Seharian berada di dua tempat yang berbeda memberikan sensasi sendiri, dua tempat yang bertolak belakang. Satu berada di lingkungan yang saling mendorong untuk berbuat kemajuan dan kebaikan, satunya habitat berisi orang-orang yang suka mem-fetakompli orang lain. Kebetulan sore itu baru saja menginjak Tuban, setelah seharian di terjang komplain yang tak ada ujungnya. Cerita bergulir karena hidup memang harus mengalami masalah dan membereskannya. Kalau dipikir kesulitan apapun pada diri ujungnya hanya kesalah pahaman belaka. Bayangkan,,hari itu benar-benar menikmati lagi rasanya di fetakompli, bagaimana sebuah urusan yang sebenarnya mudah tapi dibuat sulit oleh orang yang mengaku "boss" hanya karena ingin dianggap memiliki kontribusi dalam perusahaan ini. Sudah terlalu paham dengan "gaya" yang beginian maka satu-satunya yang harus saya lakukan adalah membungkuk dihadapannya dan hasilnya luar biasa, sang "boss" dengan sumringah meluluskan semua plan dan program yang lama mandek tertahan di tangannya. Ahmad Sobari pernah bilang, perilaku "feodal" seperti ini dulu banyak dilakukan oleh bangsawan jawa, dan kalangan proletar menyindirnya dengan membungkuk dihadapannya,,,sambil kentut.
Ditempat yang lain selalu mendorong untuk selalu berbuat lebih dalam hidup ini, dan sahabat saya yang santun bilang, hidup ini sederhana kalau kita bisa memahaminya. Maksudnya,,? begini wing,,hidup ini sudah teramat biasa,,saya,,kamu,,mengalami kemudahan dan kesulitan,,,kebahagiaan dan kesedihan. Yang harus dipahami adalah saat kesedihan datang, apa yang harus dilakukan, demikian pula saat bahagia datang. Apa? tanya saya,,,yaaa kamu harus menerimanya dengan sepenuh hati. Maksudnya? hmm,,,pengalaman hidup yang pernah saya alami, demikian sahabat saya mulai bertutur, saat saya ada di puncak saya menerimanya dengan sepenuh hati, saat saya jatuh pun saya ikhklas menerimanya, ketika bangkrut dulu, saya hanya bisa memberi makan keluarga sekali sehari, saya tidak sedih malah memacu untuk bangkit, sehingga saat kembali ada di atas sekarang ini tidak menjadikan saya merasa "tinggi". Hidup apapun warnanya butuh keseimbangan wing,,, kalau kamu bisa lakukan itu, masalah apapun dihadapan kita menjadi sederhana, bukankah hidup memang harus begitu.
Saya hanya terdiam, apa yang dikatakan sahabat saya ini memang benar, fluktuasi hidup memberi ruang dalam diri untuk mencari keseimbangan, IM dan YANG demikian sahabat saya bilang. Saya kaget karena ini hal yang pernah saya pelajari 5 tahun yang lalu bersama seorang sahabat yang lain dan telah lama saya lupakan. Bercerita tentang keseimbangan IM dan YANG memberi pemahaman hidup yang luwes. Saya beruntung karena di ingatkan kembali tentang hal ini. Salah satu hal yang saya pahami adalah menerima apapun rona hidup dengan tulus, dan sahabat saya pun bilang: wing,,hidup ini sederhana kalau kamu bisa memahaminya (tapi tidak untuk efeknya). Saya hanya tersenyum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar