Ngaji di Mall
Kemarin saya berkesempatan untuk ngaji di mall, istilah ngaji saya sebutkan biar sedikit keren daripada kata hangout, jalan2, kia2. Istilahnya ngaji karena mencoba bergelut dan berjarak dengan keinginan. Sebab pusat pemanjaan indera wadag ada di mall, lampu, letak, warna bahkan aroma di mall sudah di setting sedemikian rupa dengan memanfaatkan disiplin ilmu mulai dari tata boga, psikologi, optik sampai fisika untuk membuat kita tertarik kesana. Bukan antikapitalis, namun pemanjaan indera berlebihan bisa menjebak nurani dalam pengejaran tiada habisnya.
Topo ngrame, demikian sahabat saya bilang, saya mencoba mengendurkan semua indera, just flow it mengalir begitu saja, tidak menentang juga tidak ditarik, sembari mengamati wajah2 pengunjung yang lalu lalang dengan membawa masalahnya masing2 dan ditumpahkan disana sekedar memperoleh sedikit kebahagiaan artifisial. Tujuan ngaji di mall buat saya tidak hanya sekedar mengendurkan dan mengasah indera, namun mempertajam cinta pada sesama, pada Tuhan (opohubunganeπ)
Bagaimana mall telah menjadi pusat pemanjaan tubuh yang paling dasar, dimana keinginan dibesut sedemikian rupa hingga memunculkan "tuhan2" kecil disana. Buat saya ini pertarungan yang asyik, menguji diri, seperti pertapa turun gunung,,,, ππ. Sehingga seperti ngaji2 yang lain setelah pulang dari sana didapat situasi batin bahwa apapun keindahan hidup tetap saja muatannya adalah nisbi dan kelak akan kembali pada yang sejati (saya mencoba meyakinkan hati dan diri sendiri seperti ini π)
Jadi seperti ngaji2 sebelumnya, kehidupan memberikan nasehat terbaik seperti gurpan pernah bilang : broken wiiing,,,diatas semua dikotomi susah-senang, terang-buram, jangan tertarik terlalu dalam, jangan juga menolaknya, yang terbaik adalah memeluknya dengan takaran kemesraan yang sama, niscaya kehidupan akan selau mengangguk padamu (tak semua memang nasehat gurpan saya mengerti,,,πππ)
#re_intro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar