Tadi pagi menerima kabar duka, ada kerabat telah dipangil oleh Sang Empunya. Kematian apapun maknanya buat saya merupakan simbol kesempurnaan, yang terasa istimewa, meninggal di bulan Ramadhan. Kenapa begitu? Ramadhan adalah bulan dimana Tuhan telah men-setting kehidupan begitu bermaknanya bahkan dalam setiap hembusan nafas asal ikhlas akan diberi "hadiah" olehNya. Titik utamanya adalah ikhlas, itu saja, jadi setiap gerak, nafas, yang kita lakukan akan menjadi istimewa di hadapanNya. Bagaimana dengan kematian di bulan Ramadhan? Saya hanya membayangkan begini: kita yang masih hidup saja diberi "hadiah" begitu banyak, apalagi yang dipanggil menghadap olehNya, tidak bisa dibayangkan betapa meluap anugerah yang diperoleh.
Kematian dan kehidupan bukanlah hal terpisah, ia melekat satu sama lain. Ingin mengerti makna hidup harus mengerti makna kematian.Jadi apakah kita harus bersedih dengan kematian? bersedih hal yang wajar saat orang yang disayangi pergi meninggalkan kita untuk waktu lama sebelum bertemu lagi disana. Bukankah terlalu sering menemui "kematian" dalam kehidupan, pergi sebelum mati, bukankah air mata kesedihan terlalu sering kita keluarkan saat masih dikelilingi orang tersayang? dan tersadar saat mereka tiba-tiba pergi.
Kalau hari ini saya menerima kabar ada kerabat meninggal di bulan ramadhan, maafkan saya kalau menerimanya dengan lega dan gembira. Menghadap BELIAU di bulan Ramadhan sudah keiistimewaan sendiri. Saya teramat yakin ini adalah wujud kasih sayang Tuhan, saya hanya bisa meneteskan air mata gembira. Buat saya itu adalah cara dipanggil Tuhan yang sempurna, tak semua orang mendapatkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar