan kesia2an, karena semuanya telah sempurna dan cukup.
Satu2nya yang telah lama kau lupakan hanya sebuah kata : "terimakasih"
Bahkan kata semudah itu pun kau kelu,,,,,
#derap