bertahun tahun kuketuk pintu Mu lama tak terbuka setelah terbuka baru sadar ternyata aku mengetuknya dari dalam #rumi
Rabu, 25 Agustus 2010
sebuah tanya
"saat berjalan di sebuah persimpangan, kutemukan coretan tulisan dari kertas yang telah kusam, seperti sebuah pesan, isinya,,,uhggg,,,menyindir nuraniku yang sedang belepotan"
kalau engkau bertanya
hidup seperti apa
bukankah ia seperti jejak pasir di pantai
tapak kaki yang lembut terbenam diatasnya
meninggalkan jejak demi jejak mengikuti alur waktu
sebelum ombak menghapusnya perlahan
lenyap menjadi bongkahan kenang
masa lalu yang segera hilang memang
namun masih saja mengalir di nadi
entah trauma mana yang mengingatnya
seperti hantu,,,
tak ada namun terasa
ketakutan demi ketakutan
hanya membuat hambar masa lalu
saat malam menjenguknya dengan pucat pasi
apa yang bisa dilakukan selain mengisi malam
dengan derai air mata yang tertahan
seolah hujan hanya teman
mengiringi setia dengan sedu sedan
kenapa engkau mengira
hidup adalah pencapaian sesuatu
bukan menjadikannya perjalanan
sebab,,,pencapaian hanyalah simpul waktu
sebelum bergerak kembali menuju satu tujuan
kebaikan dalam keindahan Tuhan
kenapa engkau merasa jengah
ketika dinilai dengan ocehan-ocehan semu
tentang dirimu harus seperti apa, menjadi apa, berteman siapa
tentang kebaikan raga, tentang bagusnya benda-benda
seolah tanpanya, dirimu hanya pengecualian
benda asing ditengah-tengah gegap gempita jaman
tega amat menarik jiwamu dengan kekerdilan seperti ini
bukankah hidup sebuah pilihan kebaikan dan kebajikan
bukan dengan apa, siapa dan bagaimana
kenapa engkau tak mengerti jua
nurani yang menggedor batin
tak kau hiraukan demi sebuah kompromi
tentang kenaifan yang harus diikuti
hmm,,,
kebodohan macam mana lagi yang engkau bawa
kenapa tak sekalian saja
dirimu lebur dan hancur
kelak,,,
saat waktu yang bernama usia
meluluhkan semua benda, raga,apapun semua yang fana
menjadikannya sesuatu tanpa nama, atau definisi kata
baru tahu apa makna sia-sia
saat tarikan nafas terakhirmu
melihat episode kehidupan masa lalu
sedikit perih dirimu menggumam
mengapa ?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar