Hedonis yang akademis atau akademis yang hedonis?
Apakah ada yang salah dengan pendidikan kita?, salah menerjemahkan kesejahteraan (prosperity) dengan kekayaan (affluence) hasilnya kita rasakan sekarang ini, kesejahteraan ditafsirkan dengan menumpuk kekayaan bukan dengan berbagi bersama, hebatnya pendidikan kita mendukung hal ini ditandai dengan makin mahalnya biaya pendidikan dan sekolah (makin komersial) memposisikan diri sebagai jalan keluar untuk menggapai sukses kehidupan (?). Jangan-jangan institusi bernama sekolah dan kampus makin meng-alienasi siswanya.
kelak akan datang sebuah jaman dimana sekolah dan perguruan tinggi akan memiliki gedung yang mentereng namun mulai ditinggalkan siswanya, ia hanya menjadi puncak menara gading(museum) ilmu yang tidak memberi kontribusi pada sisi kemanusiaan, sampai akhirnya alumni makin tidak bangga dengan almamaternya.
Saat nanti teknologi 4.0 masuk ke sekolah /kampus, belajar dan kuliah tidak harus datang ke sebuah ruangan, cukup dari rumah, kelak reuni tidak akan seramai dulu, hanya sebuah penegasan kalau seseorang pernah belajar bersama dalam sebuah modul tertentu.
Apalagi sekarang banyak mall berdiri berdekatan dengan kampus sehingga saat penat belajar tinggal nyebrang buat refresh. Di kampus mereka belajar menjadi pribadi intelektual akademis, saat nyebrang/ngemall menjadi pribadi hedonis. Gabungan keduanya mereka disebut pribadi yang hedomis (hedonis akademis 😁) dan ditangan mereka lah, Indonesia kelak akan dipimpin,,,,,
Catatan : ini pemikiran broedin van klompen saya hanya disuruh menuliskan dan merapikan, saat saya bacakan kembali tanpa sadar dia misuhhh,,,, hassuuu,,,,,, 😁😁😁
Tidak ada komentar:
Posting Komentar