Senin, 07 Oktober 2024

Muisi dulu

Myisi dulu ah,,,, 

Ada deretan kata-kata berjajar tak bermakna, itu bukan doa,  bukan pula pepuja,
ia adalah kekasih yg membenci tatkala hujan tak juga datang namun sebaris mendung telah nampak diufuk, enggan menjatuhkannya berupa deretan tetes hujan

Menangislah ia,  asa yang ada menyublim jadi mirip kereta terakhir perlahan menjauh pergi, sebelum kabar itu diterima dengan rela.

Jadi ini cerita tentang kepedihankah? bukan,,, 
perlahan ia membisikkan: tatkala hujan yg dinanti seperti menunggu ujung waktu,  aku akan tetap setia disetiap kata-Nya,  buatku ini kebahagian dalam linang air mata. 
Dan tiba2 mendung pun menunduk meneteskan air mata


Tidak ada komentar:

Posting Komentar